Management Strategy

KRL Sering Mogok? Peremajaan Sinyal Butuh Investasi Rp 8,5 Miliar

Oleh Admin
KRL Sering Mogok? Peremajaan Sinyal Butuh Investasi Rp 8,5 Miliar

Kereta Rel Listrik (KRL) atau Commuterline. Siapa tak mengenal moda umum masyarakat Jabodetabek ini? Hanya dengan ongkos Rp 2.000 – 5.000 kini banyak masyarakat urban beralih menggunakan kereta listrik ini sebagai alat transportasi umum dan solusi cepat bepergian. Namun, pernahkah Anda mengalami keterlambatan kereta atau yang lebih dikenal ‘kereta mogok’?

Banyak faktor yang menyebabkan mogoknya kereta ini, antara lain faktor teknis seperti gangguan cuaca atau sambaran petir, gantian sinyal peron, hingga faktor lain human error seperti kereta yang kita gunakan menabrak kendaraan lain.

Namun, ternyata gangguan sinyal yang disinyalir menjadi faktor utama KRL sering terlambat. “Sekecil apapun gangguan, pasti berpengaruh pada jadwal kereta lainnya,”ungkap Suryawan Putra Hia, Vice President Signaling Telecommunication and Electricity PT Kereta Api Indonesia (Persero).

IRSE KAI

Data mencengangkan terungkap dalam workshop yang digelar bertajuk “Commuter/Urban Railway Signaling Technology” di Ballroom Gran Melia Jakarta (21/11/2013). Temuannya bahwa kondisi S&T Komuter atau singkatnya sistem persinyalan Jabodetabek saat ini telah berusia operasional 15 hingga 20 tahun. Terbayang betapa uzurnya sistem persinyalan, jadi tak heran kalau KRL yang sering kita tumpangi mengalami gangguan.

Butuh dana yang tak sedikit untuk memperbaiki sistem persinyalan KRL Jabodetabek ini. Suryawan berujar, untuk melakukan upgrading persinyalan sepanjang jalur kereta yang mencapai 170 kilometer membutuhkan biaya yang tak sedikit. Dana enhancement atau perbaikan sinyal kurang lebih membutuhkan Rp 500 juta perkilo meter. Jika dikalikan dengan 170 km jalur kereta Jabodetabek, maka tak kurang dari Rp 8,5 miliar dana yang harus digelontorkan.

Selain biaya peremajaan yang cukup mahal, menurutnya lagi banyak vendor yang ‘nyeleneh’, saat melakukan sales marketing seolah meyakinkan PT KAI keunggulan produknya, namun setelah berjangka waktu mengalami kendala, support baik itu suku cadang, garansi, perbaikan cukup sulit diperoleh. Mengenai hal peremajaan tersebut, KAI akan mendalami rencana investasi, baik penggantian baru maupun program enhancement perlu dikaji lebih lanjut. “Kita tidak menutup mata, akan memberikan solusi yang terbaik untuk penumpang,” dia meyakinkan.

Di lain sisi, Assosiasi profesi S&T (Signal & Telecommunication) Kereta Api Chapter Indonesia, IRSE (Institution of Railway Signal Engineer) dalam workshop ini, berupaya memfasilitasi interaksi antara para ahli di bidang S&T dengan pihak otoritas pembangunan perkeretaapian. Tak lain, juga bermaksud agar menciptakan solusi kereta bebas mogok sehingga dapat meningkatkan kapasitas angkut komuter dari 500 ribu perhari menjadi 1,2 juta penumpang perhari.

“Untuk itu, IRSE Indonesia dalam workshop ini bertidak sebagai fasilitator agar menghasilkan solusi berbasis produk para vendor, maupun solusi umum dari para ahli non-vendor. Laporan hasil workshop ini diharapkan menjadi referensi penting untuk mengambil kebijakan,” tutur Chairman IRSE Indonesia Adi Sufiadi Yusuf. IRSE Indonesia sendiri siap mendukung optimalisasi KRL Jabodetabek dengan menyediakan SDM S&T yang kompeten. (Witantri Nurfadilah)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved