Management Leaders

Mantan Customer Service, Kini Bos Radana Finance

Mantan Customer Service, Kini Bos Radana Finance

Evy Indahwaty, Presdir PT Radana Bhaskara Finance Tbk (Radana Finance), adalah sosok yang piawai menaklukkan tantangan di bisnis pembiayaan. Evy di tahun 1987 merintis kariernya dari jenjang terbawah ketika mengawali kariernya sebagai karyawan Bank Niaga (sekarang Bank CIMB Niaga) di kantor cabang Jember, Jawa Timur.. “Saya memulai karir di perbankan di usia 23 tahun, ketika itu saya memulainya dari level paling bawah yaitu sebagai Customer Service di Bank Niaga, Malang,” kenang Evy.

Dia selama delapan tahun berkarier di bank tersebut. Jabatannya perlahan-lahan menapaki meningkat ke jenjang berikutnya seiring dengan pencapaian prestasinya. Ia dipercaya sebagai Assisten Account Officer. Tugasnya memenui target perusahaan untuk meningkatkan nasabah yang membuka rekening tabungan, deposito, giro, atau KPR. Peningkatan jabatan dibangeri Evy untuk melanjutkan jenjang pendidikannya. Evy pada 1987 lulus program D-3 di Fakultas Ekonomi di Jember. Di tahun 1991, ia merampungkan kuliah S-1 di Jurusan Manajemen, Universitas Mochammad Sroedji, Jember.

Layanan apik dan profesional yang diberikan Evy mampu memuaskan keinginan para nasabah. Namanya pun dikenal nasabah Bank Niaga seantero Jember. “Karena saya dari kota kecil di Jember, jadi saya cukup dikenal,” ucapnya. Di tahun-tahun berikutnya, Evy mencoba pengalaman baru. Dia pada 1997 hijrah ke Adira Finance cabang Jember. Ketika, Adira Finance membuka kantor cabang di Jember. “Saya direkomendasikan untuk bergabung ke Adira Finance, saya melamar dan menjalani berbagai tes,” ujarnya. Setelah lolos seleksi, wanita kelahiran Jember pada 12 April 1966 ini dipercaya sebagai Kepala Cabang Adira Finance, Jember. Inilah pengalaman perdana Evy berkiprah di perusahaan pembiayaan.

Saat itu, menurutnya, belum ada wanita yang menjadi pimpinan di kantor cabang perusahaan multifinace. Boleh dikatakan, Evy satu-satunya wanita yang menempati pucuk pimpinan di kantor cabang perusahaan pembiayaan. seorang perempuan, bisa dibilang saya satu-satunya. Tiga tahun kemudian, Evy dipromosikan ke kantor pusat Adira Finance di Jakarta. Dia bertugas sebagai Manajer Area yang menaungi bisnis perusahaan di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek). “Prestasi saya waktu di kantor Jember yang bagus, membuat saya dipromosikan sebagai Manajer Area untuk Jabodetabek. Saya melalui beberapa tes karena waktu itu ada beberapa kandidat yang akan dipromosikan,” tukasnya.

Evy Indahwati, Presiden Direktur Radana Finance. (Foto : Dokumen Radana Finance).

Evy Indahwati, Presiden Direktur Radana Finance. (Foto : Dokumen Radana Finance).

Sebagai atasan, Evy dibantu oleh para stafnya. Umumnya, stafnya Evy itu adalah kaum pria. Evy menyadari posisisnya dari segi gender. Jantungnya berdegup kencang karena harus bekerjasama dengan kaum Adam dan menangkis persepsi negatif mengenai ibukota yang dikenal kejam bagi putera-puteri daerah yang berkarier di Jakarta. “Saya cukup gemetar, apalagi saya dari kota kecil yang datang ke Jakarta dan sebagian besar anak buah saya adalah laki-laki dan karyawan senior. Saat itu, saya satu-satunya Area Manager wanita di Adira Finance,” paparnya. Baginya, pengalaman ini merupakan tantangan dalam mengarungi karier di industri pembiayaan saat itu.

Tantangan lainnya adalah membenahi unit bisnisnya yang ketika itu dikategorikan sebagai wilayah terburuk Adira Finance se-Indonesia. Area itu dibilang terburuk karena kerap merugi dibandingkan area lainnya. Dia menyikapi posisinya dengan cara yang apik. Bagi Evi, berkarier di Jakarta adalah kesempatan untuk menimba ilmu dan peluang untuk menggapai karier yang lebih tinggi. Berkat ketelatenannya, performa bisnis Adira Finance Jabodetabek membaik dari yang sebelumnya rugi menjadi unit bisnis yang memberi keuntungan ke perusahaan. “Alhamdulillah selama 9 bulan memegang Jabodetabek, area ini menjadi area terbaik Adira Finance, bahkan selama dua tahun berturut-turut menjadi area terbaik,” ungkapnya. Tak ayal, Evy pada 2001 dipromosikan sebagai Kepala Departemen Pembiayaan Sepeda Motor Adira Finance.

Dia bergeser ke kantor pusat Adira Finance. Posisinya kembali naik sebagai Kepala Divisi untuk pembiayaan sepeda motor dan mobil bekas serta mobil baru. Beragam tantangan dihadapinya. Kali ini, dia ditantang menangani unit bisnis Adira Finance yang baru yakni Adira Quantum yang khusus menyediakan layanan kredit produk elektronik yang diluncurkan pada 2002. “Ini hal yang baru buat kami. Pak Stenley bilang waktu itu, kami akan masuk ke pembiayaan produk elektronik dan saya ditugaskan untuk mengelola Adira Quantum,” jelasnya.

Evy sempat pening menimba tugas ini karena pembiayaan elektronik belum dikuasainya. Oh ya, Stanley yang dimaksud Evy itu adalah Stanley pendiri PT Adira Dinamika Multi Finance (Adira Finance) sekaligus mantan bos Evy. Menanggapi mantan anak buahnya itu, Stanley menilai Evy sebagai sosok pemimpin yang bekerja keras, ingin belajar, konsisten dalam mempertahankan kinerja, dan tidak mudah menyerah. “Bisnis multifinance adalah bisnis padat karya. Kekuatan Evy itu leadership yang berkarakter, bisa memotivasi pegawai, dan mau belajar sehingga dia mampu menguasai bidangnya,” Stanley menjelaskan. Evy mengpresiasi kepercayaan Stanley yang mampu memompa kepercayaan diri serta mengasah kemampuannya dalam menaklukan tantangan di industri pembiayaan. Dia membangun Adira Quantum dari nol, Stafnya hanya tiga orang. Lantas, dia menysusn strategi untuk pembiayaan elektronik dengan mendatangi pemain-pemain bisnis elektronik. Setiap hari, Evy menuturkan, rutin menyambangi toko-toko elektronik. “Saya punya target dalam dua tahun bisa masuk dalam lima besar pembiayaan elektronik, dan target itu tercapai,” klaimnya.

Stanley mengatakan keberhasilan Evy di Adira Finance adalah mengembangkan bisnis Adira Quantum. Stanley menegaskan Evy merupakan salah satu rising star di bisnis pembiayaan.”Sebaiknya Evy tidak berhenti belajar dan rendah hati meski posisinya sudah mencapai jenjang CEO,” Stanley menyarankan. Kariernya berlanjut meski hijrah dari Adira Finance ke Suzuki Finance pada 2005-2013 untuk menggarap pembiayaan sepeda motor Suzuki. Dalam tempo dua tahun, Suzuki Finance menguasai pasar pembiayaan motor Suzuki di Indonesia. Kantor cabangnya bertambah sebanyak 80-an unit. “Di Suzuki Finance, saya mendorong hal yang baru. Sebagai tenaga marketing, saya mempercayai kekuatan SDM adalah sumber keberhasilan di bisnis ini,” ia menjabarkan kiatnya.

Evy pada 2010 berinisiatif pindah posisi dari bagian pemasaran ke divisi SDM Suzuki Finance. Permohonannya sempat ditolak. Tapi Evy menyakinkan manajemen kalau dirinya mampu menata SDM menjadi lebih baik ke depannya. ”SDM harus memberi nilai tambah sehingga saya memperbaiki proses rekrutmen, meningkatkan kompetensinya, membangun karakter dan sistem baru,” cetus ibu dari dua puteri ini. Resep mengembangkan SDM juga diterapkan tatkala ditunjuk sebagai bos Radana Finance sejak Juni 2013.

Membenahi Radana Finance

Sebelumnya, kondisi Radana Finance cukup terseok-seok. Evy mengganti nama merek produk menjadi Radana Finance menjadi HD Finance. Nama merek itu berganti setelah PT Tiara Marga Trakindo (Grup Trakindo) mengakuisi HD Finance dari HD Corpora dan Wealth Paradise Holdings Limited. Grup Trakindo menjadi pemegang saham pengendali sebesar 70,78%. Dia menata ulang HDFA dari berbagai aspek, diantaranya membenahi kualitas SDM, rebranding produk, hingga menjalin komunikasi intensif dengan mitra usaha. “Setelah diambil alih Grup Trakindo, kami melakukan transformasi besar-besaran,” kata Evy.

Langkah pertama yang dilakukannya adalah membenahi kualitas SDM. Ketrampilan pegawai yang mumpuni akan menjadi pondasi yang kokoh bagi perusahaan dalam menyiasati berbagai tantangan bisnis dan kondisi perekonomian. “Saat masuk ke Radana Finance, hal pertama yang dibenahi adalah SDM. Itu menjadi core value perusahaan untuk menghadapi tantangan bisnis,” ungkap lulusan S1 jurusan Ekonomi Manajemen dari Universitas Moch Serudji Jember ini. Dia menyebutkan saat bergabung ke Radana Finance, kondisi perusahaan agak carut-marut, misalnya proses bisnis cukup terbengkalai, pembukaan kantor cabang yang kurang sistematis (jumlah kantor cabang pada 2011 hanya 17 unit), dan rekrutmen talenta tidak tepat sasaran. Kondisi ini kurang menggembirakan di tengah-tengah perlambatan ekonomi di tahun tersebut.

Langkah berikutnya, Evy di tahun lalu memberi lampu hijau untuk merilis produk pembiayaan terbaru bernama Multiguna Rumah. Sejauh ini, bisnis Radana Finance masih didominasi pembiayaan sepeda motor baru dan bekas serta mobil bekas. “Langkah ketiga adalah efisiensi, mengembangkan bisnis yang didukung pengembangan sistem teknologi informasi, dan memaksimalkan kinerja kantor cabang,” tuturnya. Hasilnya, jumlah kantor cabang bertambah hingga 30 unit yang tersebar sejumlah kota.

Wanita yang hobi memasak ini boleh bernapas lega karena program transformasi mampu mendongkrak laba bersih perseroan. Di tahun 2013, laba bersih emiten berkode HDFA ini meningkat sebesar 13%, atau menjadi Rp 17 miliar dari Rp 15 miliar di tahun 2012. “Kondisi waktu itu cukup menantang dan transformasi bukan pekerjaan mudah, tapi kami berhasil merapikan people, proses bisnis dan sistem perusahaan,” ujar wanita kelahiran Malang, pada 12 April 1966 ini. Dalam tempo dua tahun, laba bersih Radana Finance meroket. Laba bersih pada 2015 sebanyak Rp 39 miliar. Angka itu naik dua kali lipat dari tahun 2013 senilai Rp 17 miliar.

Kini, Radana Finance berhasil memperbaiki peringkatnya diantara perusahaan pembiayaan lainnya karena naik dari peringkat 44 ke urutan 22. Adapun, pembiayaan bermasalah alias non performing financing (NPF) masih di bawah 2%. Evy mengapresiasi dedikasi para pegawai dalam menghadapi tantangan bisnis saat industri otomotif sedang lesu. ”Ketika kondisi sulit pun kami bisa bertahan dan profit tetap naik karena kami memperbaiki people, proses dan sistem. Transformasi total dalam mengupayakan target bisnis,” dia mengisahkan kunci sukses transformasi perusahaanya itu. (***)

Reportase : Herning Banirestu

Riset : Sarah Ratna Herni


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved