Management Strategy

Manzoni: Pelaku Bisnis Harus Banyak Belajar Hal Baru

Manzoni: Pelaku Bisnis Harus Banyak Belajar Hal Baru

Kondisi lingkungan ekonomi dan bisns di seluruh dunia mengalami perubahan dengan sangat cepat. Oleh karena itu para pelaku bisnis, dan para pemimpin perusahaan harus belajar untuk melakukan cara-cara baru dalam mengelola bisnis dan perusahaannya.

Dr. Jean-Francois Manzoni, Shell Chaired Professor of Human Resources and Organizational Development and a Professor of Management Practice di INSEAD, mengatakan bahwa dengan cepatnya pertumbuhan ekonomi, maka pertumbuhan kompetisi akan tumbuh dengan cepat.

Jean-Francois Manzoni-Building Resilience

“Yang dihadapi oleh Indonesia adalah adanya perusahaan luar yang masuk dan pelaku usaha Indonesia bersaing di luar negeri,” kata Manzoni saat melakukan wawancara eksklusif di Shangri-La Hotel Jakarta.

Manzoni melanjutkan bahwa kompetisi memerlukan adaptasi. Para pelaku bisnis dan pemimpin perusahaan harus mengetahui apa yang membuat mereka berhasil dalam menjalakan bisnis dan memimpin perusahaannya.

“Saya pikir kompetisi memerlukan adaptasi, mengetahui kenapa mereka berhasil sampai dengan hari ini, dan memutuskan apa yang harus dirubah agar dapat bersaing dalam kompetisi dengan pengusaha lain,” ujar Manzoni.

Manzoni fokus untuk mencari solusi bagi para pelaku usaha dan pemimpin perusahaan untuk terus belajar cara-cara baru dalam menjalankan perusahaannya. “Saya fokus pada bagaimana membantu para pemimpin perusahaan, khususnya senior leader, untuk terus belajar cara baru bagaimana melakukan pekerjaannya. Karena tidak mudah bagi senior leader untuk belajar cara baru. Mereka lebih nyaman untuk melakukan apa yang selama ini mereka lakukan,” paparnya.

Dia menekankan pentingnya kemampuan untuk belajar hal baru karena tidak ada leadership style di dunia yang bisa membuat seseorang menjadi sukses. “Saya pikir tidak ada sebuah leadership style yang akan berhasil di seluruh dunia dan di setiap industri. Satu hal yang kami tahu, bahwa dunia sedang berubah dengan cepat. Dan itulah sebabnya saya menekankan agility dan ability to learn,” lanjut Manzoni.

Manzoni melakukan studi bagaimana mengubah cara para pelaku usaha dan pemimpin perusahaan melakukan kegiatan bisnis. Menurutnya, para senior eksekutif sering mengalami kesulitan untuk melakukan perubahan. “Dari studi yang dilakukan, adanya kesulitan bagi senior eksekutif untuk terus belajar cara baru dan saya menganalisa kesulitannya, kemudian saya menyajikan solusinya,” ungkap Manzoni.

Meskipun seorang pemimpin perusahaan telah berhasil membawa perusahaannya menuju kesuksesan selama bertahun-tahun, namum kesuksesan tersebut belum tentu akan terulang di masa yang akan datang. “Misalnya saya sudah bagus dalam melakukan bisnis dan sekarang saya harus lebih mengedepankan strategi. Itu terdengar cukup simple, tapi masalah pertama adalah para eksekutif sering overestimate tentang sejauh mana mereka melakukan sesuatu. Permasalahan kedua adalah underestimate kesulitan yang akan mereka hadapi,” ungkap Manzoni.

Dari hasil studi yang dilakukan Manzoni, ada tiga hal yang membuat para pemimpin perusahaan sulit untuk melakukan hal baru. Alasan pertama, akan sangat memerlukan pengendalian diri bagi para leader yang memiliki kebiasaan untuk melakukan sesuatu dan tiba-tiba harus melakukan hal baru. Kedua, sering melakukan dua hal di waktu yang bersamaan. Dan ketiga, bagi sebgaian orang ada bagian dari masa lalunya yang membuatnya kesulitan untuk melakukan hal baru.

Meskipun para pemimpin perushaan berhasil untuk melakukan hal baru, namum mereka tidak akan melakukan hal baru tersebut untuk waktu yang lama. “Yang saya dapat duga adalah mereka tidak akan mendapat benyak dukungan dari lingkungan sekitar. Karena lingkungan sekitar terbiasa dengan diri mereka yang dulu. Dan hanya dalam waktu sebentar saja mereka akan menyerah,” lanjut Manzoni.

Manzoni memiliki beberapa solusi bagi para pemimpin perusahaan agar dapat belajar dan melakukan cara baru yang berkelanjutan. ”Jadi ada beberapa ide. Pertama, tidak hanya melakukan perubahan sekali tapi berulang-ulang, jadi kita melakukan modular intervention. Kedua, adanya beberapa touch point. Di setiap touch point kami akan terus membuat mereka meneruskan hal baru tersebut, mereka harus bekerja bersama para pelatih dari Insead. Dengan demikian mereka bisa banyak melakukan latihan,” jelasnya.

Jadi karena sudah terlatih, maka akan mudah utnuk menemukan jawaban setelah keluar dari Insead. Kami memberikan banyak kesempatan untuk berlatih dan kami juga memberikan banyak masukan. Karena permasalahan bagi senior eksekutif adalah tidak banyak menerima masukan, atau hanya menerima masukan yang positif.

Dengan kondisi kultural dan perekonomian Indonesia yang kompleks, merukan sebuah tantangan bagi para pelaku usaha dan pemimpin perusahaan. Perlu adanya cara dan strategi baru untuk dapat terus mempertahankan kesuksesan yang telah diraih selama bertahun-tahun.

“Memang cara lama yang mereka lakukan berhasil. Tapi untuk kebanyakan para eksekutif saat ini, jika melihat dalam jangka waktu 20 atau 30 tahun kedepan, mereka harus belajar cara baru. Dan dari hasil studi kami, akan lebih sulit bagi seseorang untuk melakukan hal baru,” pungkasnya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved