Management Strategy

Market akan Terbiasa dengan Ketidakpastian Suku Bunga

Market akan Terbiasa dengan Ketidakpastian Suku Bunga

Federal Open Market Committee (FOMC) kembali memutuskan untuk menahan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) (The Federal Reserves/Fed), alasan karena masih lemahnya data ekspor serta inflasi di AS.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Mirza Adityaswara, menyampaikan bahwa pihaknya masih menunggu keputusan The Fed hingga akhir tahun karena the Fed memiliki cara pandang dalam memutuskan suku bunga. Hal ini terkait dengan kondisi ekonomi global yang dihadapi saat ini.

20151028_153754_resized_1 (1)

Bank sentral Amerika Serikat tidak akan menaikkan suku bunga dalam rapat FOMC hingga bulan Desember mendatang, namun kenaikan tingkat suku bunga akan tetap terjadi. Dampaknya ketida pastian The Fed untuk menaikkan suku bunga, sehingga membuat pasar keuangan terbiasa dengan kondisi tersebut

“Tapi pada intinya, lama-lama juga market akan terbiasa. Jadi memang setiap kali rapat The Fed, kurs negara-negara berkembang termausk Indonesia melemah. Tapi setelah rapat The Fed, kursnya menguat lagi. Menurut saya, itu nanti market makin lama akan terbiasa,” sambungnya

Selain itu, market konsesus masih percaya bahwa kenaikan suku bunga Amerika itu tidak terjadi pada tahun 2015. Tetapi memang menurutnya, kenaikan suku bunga Amerika itu pasti akan datang. Ia memperkirakan kenaikan suku bunga tidak di 2015 namun kemungkinan akan terjadi di 2016 di kuartal I atau di kuartal II.

Dengan kondisi saat ini, Bank Indonesia masih berpendirian sama dengan waktu pre statement Rapat Dewan Gubernur BI pada bulan Oktober , bahwa bank sentral melihat ada ruang untuk pelonggaran kebijakan moneter. Namun Mirza menyampaikan bahwa, pelonggaran kebijakan tidak harus dilihat hanya suku bunga saja, tetapi masih ada instrumen lain dari kebijakan moneter.

“Kenapa ada ruang uuntuk pelonggaran kebijakan moneter? Ada dua faktor utama, yaitu pertama, inflasi kita bisa di bawah 4% tahun ini. Kedua, Current Account Deficit atau defisit transaksi berjalan kita itu terkendali di bawah 2,5% dan bisa di 2,1%,” tutupnya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved