Management Editor's Choice Strategy

Ilham Habibie: MEA Dorong Perusahaan Lebih Inovatif

Ilham Habibie: MEA Dorong Perusahaan Lebih Inovatif

Era pasar bebas tak lama lagi akan dimulai dengan mulai diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN pada akhir tahun ini. Kompetisi bakal semakin ketat. Indonesia mesti segera bersiap. Presdir PT Ilthabi Rekatama, Ilham Habibi mengatakan MEA harus menjadi momentum untuk perusahaan lokal, terutama BUMN untuk lebih giat melakukan inovasi.

“Kesadaran akan ada kompetisi akan merangsang perusahaan melakukan inovasi. Kehadiran MEA memberikan nilai positif yakni kita tidak terlena dengan keadaan yang ada sekarang,” katanya kepada SWA.

Menurutnya, anggaran inovasi di Tanah Air masih sangat kecil. Indonesia hanya memiliki anggaran inovasi 0,07% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sebagai pembanding, Malaysia sudah 0,7%, Tiongkok lebih besar lagi, yaitu 1,4% dari PDB. Dengan PDB lebih kecil, Indonesia seharunya mengalokasikan anggaran lebih besar yaitu 1% dari PDB.

“Komposisinya itu seharusnya 2/3 swasta dan 1/3 pemerintah. Namun, kenyataannya 80% pemerintah dan 20% swasta. Namun, ada beberapa swasta yang mengambil peran terkait inovasi seperti Kalbe (Farma),” katanya.

Ilham Akbar Habibie, Presiden Direktur PT ILTHABI Rekatama,

Ilham Akbar Habibie, Presiden Direktur PT ILTHABI Rekatama,

Secara umum, Ilham menyayangkan minimnya perhatian pemerintah maupun swata dalam riset dan pengembangan (RnD) yang menjadi bagian dari inovasi. Di kalangan pengusaha, inovasi lebih banyak merujuk pada divisi pemasaran. Memang, daya saing menjadi hal yang paling krusial saat mencoba sesuatu yang baru. Dalam konteks daya saing, kompetisi akan selalu hadir.

“Inovasi ada tiga, yaitu inovasi yang merujuk pada efisiensi, seperti menawarkan barang dan jasa dengan harga yang lebih rendah sehingga menarik bagi pelanggan. Ada juga inovasi organik yakni menawarkan daya saing namun pada produk dan jasa yang sama. Ketiga, inovasi anorganik atau radikal yaitu menjadi subtitusi dalam suatu inovasi,” ujarnya.

Yang terpenting, katanya, inovasi harus bisa dikatikan dengan entrepreneurship. Suatu hal baru bisa dikatakan sebagai inovasi jika bisa diterapkan kepada masyarakat dan berkelanjutan (sustainable). Namun, tantangan terbesar justru ada di kualitas sumber daya manusia. Soal dana inovasi hanya faktor pelengkap.

“Untuk mendorong karyawan agar lebih inovatif, lebih ke program. Seperti di Astra. Perlu ada budaya kerja yang tertentu. Talenta, teknologi, dan toleransi diperlukan dalam suatu perusahaan. Untuk menciptakan suasana yang toleransi harus dimulai dari pimpinannya,” katanya.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved