Management Strategy

Menanti Buah Aksi Menteri Susi Berantas Illegal Fishing

Menanti Buah Aksi Menteri Susi Berantas Illegal Fishing

Sejak ditunjuk menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan, sosok Susi Pudjiastuti selalu menyita perhatian banyak kalangan. Aksinya menghentikan sementara penerbitan izin kapal asing plus penenggelaman kapal asing yang beroperasi secara illegal di Tanah Air berbuah manis. Ia mengklaim 90% kapal asing ilegal itu telah berhasil dilenyapkan dari perairan RI.

Susi Pudjiastuti

Susi Pudjiastuti

Pro-kontra kebijakannya di jagat media sosial tak menyurutkan langkahnya. Itu semua demi meningkatkan kesejahteraan nelayan. Susi boleh dibilang berani mati dengan keputusannya tersebut. Tapi, ia kini bersyukur harapannya terkabul.

“Ada pro kontra terkait program pemberantasan illegal fishing. Tapi, kini sebelum 100 hari, lihat 90% kapal asing, sekitar 5-7 ribu kapal sudah pergi. Boleh jadi ini adalah sukses terbesar satu negara memberantas pencurian ikan,” katanya dalam diskusi di Jakarta Food Security Summit ke-3 di JCC, Jumat (13/2).

Kabar bagus lainnya adalah naiknya harga ikan seiring menurunnya pasokan ikan di pasar dunia. Ini tentu saja menggembirakan pelaku usaha pengalengan ikan. Keuntungan berlipat pun bisa diperoleh dan ujung-ujungnya adalah meningkatkan pendapatan nelayan dari hasil penjualan ikan tangkapannya.

Langkah Menteri Susi melarang transshipment (bongkar muat) yang diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan & Perikanan No 57 Tahun 2014 juga telah memukul eksportir ikan terbesar asal Filipina, yakni General Santos, yang banyak mengimpor ikan segar dari negara-negara yang mendapatkannya dengan mencuri di wilayah perairan Indonesia.

“Itu 99% ikannya dari kita. Bayangkan saja Gensan ekspor tuna setahun US$2 miliar, sementara ekspor tuna dari Bitung hanya Rp2 miliar setahun,” katanya.

Seiring dengan mulai diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN pada akhir tahun ini, Indonesia mesti bersiap meningkatkan kemampuan produksi ikannya. Indonesia dengan garis pantai nomor dua terpanjang di dunia, saat ini ekspor ikannya baru nomor lima di Asia Tenggara. Wajar kalau rakyat Indonesia harus rela menerima serbuan produk perikanan asing.

“Bila kita bisa mengoptimalkan ikan hasil tangkapan dan berhasil mengajak 250 juta rakyat Indonesia makan ikan, bayangkan berapa potensi yang bisa diraih. Kita jangan mau hanya menjadi pasar untuk produk asing,” katanya.

Dengan hilangnya 5-7 ribu kapal asing, potensi kenaikan produksi ikan tangkap sekitar 3-5 juta ton per tahun. Andai hanya mampu memanfaatkan yang 10% saja, ada potensi pendapatan sekitar US$5 miliar yang bisa dibagi-bagikan kepada nelayan. Nelayan lebih sejahtera, otak generasi muda kita pun kian encer dengan sering makan ikan.

Untuk menjaga kelestarian alam, lanjut Susi, pemerintah menargetkan kenaikan produksi ikan budidaya menjadi 70% dari porsinya yang sekarang baru 30%. Perikanan tangkap memang masih mendominasi seiring minimnya perhatian di bidang budidaya. Upaya itu juga sejalan dengan kebijakan pemerintah mengurangi operasional kapal-kapal besar yang cenderung tidak efisien.

“Kami mengharapkan konsumsi ikan per kapita masyarakat mencapai 250 juta kg per bulan. Untuk tahun ini mungkin baru setengahnya yakni 125 juta kg per bulan, lebih tinggi dari target semula yang hanya 40 juta kg per bulan,” katanya.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved