Management Strategy

Mengembangkan Bisnis Batik Indonesia Melalui Pameran

Mengembangkan Bisnis Batik Indonesia Melalui Pameran

Indonesia merupakan negara dengan keyakaan alam dan tradisi yang luar biasa. Salah satu kekayaan Indonesia yang cukup diapresiasi dunia internsional adalah batik. Sayangnya, keindahan batik lebih banyak diapresiasi oleh orang asing dibandingkan orang lokal sendiri.

IMG_20150610_120207

pameran batik di musem tekstil

Oleh karena itu, Museum Tekstil Indonesia pun berinisiatif menggelar acara tahunan yang memerkan keindahan batik Nusantara kepada masyarakat Indonesia. “Pameran ini kan kuratornya orang luar, berarti kita sangat diapresasi oleh mereka. Ini menunjukkan bahwa pengrajin kita bisa dan bahkan diapresiasi oleh orang luar,” jelas Dyah Damayanti, Direktur Museum Tekstil.

Kain yang dipertunjukkan merupakan koleksi milik Rudolf G. Smend dan Brigitte Willach. Selain itu beberapa kain yang dipamerkan juga merupakan karya dari Koperasi Batik Bimasakti dari Giriloyo, Kabupaten Bantul. Koperasi ini berdiri pada tahun 1982 dari dana bantuan PBB dan bertempat du Giriloyo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

Koperasi ini didirikan dalam rangka mewakili perempuan yang bekerja sama dengan dengan pembuatan batik tradisional. Koperasi ini dikelola oleh 6 perempuan inti dengan 30 pengrajin yang dipimpin Ibu Hartinah. Dalam menjaga citra produk, koperasi ini melakukan berbagai riset pengembangan dalam motif tradisional.

Hal ini dilakukan agar mampu menciptakan kain dengan kombinasi kreatif dan modern dengan memperahankan desain tradisional.Pembatikan pun dilakukan di dua sisi kain untuk menjaga kualitas batik. Dalam rangka mempromosikan batik buatan koperasi ini, Musem Tekstil menyediakan bazaar khusus produk batik koperasi Batik Bimasakti selama pameran berlangsung.

IMG_20150610_120552

“Motif atau kain batik buatan mereka itu binaan kami, dan acara ini berkesinambungan untuk memajikan pengrajin kita. Harapannya orang-orang kita mau datang kesini dan bangga pakai batik atau belajar melestarikan batik,” ujarnya lagi.

Oleh karena itu, selama pameran berlangsung pun akan diadakan pula workshop batik untuk masyarakat umum. Dyah pun menambahkan bahwa tujuan diadakannya pameran ini juga agar memberikan semangat kepada para pembatik untuk lebih bergiat berkarya. Masyarakat luas juga diharapkan mendukung pelestarian dan pengembangan batik dengan melestarikan batik di bidang mereka masing-masing.

Salah satu contohnya adalah Brigitte Willach. Wanita kelahiran Austria 19 Januari 1949, ini merupakan seniman yang menggunakan batik sebagai fokus profesi artistiknya sejak usia 16 tahun. Ia kemudian mempelajari desain, ragam hias, dan proses pencelupan batik tradisional Indonesia dan ikat. Ia pun banyak belajar dari artis dan pakar batik di Yogyakarta, tak heran bila banyak koleksinya berasal dari kota gudeg ini.

Masyarakat pun diharapkan mampu memberikan apresiasi melalui kunjungan mereka kemuseum. “Batik ini merupakan warisan dari kakek nenek kita, jadi jangan hanya mereka saja yang pakai batik yang muda juga,”tutup Dyah. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved