Listed Articles Management

Mengintip Jurus Transformasi BNI Syariah

Mengintip Jurus Transformasi BNI Syariah

Pelambatan ekonomi dan berkurangnya tingkat penyerapan kredit di kalangan nasabah korporasi telah memaksa para pengelola perbankan untuk berpikir keras agar pertumbuhan perusahaan tetap terjaga. Beberapa bank kemudian melakukan upaya reorganisasi internal, optimalisasi pasar yang ada dan juga mentransformasi proses bisnisnya seraya meluncurkan produk-produk baru yang masih berpeluang untuk berkembang. PT Bank BNI Syariah tampaknya termasuk bank yang juga menerapkan jurus tersebut.

Secara umum market perbankan memang sedang tidak terlalu mengembirakan, pun pasar bank syariah. BNI Syariah mengakali hal itu dengan sejumlah strategi bisnis, termasuk diantaranya melakukan transformasi di sejumlah lini. “Ada sejumlah program transformasi yang kami lakukan, baik di bidang manajemen operasional cabang hingga pengembangan bisnis digital,” ungkap Direktur Utama BNI Syariah, Abdullah Firman Wibowo beberapa waktu lalu. BNI Syariah, antara lain melakukan pembenahan organisasi, peningkatan kualitas SDM, penyempurnaan produk & layanan

Salah satu upaya transformasinya, sejak awal 2018, BNI Syariah telah mentransformasi 106 outlet mikro, dari yang sebelumnya bersifat dedicated hanya untuk pemasaran pembiayaan mikro, menjadi outlet reguler yang bersifat general banking. Dengan cara itu, outlet tersebut dapat melayani seluruh produk & layanan perbankan BNI Syariah, tak hanya layanan mikro. Upaya reposisi outlet ini misalnya sudah dilakukan di 19 Kantor Cabang Mikro seperti di Bogor, Makassar, Teluk Betung, Rungkut, Dinoyo, Tanjung Jember, Kota Baturaja, Lubuk Linggau, Palembang, Mataram, Kota Jambi, Kota Bengkulu, Kota Kendari, Ternate, Bima, Palopo dan Pare-Pare, termasuk 80 Kantor Cabang Pembantu Mikro yang umumnya berlokasi pada area sub-urban.

Dengan adanya perubahan layanan mikro menjadi reguler di cabang-cabang itu, BNI Syariah bisa menghadirkan layanan produk yang lebih beragam. Mulai dari produk dana, pembiayaan konsumer di antaranya BNI Griya iB Hasanah, BNI Multiguna iB Hasanah, BNI Multijasa iB Hasanah, BNI Oto iB Hasanah serta pembiayaan BNI Wirausaha iB Hasanah. Dengan transformasi, profitabilitas outlet-outlet transformasi BNI Syariah dapat dipertahankan. Tentu saja, transformasi 106 outlet mikro itu juga disertai dengan transformasi pada model bisnis mikro, yang terdiri atas aspek organisasi, kapasitas dan kapabilitas SDM, proses bisnis dan

Selain transformasi pada outlet Mikro, BNI Syariah juga melakukan transformasi terhadap jaringan Sharia Channeling Outlet (SCO) yang merupakan bentuk sinergi dengan induknya, BNI. Bentuk transformasi dimaksud di antaranya meliputi pembukaan layanan haji, termasuk pendaftaran porsi haji, pada 1.584 outlet SCO BNI di seluruh Indonesia. Sebelumnya, outlet SCO hanya melayani jasa perbankan syariah khususnya produk DPK namun tidak termasuk layanan haji BNI Syariah. Transformasi itu dilakukan sebagai respons BNI Group atas pemberlakuan Undang-Undang No 34 tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Haji, di mana per 2 Januari 2018 pengelolaan keuangan haji harus dilakukan oleh perbankan syariah.

Transformasi pada outlet SCO ini dijalankan dengan mekanisme Task Force yang melibatkan pegawai BNI dan BNI Syariah. Bentuk transformasi lainnya, penambahan petugas Sharia Relationships Officer (SRO) BNI Syariah pada outlet SCO menjadi 114 pegawai, optimalisasi joint-marketing, pemberian reward umrah, penguatan monitoring, dan sebagainya. Transformasi pada outlet SCO itu terbukti berhasil meningkatkan kinerja net ekspansi DPK melalui dari Rp 104 miliar selama 2017 menjadi Rp 465 miliar pada tahun 2018, dengan total OS mencapai Rp 1,5 triliun pada akhir tahun 2018. Peningkatan itu terus berlanjut hingga sekarang.

Yang juga menarik, BNI Syariah pun melakukan transformasi digital dengan mengembangkan diri ke arah digital banking. Sebagai langkah nyata, sejak awal 2018 BNI Syariah membentuk Divisi Digital Banking dan juga Divisi Transactional Banking. Kedua divisi tersebut diharapkan mampu menunjang pertumbuhan usaha BNI Syariah secara jangka panjang dan sebagai strategi untuk meningkatkan Fee Based Income bank, mengingat potensi dari digital banking dan transactional banking ke sangat besar. Wujud dari strategi itu antara lain dengan meluncurkan Hasanah digiverse (hasanah digital universe) atau gerakan untuk menggunakan aplikasi digital yang dimiliki BNI Syariah. Di antaranya melalui platform aplikasi Hasanah Lifestyle, e – Banking, Wakaf Hasanah, Hasanah Persona

Tentu saja, bisnis-bisnis lama BNI Syariah tetap digenjot. Misalnya di bidang KPR syariah, perusahaan ini aktif bekerjasama dengan kalangan developer untuk mempermudah pembiayaan bagi pembeli unit rumah. Tahun lalu misalnya, BNI Syariah bekerjasama dengan lebih dari 40 developer perumahan di Surabaya, dalam acara Hasanah Griya Expo di Surabaya. Salah satu program yang diberikan yakni program 2 hari punya rumah, yakni proses pre-approval bagi nasabah yang berminat mengajukan pembiayaan rumah BNI Griya iB Hasanah.

Pun dengan untuk pembiayaan para traveler, BNI Syariah aktif berpromosi, misalnya menggelar acara Hasanah Halal Travel Fair (HHTF) di FX Sudirman, Jakarta, beberapa waktu lalu. Acara ini merupakan expo yang menawarkan kemudahan traveling bagi para travelers menggunakan BNI iB Hasanah Card, kartu pembiayaan yang dimiliki BNI Syariah.

Hasilnya, di tengah kondisi makro yang belum terlalu menggembirakan, BNI Syariah dapat membukukan pertumbuhan usaha yang baik. Secara umum, kinerja BNI Syariah berada di atas rata-rata industri perbankan syariah nasional. Untuk kinerja tahun 2018, misalnya, BNI Syariah mengalami pertumbuhan Dana pihak ketiga (DPK) 20,8% dan penyaluran pembiayaan tumbuh 19,9% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan tersebut juga dibarengi dengan kualitas pembiayaan yang terjaga dengan baik, yaitu rasio Non Performing Financing (NPF) sebesar 2,9%.

Dengan kinerja tersebut, laba bersih yang dibukukan BNI Syariah tahun 2018 juga mengalami pertumbuhan sebesar 35,7% menjadi Rp 416 miliar dari tahun sebelumnya sebesar Rp 307 miliar. Kinerja kinclong itu terus berlanjut di 2019. Pada kuartal III 2019, laba bersih bank ini melonjak 50,66% secara year on year (yoy) menjadi Rp 461,96 miliar dari Rp 306,61 miliar pada periode yang sama tahun lalu. BNI Syariah pun per kuartal III 2019 sudah mengelola aset Rp 43,92 triliun. “Alhamdulillah, diantara bank-bank syariah, profitabilitas kita termasuk yang terbaik,” ungkap Abdullah Firman Wibowo. BNI Syariah sendiri kini menguasai 9% market share perbankan syariah dan bukan tak mungkin pangsanya akan meningkat seiring ekspansi dan pengembangan produk yang diluncurkan.

Sudarmadi ([email protected])


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved