Management Strategy

Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution: “Memugar Kembali Industri Dalam Negeri ”

Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution: “Memugar Kembali Industri Dalam Negeri ”

Pemerintahan kita berada dalam suatu situasi lingkungan ekonomi global yang tidak kondusif. Itulah yang terjadi pada beberapa tahun terakhir, sehingga pertanyaannya adalah bagaimana membangkitkan kegiatan ekonomi dalam lingkungan yang kurang kondusif itu? Menko Perekonomian Darmin Nasution memaparkan sejumlah rencana Pemerintah dan program prioritas untuk membuat ekonomi Indonesia bisa tumbuh dengan fondasi kuat. Berikut penuturannya dalam acara Forum Pemred (Pemimpin Redaksi), Kamis, 7 Januari 2016 lalu:

Krisis yang terjadi tahun 1998 tergolong dalam dan keras, tapi ada sebagian orang yang masih bisa “pesta pora”, yaitu para eksportir komoditi, petani karet, kopi, kakao dan sebagainya. Mereka bisa menikmati naiknya nilai tukar rupiah terhadap dollar. Sebaliknya, dalam situasi kita sekarang, hampir tidak ada yang menikmati itu. Memang harga komoditi pun sedang jatuh. Tetapi, menurut saya, kalau kita punya sektor industri yang cukup kuat, mestinya kita bisa menikmati peluang naiknya nilai tukar rupiah terhadap dolar. Namun, kenyataannya, kita tidak punya sektor industri yang bisa memanfaatkan situasi kurs yang melemah itu.

Coba kita lihat ekspor kita, terutama yang non-migas, sebagian besar menurun jumlah dan nilainya. Memang, ada beberapa yang naik, contohnya ekspor makanan olahan. Ada juga industri besar, yaitu ekspor alat transportasi seperti motor dan mobil yang juga naik, tapi nilainya masih kecil. Hanya pertumbuhannya saja yang tinggi. Satu lagi yang naik pertumbuhan ekspornya adalah industri alas kaki, cukup bagus. Sedangkan yang lain, pertumbuhannya sangat sedikit, bahkan negatif. Itu artinya, industri yang kita miliki sejauh ini tidak cukup besar, dan bahkan mungkin 10-15 tahun terakhir industrinya itu lebih banyak untuk konsumsi dalam negeri. Itu yang kita warisi. Padahal di pihak lain kita tahu bahwa suatu negara yang berkembang hanya bisa mencapai transformasi struktural yang berkesinambungan kalau sektor industrinya berkembang dengan baik.

Darmin Nasution, Menteri Koordinator Bidang Ekonomi

Darmin Nasution, Menteri Koordinator Bidang Ekonomi

Kenapa harus industri ? Namanya industri itu rata-rata gajinya tiga kali lipat dari penghasilan di pertanian, sehingga sektor industri layak menjadi sektor yang menampung banyak tenaga kerja dan mengubah kehidupan mereka yang bekerja. Mereka tadinya di sektor tradisional pertanian ke sektor yang lebih formal. Coba saja lihat, berapa kira-kira UMP (upah minimum pekerja) saat ini? Di pertanian penerimaan penghasilan orang itu rata-rata dibawah Rp 1 juta. Tetapi di industri, UMP-nya saja bias setara dengan rata-rata UMP perkotaan yaitu sekitar Rp 2 juta-an.

Memang ekonomi yang bertransformasi itu di mana-mana selalu ditandai dengan adanya sektor pertanian yang cukup besar. Tetapi, kemudian sektor ini melepas orang-orangnya pindah ke sektor industri yang formal. Sedangkan kita tidak kuat di industrinya. Berkah harga komoditas sudah tidak ada lagi. Harga komoditas sekarang turun, termasuk harga BBM. Lalu kita sadar bahwa kita harus membangun industri manufaktur.

Nah, sayangnya pada waktu komoditi sedang bagus performanya, pemerintah juga cukup menikmati suplai dolar yang banyak itu. Dalam periode yang sama terjadi pula siklus naik dari harga komoditi hasil sumber daya alam. Bersamaan juga munculnya Tiongkok dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, sehingga permintaan terhadap komoditi sumber daya alam semakin meningkat dan boleh dikatakan itu suatu super siklus di dalam harga dan permintaan dari hasil-hasil sumber daya alam. Sebetulnya, periode itu semestinya dimanfaatkan untuk mendorong lahirnya industri manufaktur. Tetapi itu tidak terjadi. Kenapa? Karena pertumbuhan ekonomi kita sudah lumayan tinggi waktu itu, sudah di atas 6%. Harga komoditi juga terus naik, membuat transaksi berjalan dari neraca pembayaran menjadi surplus. Sehingga, ya apalagi kurangnya, kira-kira begitu.

Alhasil, tidak ada motivasi untuk mendorong lahirnya industri manufaktur. Bukan berarti tidak ada sama sekali, tapi tidak berkembang. Ada, tetapi lebih banyak untuk permintaan dalam negeri. Nah, kira-kira dengan latar belakang seperti itu, pada waktu pemerintahan baru naik, apa yang dihadapi sebetulnya adalah tidak punya sektor industri yang cukup digerakkan, sementara sektor penghasil sumber daya alam merosot dengan penurunan harga berlaku sampai hari ini. Oleh karena itu, Pemeritah saat ini sebetulnya dalam situasi lingkungan ekonomi yang kurang kondusif terus mencoba mencari jalan untuk menghidupkan industri manufaktur.

Pertanyaannya, bagaimana caranya? Dalam situasi di mana investor tidak banyak investasi, kondisi seperti ini bukan hanya di Indonesia. Terus, caranya bagaimana mendorong investasi terjadi? Yang pertama diharapkan, itu adalah investasi dari Pemerintah. Itu sebabnya kenapa APBN kita begitu ambisius pada tahun lalu itu, di mana pertumbuhan pendapatan coba ditargetkan naik 39%. Kemudian subsidi juga dikurangi secara signifikan, bahkan sebetulnya praktis dihilangkan, terutama BBM, untuk menambah ruang pada investasi.

Kembali ke soal industri, bagaimana mendorongnya ke situasi ‘minat investasi yang banyak’. Maka, anda perhatikan, apa yang dilakukan Pemerintah adalah mengundang minat investor masuk ke infrastruktur dan ke industri-industri tertentu yang sifatnya jangka panjang. Kenapa yang begitu bisa? Karena itu tidak 100 % perhitungan pasar hari ini. Itu perhitungan pasar 10-15 tahun ke depan. Dan, kemudian pemerintah juga menyiapkan supaya bagaimana investor masuk ke industri petrokimia dengan kilang minyaknya juga.

Ada yang menarik dari petrokimia dan kilang minyak ini. Jadi begini, industri kilang minyak itu tidak terlalu menarik, return of investment dan profitnya tidak terlalu menarik. Industrfi ini akan cukup menarik kalau dipasangkan dengan petrokimia. Dan, itu kalau anda perhatikan apa yang dikembangkan di Cilacap sekarang, itulah kilang minyak plus petrokimia. Sementara, yang di Tuban lebih ke arah industri chemical secara umum. Ada lagi yang menarik mengenai hal ini. Begini, ekonomi kita itu sejak zaman Orde Baru praktis tidak pernah punya transaksi berjalan yang positif, apa lagi ketika pertumbuhan ekonomi di atas 6%. Bagaimana bisa sama, coba lihat datanya dari tahun 1969 – 1997, tidak ada positifnya, semua negatif. Sehingga yang dilanjutkan adalah deregulasi dan birokratisasi. Belum sempat pulih, datang krisis 1998. Jadi, intinya adalah ekonomi kita dari dulu transaksi berjalannya hampir selalu negatif.

Kalau dilihat apa sih yang membuatnya negatif? Tentu banyak sebabnya, tapi yang paling utama adalah kita memerlukan impor dalam jumlah banyak untuk beberapa kelompok produk. Kelompok apa itu? Pertama petrokimia, yang mana produk-produk dari petrokimia punya peran penting dalam mendukung industri besar lainnya. Dari hulu sekali adalah nafta, sampai di hilirnya berupa produk pupuk, PVC, obat, dll. Kelompok yang kedua adalah general chemical. Dan, kelompok ketiga adalah yang lebih besar lagi, yakni besi dan baja. Ini selalu menjadi sumber utama penyebab transaksi berjalan negatif karena ketergantungan impor. Oleh karena itu, terus terang, sekaligus mempersiapkan diri mendorong pertumbuhan yang lebih cepat tadi, memang tiga kelompok itu yang sedang didorong, yakni petrokimia, general chemical, serta besi dan baja. Kelak jika industri di tiga kelompok itu berkembang, kami berharap, kita tidak lagi mengalami defisit transaksi berjalan.

Deregulasi dan birokratisasi terus didorong. Jadi, kalau kita lihat paket I samapai VIII, selain penyederhanaan perijinan, prosedur, kemudian insentif, itu akan terlihat bahwa ada upaya yang cukup konsisten mendorong berkembangnya kawasan, seperti kawasan industri, pusat logistik berikat, inland LTE, kawasan ekonomi khusus (KEK). Kenapa itu semua yang dilakukan? Karena itu juga adalah cara terpendek, dibandingkan dengan memperbaiki semua regulasi yang bersifat umum, nasional. Kalau anda membangun pabrik di luar kawasan, itu harus ada ijin lokasi dari Pemerintah Daerah (Pemda), harus ada AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) dari Pemda, dan seterusnya. Tetapi kalau di dalam kawasan, karena sudah dilengkapi rancangan detail tata ruang, tidak perlu semua ijin itu. Bahkan AMDALnya adalah AMDAL kawasan. Jadi ada banyak bedanya investasi di dalam kawasan dan di luar kawasan. Nah, industrinya apa saja? Memang, dalam situasi pasar yang seperti sekarang, tidak mudah mendefenisikannya secara tepat. Nah, yang penting didorong lahirnya kawasan tersebut.

Ada jenis industri lain yang relatif spesifik yang didorong berkembang, industri yang kami perkirakan dengan keyakinan pasti akan lahir, yakni industri farmasi. Farmasi ini adalah industri yang struktur pasarnya paling pincang dan dikuasai oleh pemain-pemain besar dari Eropa dan sedikit dari Jepang. Nah, industri ini dipastikan akan berkembang karena apa? Karena ada Jamkesnas. Apa saja yang diperlukan? Yang diperlukan hanya standar obat yang akan dipakai, tidak perlu diberikan insentif, tapi mungkin bahan baku obatnya yang akan lebih rumit sedikit. Karena bahan baku itu juga sangat dikuasai oleh beberapa pemain besar di dunia. Nah, oleh karena itu, industri ini kami sedang persiapkan betul untuk berkembang.

Selain itu, kita bangun juga pembangkit listrik, dan sejalan dengan itu pasti akan lahir transmisi (tower-tower). Yang dibutuhkan apa? Standar harga. Jumlahnya akan sangat banyak sekali yang dibutuhkan, ratusan kilometer kalau disambungkan. Bahkan sebetulnya pada waktu kami menderegulasi bea masuk suku cadang pesawat terbang, itu bukan hanya sekadar mendorong industri dirgantara yang di dalam negeri, tapi nantinya kami harap akan lahir usaha modern MRO (maintenance, repair and overhaul) yang menjadi pendukung industri pesawat terbang itu sendiri.

Ini yang saya sebut sebagai, suatu cara yang tidak lumrah untuk membangkitkan pertumbuhan dalam situasi ekonomi dunia yang melambat. Selain itu, kami juga sudah merencanakan akan membangun sebauh lembaga atau badan promosi, jadi seluruh kementerian yang punya kebutuhan untuk promosi seperti pameran keluar negeri, akan digabung jadi satu ke dalam badan tersebut, sehingga saat akan mengikuti pamaren di luar negeri, cukup satu badan itu yang jalan dengan membawa seluruh produk dan jasa dari seluruh kementerian. Ini juga bertujuan mencari peluang pasar baru. Pasar yang ada sekarang ini tidak bisa diharapkan dalam waktu dekat akan bangkit.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved