Management Editor's Choice Strategy

Mewujudkan Tangerang sebagai Kota Layak Investasi

Mewujudkan Tangerang sebagai Kota Layak Investasi

Haji Arief Rachadiono Wismansyah BSc, Mkes. dikenal sebagai birokrat dan pengusaha sukses. Pria kelahiran Tangerang, 23 April 1977 ini sekarang menjabat sebagai Walikota Tangerang dan pernah menjadi Wakil Walikota Tangerang periode 2008-2013. Kala itu Arief diusung oleh Partai Demokrat menjadi wakil dari Wahidin Halim yang menjabat Walikota Tangerang.

Sebagai pengusaha, Arief adalah pemilik Rumah Sakit Sari Asih Group. Dia mengikuti jejak bisnis kedua orang tuanya H. Marsudi Haryoputro dan Siti Rochayah dari Kebumen, Jawa Tengah.

Latar belakang pendidikan Arief sempat kuliah di Amerika Serikat dan merintis usaha kecil-kecilan di AS. Lalu, dia pulang ke Indonesia dan bergabung dengan bisnis orang tuanya. Apa saja yang dilakukan Pemerintah Kota Tangerang untuk memacu pertumbuhan bisnis? Walikota Tangerang ini memaparkannya kepada Gustyanita Pratiwi dari SWA Online:

H.Arief Wismansyah, Walikota Tangerang

H.Arief Wismansyah, Walikota Tangerang

Apa potensi bisnis Kota Tangerang?

Kalau bicara teori bisnis, itu kan dalam menentukan bisnis, salah satu yang sangat penting adalah posisi, posisi, dan posisi or location, location, location. Either one sama saja. Kalau kita bandingkan apple to apple dengan berbagai kota besar di seluruh Indonesia, Kota Tangerang itu memiliki akses yang sangat strategis. Karena Kota Tangerang adalah satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki bandara terbesar, bahkan nomor 10 tersibuk di dunia.

Jadi kami menjadikan Kota Tangerang ini ke depannya adalah sebagai gateway for Indonesia from the world. Artinya, orang punya bisnis di Jakarta, sekarang kalau dari bandara ke Kuningan, let’s say during peak hour, jam kerja, itu mungkin bisa 2-3 jam. Terus ke Sudirman sekitar 1,5-2 jam. Nah, itu saya bertemu dengan beberapa investor, mereka ngeluh. Pak Arief, kenapa sih kalau ke Jakarta dari bandara macet? Macetnya di mana? Ya di pintu tol Kamal, Grogol, terus sampai Slipi, Senayan, nanti Semanggi ke sono dikit macet lagi yang mau ke Kuningan. Ya saya bilang, yang bapak ibu gambarkan itu semuanya wilayah Jakarta.

Makanya sekarang kalau perjalanan dari bandara ke Sudirman atau Kuningan 2 jam-an, saya bilang itu saya sudah sampai Singapura lagi dari Tangerang. Lha wong bandaranya di sini.

Dan saya bisa katakan, Kota Tangerang itu terkoneksi dengan seluruh kota besar di Indonesia, yang memiliki bandara juga. Ada 70 kalau tidak salah kurang lebihnya. Dan juga terkoneksi dengan sekian ratus kota di dunia. Ya Kuala Lumpur, Singapura, Seoul, Hong Kong, Narita, Osaka, dll, karena memang pesawatnya landing ke sini. Kalau misal mbak tugas kantor, dari Sangiang berangkat sore liputan ke Bekasi, bisa 3-4 jam. Mendingan disuruh ke Hong Kong sekalian. Itulah yang menjadikan kebutuhan investor ke depan punya bisnis yang bukan hanya di Jakarta.

Tangerang2Arief

Jakarta memang pusat bisnis, tapi bisnisnya mereka di Indonesia. Sehingga mereka perlu basecamp yang memiliki akses yang mumpuni ke berbagai daerah. Kenapa? Karena sekarang dengan perkembangan otonomi daerah dan sebagainya, kan berkembang semua. Misal, Semarang, Yogyakarta, Malang, Surabaya, Bandung, Makassar, Banjarmasin, Samarinda, dll, itu semua berkembang.

Contoh sederhanya begini, Microsoft mengembangkan Bekasi City Net. Dia ingin garap sehingga perlu akses untuk bisa berkomunikasi dengan kantor-kantor cabangnya itu. Makanya mereka tertarik untuk membuat headquater di Tangerang. Sekarang beberapa kantor penerbangan sudah ada di Kota Tangerang. Sriwijaya, Air Asia, Garuda, dll. Makanya konsep ke depan, keberadaan airport ini bukan lagi menjadi city airport tapi airport city.

Konsepnya adalah aerotropolis, bagaimana menjadikan bandara, yang tadinya sumber masalah, macet dsb, tapi sekarang kami ambil benefit-nya. Apalagi di Kota Tangerang sekarang kan menjadi daerah lintasan. Orang mau ke Jakarta, pasti lewat Tangerang. Dari Sumatera, Banten, dari mana-mana, mau berangkat ibadah umroh pasti ke Tangerang, karena semua penerbangan yang ke Jeddah via Soekarno-Hatta.

Di Kota Tangerang itu dilalui tol Jakarta-Merak, Tol Sediatmo, sebentar lagi juga ada Tol Kunciran-Bandara, terus terkoneksi dengan jaringan JOR. Nah hari ini baru ada akses JORR W2, lintasan juga sama. Makanya karena kami punya posisi yang sangat strategis, kami bukannya dekat dengan bandara, tapi bandara ada dalam Kota Tangerang. Itulah maka ke depan, Kota Tangerang bercita-cita membangun kota ini sebagai liveble city, kota layak huni. Yang kedua investable city, kota yang layak untuk berinvestasi, karena dia boleh punya investasi di mana-mana, tapi center-nya harus punya akses ke mana-mana juga yaitu di kota Tangerang. Yang terakhir adalah visitable city. Jadi dari keuntungan akses-akses itu, maka sekarang banyak investor membangun pusat-pusat perkantoran dsb.

Ini kalau sudah lihat peta Tangerang, di sini ada Grup Green Lake, Perumahan Puri, Kota Ayodya, Victoria Park. Kami berharap meskipun Jakarta adalah ibu kota, tapi pusat bisnisnya ya di Tangerang. Makanya yang tadinya Kota Tangerang hanya sebagai kota industri, kami ingin persiapkan juga menjadi kota bisnis. Apalagi tahun depan kan ada AFTA. Itu yang sedang kami dorong ke arah sana, sehingga sumber daya manusia kami itu capable. Artinya mudah-mudahan ini bisa berkembang.

Sekarang, bicara orang bisnis, time is money. Kalau dia tahu waktu bisnis dia terbatas, ya harusnya dia punya headquater yang bisa mengendalikan semua kota-kota besar.

Sektor yang berpotensi sebagai ladang usaha Kota Tangerang?

Sektornya itu ya sektor perdagangan, trading, dll. Sebenarnya nanti akan masuk ke setiap sektor, karena infrastruktur kan juga harus dibangun. Justru perumahannya itu nanti akan kami arahkan ke vertikal semua. Pusat-pusat bisnis yang akan kami tingkatkan. Ya sekarang kan orang ngeluh ke Jakarta karena macet. Saya bilang bagus, berarti kan orang akan pindah dari Jakarta. Dari situlah, kami akan persiapkan itu.

Upaya seperti perizinan?

Kami sekarang sedang mempersiapkan izin secara online. Memang sudah mulai, kayak izin lingkungan itu sudah online. Kartu kuning sudah online. Pelayanan satu pintu juga ingin kami arahkan ke online. Kami sedang persiapkan itu semua supaya mempermudah. Karena memang pengusaha itu meminta pemerintah itu mendapatkan kepastian, boleh diizinkan atau tidak, persyaratannya apa saja, dll. Itu yang sedang kami evaluasi terus. Karena prinsipnya dalam manajemen pemerintah daerah Kota Tangerang sekarang ini ingin kami terapkan Continuouse Quality Improvement. (CQI). Jadi setiap tatanan pelayanan juga harus bisa ditingkatkan.

Implementasi nyatanya misal di infrastruktur?

Kami sedang dorong pembebasan jalan tol, terus kami juga sedang melakukan pengembangan jalan-jalan dengan metode greed system. Jadi sekarang kami sedang menata Kota Tangerang, teorinya kan ada urban planning ya. Kalau mau ke walikota kan lewat Moh. Toha, kan macet tuh, nah itu rencananya akan kami pilihkan opsi lewat Galeong. Ada jalan tikusnya dari Grendeng masuk ke kiri, nanti tembus-tembus bisa sebelum Mitra 10. Nah jalan seperti itu ingin kami gede-gedein. Jadi masyarakat itu punya banyak akses untuk melintas di wilayah Kota Tangerang. Namanya greed system.

Transportasi sendiri semacam busway dikembangkan tidak?

Sekarang kami sedang persiapkan karena kami inginnya 1-2 tahun ini disosialisasikan ke masyarakat. Makanya kami sedang carikan jalan keluar. Kayak angkot itu rutenya dibedakan. Ada jalur utama akan diisi bus rapid transit yang ¾ jenis Kopaja. Nanti yang masuk ke dalam-dalam, angkutan umum itu.

Cuma yang jadi masalah, di kota ini ada 2.800 angkot ditambah lagi 3.500 angkutan umum yang dikeluarkan izinnya oleh provinsi. Kami inginnya dengan pengembangan bandara, itu sebagian dari mereka didorong menjadi supir taxi. Karena harus dialihkan. Kami inginnya menyelesaikan masalah dengan solusi. Bukan menyelesaikan masalah dengan menambah masalah baru. Itulah yang ingin kami buat terobosannya.

Tahun depan, kami rencananya akan mengkonekkan rel kereta dengan busway. Di terminal Poris Plawad itu kan ada busway dari Kalideres-Grogol-Taman Anggrek. Di seberangnya ini ada rel kereta dan stasiunnya. Dari situ orang bisa lebih cepat lagi ke Jakarta karena naik kereta.

Untuk menjalankan kolaborasi dengan kalangan pebisnis dan pemangku kepentingan lainnya?

Kami bikin pertemuan-pertemuan, business gathering dengan para pengusaha yang ada di lokal. Makanya kan sementara ini, pengusaha-pengusaha lokal ini pabrik/industrinya di sini, tapi kantor pusatnya di Jakarta. Inilah yang mau kami atrract. Ada beberapa perusahaan yang sudah mulai pindah ke Alam Sutera. Kayak IKEA saja, saya tanya kenapa sih IKEA tidak di Jakarta. Karena dekat dengan bandara. Jadi segmennya itu, inginnya orang beli furniture, berangkat pagi, siang pulang. Datang ke IKEA, belanja, pulang.

Makanya itu yang ingin kami bangun. Kami membangun kota ini sebagai investable city itu ya mendapat dukungan dari pihak pengusaha. Awalnya kan Kota Tangerang itu punya pengangguran yang besar yaitu sekitar 86 ribu. Makanya saya ingin melihat sumber daya kami based on kompetensi business needs. Jadi, mereka butuh kompetensi seperti apa, nah itu yang akan kami supply. Jadi, jangan sampai orang Tangerang cuma jadi cleaning service, Satpam, atau level bawahnya saja. Ya kalau perlu jadi manajernya. Nah, tapi itu harus di-training. (***)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved