Management Strategy

Microsoft: Batal Mencaplok Slack?

Microsoft: Batal Mencaplok Slack?

Ketimbang mengakuisisi pesaing, Bill Gates dan Satya Nadella mendorong Microsoft untuk membesarkan Skype guna menguasai bisnis layanan kolaborasi-tim bagi dunia usaha.

Tahun 2015 menandai perubahan strategi di Microsoft. Kalau sebelumnya tak kelewat agresif, Microsoft tahun lalu menjadi kampiun industri teknologi informasi [TI] yang mengakuisisi paling banyak perusahaan perintis.

Pada 2015 itu, menurut CB Insight, Microsoft mencaplok 18 perusahaan—lebih banyak ketimbang Apple [11] maupun Alphabet [16], perusahaan induk Google yang dikenal banyak membidani proyek masa depan. Kenyataan bahwa harga saham MSFT terus meningkat menunjukkan bahwa khalayak investor menyambut positif strategi CEO Satya Nadella yang berbeda dari para pendahulunya.

Bill Gates, Pendiri Microsoft (sumber foto: www.forbes.com)

Bill Gates, Pendiri Microsoft (sumber foto: www.forbes.com)

Pada 2016, Nadella diperkirakan tetap akan agresif mendongkrak posisi raksasa industri perangkat lunak tersebut yang relatif lemah di pasar peranti bergerak melalui berbagai akuisisi. Salah satu yang dipertimbangkan untuk diambilalih, menurut TechCrunch pada 4 Maret lalu, adalah Slack Technologies, pengembang aplikasi kolaborasi tim berbasis-awan asal San Francisco, California.

Tak tanggung-tanggung, valuasi Slack konon mencapai US$8 miliar. Executive VP Qi Lu, yang mengomandani Apps and Services, disebut-sebut sebagai petinggi Microsoft yang mendukung upaya peningkatan R&D, terutama untuk Bing, Office, dan Skype yang menjadi tanggung jawabnya. Tetapi, masih menurut TechCrunch, belakangan inisiatif tersebut tak jadi dilancarkan setelah Bill Gates dan Nadella menolak.

Gates menilai, dana besar tersebut akan memberi hasil lebih bila diinvestasikan untuk membuat Skype lebih business-friendly dengan menambah berbagai fitur baru. Saat ini, Skype yang dibeli Microsoft US$8,5 miliar pada 2011 telah memiliki fitur chat, baik audio maupun video, yang pada Slack sedang dikembangkan.

Slack menarik hanya karena app kolaborasi tersebut sangat populer. Sejak resmi diluncurkan dua tahun lalu, Slack berhasil menarik 2,3 juta pengguna aktif bulanan dan diperkirakan telah meraup pendapatan tahunan sekitar US$64 juta.

Di masa lalu, Microsoft tetap melakukan akuisisi walau telah memiliki app serupa. Raksasa asal Redmond, Washington, ini tetap mencaplok Yammer walau telah memiliki SharePoint, pada 2012. App untuk kolaborasi sosial senilai senilai US$1,2 miliar tersebut saat ini sedang dalam re-focusing, setelah sebagian besar teknologinya dicangkokkan ke Office 365 yang berbasis-awan.

Sebelumnya, juga di bawah CEO Steve Ballmer, Microsoft mengambilalih Skype walau telah mengembangkan Lynch yang menawarkan sebagian besar fitur app yang merupakan perintis [tele]komunikasi berbasis-internet tersebut. Sejak 2015, dengan mengombinasikan fitur Lynch ke perangkat lunak konsumer Skype, Nadella meluncurkan Skype for Business.

Dan, agaknya, Nadella [maupun Gates] yakin bahwa Skype for Business akan mampu bersaing dengan Slack yang, dengan pengembangan fitur audio dan video chat, menjadi pesaing langsung. Setidaknya pertempuran masih akan seru. Sebab, walau Slack yang sejak awal telah merebut banyak pengguna kalangan bisnis, Skype menguasai teknologi dan didukung sumberdaya yang jauh lebih besar.

Yang masih jadi pertanyaan, apakah kebijakan tidak mengakuisisi Slack juga jadi penanda perubahan strategi Microsoft untuk tak kelewat agresif lagi seperti sebelumnya?


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved