Management Strategy

Nilai Tinggi Sektor Perikanan Maluku Barat Daya

Nilai Tinggi Sektor Perikanan Maluku Barat Daya

Maluku Barat Daya merupakan salah satu kepulauan terluar Indonesia dengan wilayah perairan yang berbatasan langsung dengan perairan Timor Leste dan Australia Utara. Kondisi geografis ini menjadikannya sebuah kawasan strategis dan salah satu kawasan prioritas konservasi dan pengelolaan perikanan berkelanjutan yang harus dijaga oleh Indonesia, baik terkait dengan kedaulatan bangsa maupun pengelolaan sumber daya alam.

Maluku

Kawasan tersebut masih memiliki potensi ekologi yang relatif baik, aspek sosial masyarakat, serta sektor perikanan yang bernilai tinggi dan sangat penting untuk dikelola secara berkelanjutan. Keanekaragaman hayati laut, kepadatan ikan karang relatif tinggi, tutupan karang rapat, dan kearifan lokal yang masih terjaga diharapkan mampu sebagai penopang ekonomi.

”Rencana aksi menuju Maluku sebagai lumbung ikan nasional salah satunya adalah optimalisasi pemanfaatan potensi kelautan dan perikanan secara lestari. Ekspedisi yang dilakukan ini akan menjadi acuan dan landasan ilmiah yang kuat untuk mempercepat kesiapan dalam merumuskan bentuk pengelolaan sumber daya perikanan dan pemanfaatan sumber daya laut secara berkelanjutan di perairan Maluku Barat Daya,” ungkap Bambang Sumiono, Ketua Kelompok Peneliti Kebijakan Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan Laut pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan – Badan Litbang KKP.

Dalam pengembangan koridor ekonomi nasional, kebijakan lumbung ikan nasional di Kepulauan Maluku ditetapkan sebagai salah satu sektor basis pada koridor ekonomi Maluku-Papua.

Hal ini mengemuka sebagai temuan awal survei cepat ekologi, sosial-ekonomi dan perikanan di kawasan terluar kepulauan Maluku Barat Daya yang dilakukan oleh WWF-Indonesia bersama Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

Sebanyak 16 peneliti terlibat dalam pengumpulan data kondisi ekologi laut, perikanan dan sosial-ekonomi masyarakat di 30 lokasi survei bawah laut dan 14 desa target, yang antara lain berasal dari KKP,Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Maluku Barat Daya, Universitas Pattimura (Unpatti),Institut Pertanian Bogor (IPB), WWF-Indonesia, dan Wildlife Conservation Society Indonesia Program (WCS-IP).

Salah satu studi WWF di awal tahun ini tentang kawasan konservasi laut menunjukkan bahwa dari setiap US$ yang diinvestasikan untuk mewujudkan kawasan konservasi laut dapat memberikan manfaat tiga kali lipat yang didapat melalui penyediaan lapangan kerja, perlindungan pesisir, dan perikanan.

Diperkirakan juga peningkatan perlindungan terhadap habitat-habitat kritis dapat menghasilkan manfaat bersih antara US$ 490 miliar dan US$ 920 miliar selama kurun 2015-2050.

“Dengan adanya temuan-temuan penting ini, kami berharap pengelolaan kawasan dan perikanan yang efektif di Maluku Barat Daya dapat terwujud secepatnya. Kabupaten ini memiliki potensi besar sebagai salah satu penggerak pada koridor ekonomi Maluku-Papua melalui sektor perikanan dan pariwisata bahari,” kata Estradivari, Marine Conservation Science Coordinator WWF Indonesia, yang juga Koordinator ekspedisi. Nantinya temuan akhir dari survei ini direncanakan akan dirilis pada April 2016. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved