Management Strategy

Optimisme Anak Muda Persiapkan MEA

Optimisme Anak Muda Persiapkan MEA

Memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN akhir tahun ini, Indonesia turut berbenah diri. Sebagai negara dengan ekonomi besar di ASEAN, di mana sekitar 40 persen dari Produk Domestik Bruto ASEAN, Indonesia menjadi aktor penting dalam MEA.

Besarnya pertumbuhan penduduk Indonesia dimana lebih didominasi angkatan kerja usia produktif menjadi driver untuk mendapat posisi baik dalam persaingan. Untuk itu, kesiapan sumber daya manusia untuk bersaing menjadi urgensi, khususnya generasi muda. Pertanyaannya adalah seberapa siap Indonesia dan apakah Indonesia hanya akan menjadi pasar?

IYC 2015 Sesi Ekonomi (doc. SWA)

IYC 2015 Sesi Ekonomi (doc. SWA)

MEA merupakan peluang sekaligus tantangan, dimana integrasi ekonomi akan terjadi dalam dan akan tercipta sebuah pasar tunggal serta kesatuan basis produksi yang akan menyebabkan terjadinya arus lalu lintas barang, jasa, investasi, dan pengembangan teknologi. Merespon hal ini, Sinergi Muda mengadakan program tahunan yaitu Indonesia Youth Conference (IYC). Di tahun ke-6 nya, konferensi yang menjadi wadah untuk mengenalkan kepada anak muda terhadap isu-isu sosial ini mengangkat tema “Kita Siap”.

Dalam konferensi yang dihadiri lebih dari ratusan anak muda dari seluruh Indonesia ini, Vivi Alatas, seorang ekonom dan Team Leader Kemiskinan di World Bank Jakarta, menyatakan bahwa aset yang utama adalah manusia, karena pertumbuhannya yang bergerak secara eksponensial. Ini merupakan berkah tetapi juga tantangan.

Peluang membangun bisnis di era MEA terbuka luas. Tetapi setiap orang harus mampu berkreativitas dan jeli melihat peluang serta berinovasi. Tetapi , “Ada 3 revolusi mental, yaitu life long learning, memiliki tujuan yang tinggi, dan berusaha dapatkan flow, di mana bukan hanya mengerjakan sesuatu karena bayaran tetapi dengan konsentrasi dan inisiatif dari dalam diri,” ujarnya.

HS Dillon, seorang tokoh di bidang HAM dan Pemerataan Ekonomi, juga turut memberi pendapatnya. Menurutnya, Indonesia harus membangun kelas menengah yang produktif bukan konsumtif. Di negara maju yang berkembang adalah industri kreatif, dimana 75 persen pelakunya adalah anak muda. “Informasi dan teknologi sudah ada, hanya bagaimana mengeksplorasinya,” tambahnya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved