Management Strategy

Pemerintah Turunkan Target Pertumbuhan Ekonomi

Pemerintah Turunkan Target Pertumbuhan Ekonomi

Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia masih jauh di luar harapan. Ekonomi global yang masih belum menentu ikut andil dalam perlambatan ekonomi domestik. Pada tiga bulan pertama, ekonomi RI hanya tumbuh 4,7%. Angka itu adalah yang terendah sejak kuartal IV-2009.

Ekonomi Jepang masih belum pulih benar setelah mengalami resesi pada tahun lalu. Sementara itu, ekonomi Tiongkok sudah menunjukkan tanda-tanda resesi. Kedua negara itu adalah tujuan ekspor terbesar Indonesia. Sama halnya dengan Negeri Paman Sam yang juga belum pulih benar usai diterpa badai krisis ekonomi tahun 2008.

World Economic IMF merevisi pertumbuhan ekonomi dunia hanya di angka 3,1% di tahun ini, lebih rendah dari perkiraan sebelumnya di level 3,6%. Namun, dana moneter internasional itu menilai ekonomi di negara-negara di Asia masih akan tumbuh bagus seiring melimpahnya sumber daya alam dan pasar domestik yang besar.

Pelindo IV Diberi Kredit Senilai Rp 3 Triliun dari Bank Mandiri. (Ilustrasi Foto : Prio Santoso/SWA).

Pelindo IV Diberi Kredit Senilai Rp 3 Triliun dari Bank Mandiri. (Ilustrasi Foto : Prio Santoso/SWA).

Dari kajian Outlook Ekonomi Regional, IMF memerkirakan India akan menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi pada tahun ini, yakni 7,5%. Meskipun melambat, ekonomi China masih akan tumbuh 6,85 pada tahun ini dan 6,3% pada tahun 2016.

Untuk Indonesia, IMF menyebut ekonomi di negeri pimpinan Joko Widodo dan Jusuf Kalla ini masih bisa tumbuh 5% pada tahun ini. Sebelum IMF, Bank Dunia juga telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 5,2 persen tahun ini yang berarti lebih rendah dari perkiraan 5,6 persen pada Oktober tahun lalu.

Namun, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro memiliki pendapat berbeda. Ia merevisi target pertumbuhan ekonomi dari 5,7% menjadi 5,4%. “Kami mengupayakan pertumbuhan ekonomi sebaik mungkin, Ini kan perkiraan. Asumsi waktu itu kita 5,7% dalam APBN. Sekarang ini kita lihat mungkin 5,4% lebih realistis,” katanya dalam seminar bertajuk “Strategi Mewujudkan Arsitektur Sistem Keuangan dan Perbankan Nasional yang Tangguh”.

Untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D. Hadad berjanji akan berkoordinasi dengan Bank Indonesia untuk melonggarkan ketentuan Loan to Value, yakni kebijakan makroprudensial yang terkait penerapan uang muka dalam pembelian aset properti maupun kendaraan bermotor. Terutama di sektor properti, karena sektor tersebut punya peranan besar dalam pertumbuhan ekonomi.

“Pada waktunya nanti akan dibahas, apa yang bisa kami lakukan (untuk mendorong perekonomian). Sektor properti punya linkage yang besar baik. Kalau properti turun, konsumsi semen turun, pasir turun, ekonomi pada gilirannya akan melambat,” ujarnya.

Pada awalnya, lanjut dia, aturan LTV ini dikeluarkan untuk mengontrol pertumbuhan yang berlebihan di kredit properti dan otomotif. Namun, pada dua hingga tahun terakhir, pertumbuhan kredit di kedua sektor tersebut justru merosot.

Sebelum peraturan LTV diberlakukan, kata Agus, pertumbuhan pembiayaan perumahan sempat mencapai 70%. Namun, setelah regulasi diberlakukan, rata-rata pertumbuhan pembiayaan perumahan hanya mencapai 20%.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved