Pendapatan Vodafone dihajar krisis Eropa. Di Italia, Spanyol, Yunani, dan Portugis, pendapatan perusahaan telko Inggris ini turun. Hingga 30 Juni lalu, pendapatan Vodafone turun 1,6% menjadi £ 6,9 miliar. Hal tersebut didasarkan kontribusi penggunaan telephone, SMS, dan data.

Vodafone menyalahkan buruknya situasi ekonomi Eropa, perang diskon merebut market-share, dan efek aturan Brussels yang menerapkan tarif tinggi untuk panggilan lintas operator.

Vodafona merasakan betul kesenjangan zona Euro di utara dan selatan. Di Eropa Utara, keuntungan dari situasi makro terus mengalir ke kantong Vodafone. “Sebaliknya, situasi ekonomi makro dan tekanan kompetisi di Eropa Selatan terus menghantam kami,” kata pihak Vodafone seperti dikutip Guardian.

Penerimaan Vodafone dari sisi pelayanan di Italia turun 7,7%, belum termasuk fluktuasi mata uang. Italia merupakan pasar terbesar kedua bagi Vodafone. Bobroknya negara asal CEO Vodafone, Vittorio Colao sudah tercium banyak pihak. “Perubahan terbesar di Italia sudah sangat merugikan seperti yang tiap hari kita baca di koran-koran,” katanya.

Spanyol, pasar terbesar Vodafone selanjutnya turun 10%. Lingkungan ekonomi makro yang menantang juga memukul pasar Vodafone di Yunani dan Portugis.

Nasib Vodafone lebih baik di Eropa Utara terutama Jerman, pasar terbesar Vodafone. Di negara tersebut Vodafone memiliki 35,8 juta pelanggan. Triwulan kedua ini mereka membukukan kenaikan pendapatan 4,2% dari pelayanan.

Di kawasan selatan Eropa, pasar Vodafone di Inggris bernasib sedikit lebih baik meski pendapatan turun 0,8%. Buruknya tekanan ekonomi makro berdampak terhadap turunnya kepercayaan konsumen.

Meski performa tampak turun, Colao memilih mengendalikan pembiayaan pada supplier dan TI sebagai strategi mengencangkan sabuk perusahaan. “Kami tidak merencanakan PHK skala besar saat ini,” katanya. Vodafone mempekerjakan 84.000 pegawai di seluruh dunia.