Management Profile Entrepreneur Diaspora

Pendiri Grup Citra Mewariskan Etika Bisnis dan Akhlak Kepada Anaknya

Pendiri Grup Citra Mewariskan Etika Bisnis dan Akhlak Kepada Anaknya

H. Norhin, pengusaha asal Banjarbaru, Kalimantan Selatan (Kalsel) adalah raja daerah yang sukses mengembangkan bisnis di daerahnya tersebut. Kendati hanya mengecap pendidikan guru agama, Norhin mampu melakoni dengan baik lika-liku bisnis sehingga berhasil mendirikan kerajaan bisnis yang diberi nama Grup Citra. Norhin yang pernah berdagang kain di Pasar Tanah Abang itu mendirikan mendirikan PT Pribumi Citra Megah Utama (PCMU) sebagai induk usaha. Kini, jejaring bisnis Norhin menjangkau bisnis pertambangan, lembaga pembiayaan syariah melalui PT Citra Tirta Mulia (Citifin Multifinance Syariah), properti, perbankan, rumah sakit, sekolah, hingga pusat olah raga. Pengusaha asal Banjarmasin ini memberikan tongkat estafet kepada anak-anaknya untuk meneruskan kerajaan bisnis yang didirikannya.

H.Norhin, pendiri Grup Citra, yang sukses meregenerasi anak-anaknya menjadi pengusaha. Pendidikan agama dan akhlak serta etika berbisnis ditanakam kepada anaknya. (Foto : Ist).

H.Norhin, pendiri Grup Citra, yang sukses meregenerasi anak-anaknya menjadi pengusaha. Pendidikan agama dan akhlak serta etika berbisnis ditanakam kepada anaknya. (Foto : Ist).

Norhin memainkan peranannnya sebagai mentor bisnis serta mewariskan etika dan budi pekerti yang apik kepada anak-anaknya dalam berbisnis dan bermasyarakat, demi menjaga kepercayaan mitra bisnis, perbankan, ataupun konsumen. “Proses kaderisasi berjalan baik dengan menerapkan prinsip-prinsip tersebut,” tutur Norhin. Apa saja prinsip-prinsip dan nilai-nilai dalam berbisnis yang ditularkan Norhin kepada anak-anaknya? “Yang paling pertama adalah menanamkan ajaran agama Islam serta akhlak. Nilai-nilai dasar ini sangat fundamental yang melandasi setiap langkah mereka baik dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun dunia bisnis,” ia menjabarkan.

Prinsip berikutnya adalah pentingnya menjaga kepercayaan dan amanah yang diberikan mitra bisnis, perbankan dan konsumen. “Dalam manajemen, selain penugasan, mereka juga harus belajar dari orang yang sudah berpengalaman. Dengan menerapkan prinsip-prinsip tersebut, saya bisa memastikan proses pengkaderan berjalan dengan baik,” tandas Norhin.

Baginya, beberapa hal yang ditanamkan ke anak-anaknya itu sudah diimplementasikan sesuai standar perusahaan. “Namun masih banyak hal yang harus dibenahi. Meski mereka masih muda, seiring dengan berjalannya waktu dan jam terbang, saya optimistis mereka akan semakin matang. Dan tentunya semakin meyakinkan saya bahwa mereka siap menjalankan roda bisnis Grup Citra Group lebih baik lagi ke depannya,” jelas Norhin.

Indikator yang dipaparkan Norhin itu diwujudkan oleh Ahmad Yafi (24 tahun). Anak kedua Norhin ini berhasil mengembangkan Q Mall. Pusat perbelanjaan tersebut didirikan PT Diyatama Metro Sejati, salah satu perusahaan yang berada di bawah Grup Citra. Ahmad adalah Dirut Q Mall. “Pertimbangan saya untuk melibatkan anak-anak di Citra Group untuk regenerasi dan kaderisasi dalam bisnis keluarga. Karena anak-anak adalah penerus kelangsungan perusahaan. Generasi kami yg sudah tua suatu saat pasti akan turun dari perusahaan,” ungkap Norhin.

Norhin melibatkan Ahmad sejak 2012 yang kala itu masih kuliah di Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin. Ahmad terlebih dulu harus mencicipi pengalaman bekerja di berbagai perusahaan Grup Citra sebelum dipercaya menangani Q Mall. “Ahmad mendapatkan pembinaan dan praktik melakukan pemasaran, bernegosiasi serta mengambil keputusan,” ungkap Norhin, pengusaha yang merintis bisnis konveksi di Pasar Kujajing di Banjarmasin pada era 1970-an.

Selama masa penggemblengan, Ahmad memperluas relasi bisnis dan menimba ilmu dari staf senior. Ilmu bisnis yang didapatkannya diimplementasikan dalam pengembangan Q Mall. Pusat belanja ini dibangun pada 2010. Berselang dua tahun kemudian, Q Mall rampung dibangun dan mulai beroperasi. Ahmad mendapat mandat dari sang ayah untuk menangani bisnis Q Mall setelah merampungkan kuliahnya pada 2014. Awalnya, ia kesulitan membujuk para penyewa ke Q Mall. Ia menyadari para penyewa berpikir dua kali jika ingin membuka gerai di Banjarbaru yang tergolong kota kecil.

Q Mall yang menempati lahan 2,7 hektar ini dibangun tahun 2010 dan diresmikan pada Desember 2012. Kini, Q Mall menjadi pusat perbelanjaan modern terbesar di Banjarbaru. Sederet penyewa (tenant) nomor wahid telah menghuni pusat perbelanjaan yang tadinya sepi dari hiruk-pikuk pengunjung. Kini, pengunjung mal itu mencapai 6 ribu orang sehari. Kehadiran penyewa (tenant) nasional dan multinasional menjadi magnet yang menyedot perhatian masyarakat setempat. Q Mall mulai beroperasi pada 2014. Saat itu, tingkat okupansi penyewa 80%. Kini, angkanya hampir menyentuh 100%.

Tenant yang berhasil diajak ke Q Mall di antaranya Hypermart, Matahari, Sport Station, Time Zone, Adidas dan Hardware. Nama-nama tersebut tidak bisa disangsikan lagi reputasinya. Kehadiran merek-merek tersebut menambah daya pikat Q Mall di mata konsumen. Banjir pengunjung tidak bisa dihindari. “Setiap hari rata-rata jumlah pengunjung mencapai 6 ribu orang. Sedangkan jumlah pengunjung pada weekend sekitar 12 ribu,” imbuh Ahmad yang lahir di Banjarmasin pada 25 April 1992 ini.

Jejak kesuksesan Ahmad juga ditorehkan anak sulung Norhin, yaitu Rifqiannor (26 tahun). Rifqiannor mendirikan Rania Skincare, klinik kesehatan dan kecantikan di Q Mall. Unit bisnis ini miliknya dan tidak terafiliasi dengan Grup Citra. Anak pertama dari enam bersaudara ini lebih tertarik membangun bisnis yang berhubungan dengan profesinya sebagai dokter. Rifqi, demikian sapaanya, mendapat bantuan dana dari orang tuanya untuk menambah modal awal Rania Skincare yang didirikan dua tahun silam. Pinjaman modal itu dilunasi dalam hitungan bulan yang terhitung sejak Rania Skincare beroperasi. Klinik Rifqi ini sudah membuka satu cabang di Banjarmasin.

Rania Skincare juga melayani konsultasi tanpa memungut bayaran sepersen pun kepada pasien. “Kami memberikan layanan konsultasi gratis seumur hidup,” tutur alumni Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin ini. Tenaga medis di kliniknya bersikap profesional dalam menangani setiap keluhan pasien. “Kami memberikan pelayanan yang bersifat care to patient,” ujarnya. Rifqi merekrut tenaga medis, perawat hingga apoteker lokal. Untuk teknologi, pihaknya menggunakan teknologi terbaru yang sesuai dengan perkembangan ilmu serta teknologi kecantikan dan kesehatan. “Harga yang kami berikan juga sangat kompetitif dan terjangkau oleh semua kalangan,” katanya setengah berpromosi.

Mayoritas konsumen Rania Skincare berasal dari kalangan menengah-bawah. Laju bisnis Rania Skincare menggelinding mulus. Ke depan, inovasi baru sesuai dengan syariah Islam akan terus dikembangkan untuk memenuhi keinginan konsumen. Sebagai klinik kecantikan asal Banjabaru, Rania Skincare akan diperluas basis pasarnya di Indonesia dalam 5-10 tahun mendatang. Setelah itu, Rifqi ingin menjangkau pasar internasional. Ia memperluas lahan bisnisnya karena memiliki restoran Red Hook Cafe di Banjarbaru.

Merintis bisnis

Sebelum menjadi pengusaha papan atas di Kalsel, Norhin mengawali bisnisnya kecil-kecilan di pasar malam di daerah Blauran pada 1970-an. Norhin merambah ke bisnis konveksi di Pasar Kujajing Banjarmasin. Pria kelahiran Amuntai, 5 oktober 1964 ini yang sempat menimba ilmu di sekolah Pendidikan Guru Atas (PGA) Mulawarman, Banjarmasin ini terpaksa meninggalkan cita- citanya sebagai guru lantaran sibuk berdagang. “Usaha konveksi saya mulai membaik berkat bantuan (almarhum) H. Taimi, salah satu tokoh pedagang di Pasar Kujajing. Waktu itu, saya diajak beliau pergi ke Jakarta pada medio 1970-an,” ujar ayah dari 3 putra dan 3 puteri ini.

Ohen, begitu Norhin disapa, diberi pinjaman modal sebesar Rp 3 juta oleh Taimi.. Dia juga dikenalkan kepada rekan bisnis Taimi di Tanah Abang, Jakarta Pusat. Bahkan, ia selalu bilang pada mereka bahwa Norhin adalah anaknya. Kesempatan itu tidak Norhin sia-siakan untuk mendirikan CV Citra Sasirangan, kelanjutan dari bisnis yang sebelumnya dirintis bersama Haji Taimi yang bergerak di bidang bisnis kain sasirangan (batik Kal-Sel). Bagi Ohen, Taimi adalah rekan bisnis sekaligus sosok pahlawan bagi perjalanan bisnisnya dan menjadikan Norhin sebagai pengusaha konveksi ternama di Banjarmasin. Perlahan tapi pasti, usaha konveksi yang ia tekuni di pasar Kujajing Banjarmasin menjadi pemain terbesar usaha konveksi di wilayah tersebut.

Namun, Norhin dilanda musibah karena asetnya hangus lantaran kebakaran yang melanda Pasar Kujajing. Kondisinya diperburuk oleh jeratan utang kepada pedagang di Tanah Abang. Dalam kondisi tersebut, Norhin sempat putus asa. Tapi, mukjizat menghampirinya.

“Alhamdulillah, pedagang di Tanah Abang waktu itu masih memberikan kesempatan dan mempercayakan kepada saya untuk kembali bermitra dengan mereka. Dan yang tidak saya sangka adalah dengan lapang dada mereka membebaskan hutang saya,” kenang Norhin.

Menurutnya, dirinya berbisnis dengan mengedapnakan prinsip kejujuran dan menjaga amanah sehingga dirinya mendapat kepercayaan dari mitra bisnisnya tersebut. Perjalanan bisnisnya terus makin cerah, terutama di tahun 1980-an. Saat itu Pemda Kalsel sedang menggalakkan industri cinderamata khas daerah dan batik Sasirangan. Kesempatan itu tidak disia-siakan Norhin dan saudara-saudaranya untuk mendirikan CV Citra. Kelak Citra akan menjelma sebagai embiro Grup Citra.

PT Pribumi Citra Megah Utama (Grup Citra) berdiri pada 1995. Norhin memulai usaha di bidang pertambangan batubara. Kemudian hasil usaha dari batubara diinvestasikan untuk membeli tanah dan mengembangkan sektor bisnis lainnya. Sejak itu usahanya makin menggurita dan berkembang sangat agresif dan menjadi pengusaha yang sangat berpengaruh di wilayahnya.

Tidak hanya itu, Norhin melakukan banyak terobosan bisnis, diantaranya mengakuisisi lembaga pembiayaan PT Tirta Laras yang berkantor pusat di Jakarta. Ia juga ikut serta dalam pengembangan Bank Perkreditan Rakyat Syariah di Kalsel, lalu mengembangkan lahan kosong menjadi perumahan kota Citra Graha Banjarbaru. Kemudian, dia mengembangkan SPBU dan jasa angkutan tambang, dan merintis bisnis hotel bintang 4 berkonsep syariah perdana di Indonesia dengan nama Q Grand Hotel Dafam Syariah. (***)

Reportase : Syukron Ali

Riset : Sarah Ratna Herni


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved