Management Strategy

Peralihan Bisnis Smartfren, dari Jualan Modem Kini Seriusi Smartphone

Peralihan Bisnis Smartfren, dari Jualan Modem Kini Seriusi Smartphone

Fakta bahwa tahun ini pasar laptop telah turun sebanyak 10%, memaksa PT Smartfren Telecom, Tbk. (Smartfren) mulai serius menggarap bisnis smartphone-nya. Hasil “keseriusan” tersebut ternyata cukup mencengangkan.

IMG_0215Sejak diambil alih oleh Grup Sinarmas di tahun 2009, Smartfren terbukti sukses dengan bisnis providernya, terutama terdongkrak penjualan produk modemnya. Mengambil hati konsumen lewat jargon “I Hate Slow”, menjawab kekesalan masyarakat terhadap koneksi internet yang lelet.

Saat penjualan modem mereka berada di puncak,penjualan laptop di Indonesia justru menurun. Seakan sudah membaca tren penurunan tersebut, Smartfren kemudian mulai merambah ke bisnis smartphone.

Terhitung sejak melepas produk smartphone perdanannya di bulan Juni 2013 hingga akhir tahun ini, Smartfren menargetkan 12 tipe yang mereka produksi. Dengan produk yang cukup bervariasi tersebut per harinya mereka berhasil menjual 8.900 unit smartphone!

“Yang paling laris adalah tipe Andromax C, harganya di bawah Rp 1 jutaan. Per bulannya Andromax C bisa terjual 150 ribu,” ujar Roberto Saputra, Head of Brand & Corporate Marketing Communication Smartfren.

Smartfren juga sudah berhasil mengambil pangsa pasar terbesar untuk smartphone produksi lokal. Hingga akhir tahun ini, Roberto memprediksi market share mereka di pasar smartphone secara keseluruhan di dalam negeri mencapai 10% secara unit.

Tahun depan Smartfren memperkirakan smartphone segmen low end (di bawah Rp 1 jutaan) akan terus meningkat. Kontribusi segmen low end smartphone Smartfren sendiri mencapai 70% terhadap total penjualan mereka.

“Kalau kita lihat laporan keuangan Samsung, mereka bilang penjualan Galaxy nya stagnan dan terbantu oleh penjualan low end nya. Sementara kami punya varian yang cukup banyak di segmen tersebut, kami yakin mampu meningkatkan market share kami di tahun depan.”

Seiring dengan kesuksesan Smartfren berjualan smartphone, langsung mengubah persentase kontribusi modem mereka terhadap pendapatan perusahaan. Kontribusi modem memang masih mendominasi yakni 60 persen dibanding smartphone 40%, namun tahun depan Roberto melihat persentasenya akan berbalik. Menjadi 60% untuk smartphone dan 40% modem.

“Kami sudah melakukan riset terhadap konsumen. Kini masyarakat lebih kenal Smartfren jualan smartphone dibanding modem,” tutupnya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved