Management Editor's Choice Strategy

Budi Gunadi: Bank Jangan Berhenti Buka Cabang Baru

Budi Gunadi: Bank Jangan Berhenti Buka Cabang Baru

Industri perbankan melaju kencang selama beberapa tahun belakangan. Sayang, masih banyak masyarakat yang belum tersentuh layanan perbankan. Menurut data Bank Dunia (2010), hanya sekitar 52% rakyat Indonesia yang mendapat layanan perbankan dan lembaga keuangan nonbank. Sebanyak 31% masyarakat mengakses keuangan informal dan sisanya tidak mengakses sistem keuangan.

Inilah yang menjadi perhatian Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Budi Gunadi Sadikin. Ia menilai pembukaan kantor cabang baru di era digital saat ini masih sangat relevan. Dengan nasabah sekitar 60 juta, perseroan masih merasa perlu untuk menarik nasabah baru bahkan hingga ke daerah pelosok.

“Bank mana yang punya nasabah sebanyak 60 juta? Jawabannya, tidak ada, selain Unilever, Indofood, Coca-Cola, dan lain-lain. Kami bisa belajar dari mereka bagaimana mengembangkan jaringan dan menarik banyak pelanggan baru. Mereka memiliki 300-400 ribu warung, sedangkan total cabang perbankan di Indonesia baru mencapai 60 ribu cabang,” katanya.

Dia menilai perbankan di Tanah Air masih harus membangun lebih banyak cabang lagi untuk menarik mereka yang belum memiliki rekening bank. Baru-baru ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tengah mengembangkan Branchless Banking yakni layanan perbankan tanpa perlu membuka kantor cabang. Dengan demikian, bank tak perlu khawatir biaya operasionalnya membengkak. Perluasan jaringan perbankan memerlukan biaya yang tidak sedikit, terlebih untuk menjangkau lokasi yang terpencil di Tanah Air.

“Meski hampir seluruh transaksi perbankan bisa dilakukan via ponsel, ada dua hal yang masih belum bisa dilakukan yakni setor dan tarik tunai. Untuk itu, investasi fisik seperti perluasan cabang masih diperlukan,” ujarnya.

Budi G. Sadikin, Direktur Utama Bank Mandiri

Budi G. Sadikin, Direktur Utama Bank Mandiri

Menurut Budi, Bank Mandiri memerlukan dukungan dari semua pihak, khususnya pemerintah Indonesia menjelang dimulainya era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Di matanya, bank-bank di Indonesia sudah siap menghadapi MEA. “Yang kami minta adalah tolong margin-nya jangan diregulasi karena kami harus mengejar ketertinggalan seperti buka cabang dan lain-lain,” katanya.

Seperti diketahui, OJK tengah mempertimbangkan langkah pembatasan suku bunga dasar kredit mikro menyusul surat dari Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) terkait suku bunga dasar kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang tinggi. Ada kemungkinan OJK bakal melakukan pembatasan mengingat OJK sebelumnya juga telah membatasi tarif premi di industri asuransi.

Untuk menjadi bank terbesar di ASEAN, lanjut Budi, Bank Mandiri harus menjadi bank terbesar di Indonesia. Ia mencontohkan Industrial & Commercial Bank of China (ICBC) di China menjadi bank terbesar di dunia karena memang penduduknya paling banyak di dunia. “Ekonomi ASEAN sekitar 40% berada di Indonesia dan 46% populasi ASEAN ada di Indonesia. Jadi, kalau mau menjadi bank terbesar di ASEAN, maka harus menjadi bank terbesar di Indonesia,” katanya.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved