Management Strategy

Perkuat Bisnis Hilir, Perikanan Nusantara Investasi Rp 10 Miliar

Perkuat Bisnis Hilir, Perikanan Nusantara Investasi Rp 10 Miliar

PT Perikanan Nusantara (Persero) memperkuat lini bisnis hilir dengan membangun pabrik beserta fasilitas gudang pendingin (cold storage). Total investasi yang dialokasikan mencapai Rp 5-10 miliar. Upaya itu dilakukan untuk mengantisipasi tingginya permintaan produk akhir perikanan di pasar ekspor. Saat ini, seluruh produk akhir perikanan yang dihasilkan Perinus Persero ditujukan untuk pasar ekspor. Sebaliknya, produk primer lebih besar untuk pasar domestik (75%) dan pasar ekspor (25%). Secara keseluruhan target untuk pasar ekspor lebih mendominasi (80%) dan pasar domestik (20%).

Direktur Utama Perinus Persero Abdussalam Konstituanto mengatakan, perseroan harus menambah fasilitas cold storage dengan kapasitas sekitar 700 ton di Surabaya, Bitung, dan Bacan, dengan investasi Rp 10 miliar. Saat ini, Perinus telah memliki cold storage dengan total kapasitas 2.000 ton. Perinus juga melakukan penambahan fasilitas lain, berupa dua unit river cointainer senilai Rp 1,5 miliar. “Kami akan mengembangkan pasar. Sehingga kami juga mengembangkan pabrik, khususnya dengan melengkapi fasilitas cold storage dan pabrik pengolahan,” kata dia di Jakarta.

Perseroan menghasilkan produk akhir berupa tuna loin/steak /saku beku dan tuna cooked loin yang sepenuhnya ditujukan ke pasar ekspor. Perinus mengekspor langsung produk itu ke Jepang, Taiwan, Korea, Vietnam, sebanyak 70% dari total produksi. Sedangkan untuk pasar Eropa, seperti Norwegia dan Jerman, harus melalui trader. Begitu juga ke Amerika Serikat dengan volume 30% dari total produksi. “Perinus sebenarnya sudah menghasilkan tepung ikan, tapi hingga kini belum diekspor,” ujar dia.

Lini bisnis hilir masih sangat menguntungkan. (Foto: IST)

PT Perikanan Nusantara (Persero) terus memperkuat lini bisnis hilir perikanan. (Foto: IST)

Selain itu, kata dia, Perinus Persero juga telah mengembangkan produk akhir berupa fish jelly (bakso, nugget, surimi, kaki gajah) sejak 2012, meskipun skalanya masih kecil. Salah satu pabrik fish jelly milik Perinus berada di Jalan Lodan, Jakarta Utara, dengan produksi 2.000-3.000 ton per bulan. Sejauh ini, pasarnya masih lokal, seperti Carrefour dan pasar modern lainnya. “Kami akan kembangkan produk ini untuk pasar ekspor yang produksinya ditargetkan sekitar 28 ribu ton per bulan,” kata dia.

Perinus Persero menargetkan pendapatan pada tahun ini tumbuh 20-30% menjadi Rp 327-354 miliar dari tahun lalu sebesar Rp 273 miliar. Perusahaan pelat merah itu sempat hampir mati karena menanggung rugi Rp 222 miliar sebelum 2010. Untunglah, perusahaan mendapat dana Rp 100 miliar dari penyertaan modal negara (PMN) di tahun 2007. Tapi, hampir 60% dananya digunakan untuk pembayaran normatif karyawan yang tiga tahun tidak terbayar.

Sisa dana 40% (Rp 40 miliar) digunakan untuk restrukturisasi. Perseroan melihat dari sisi usaha mana yang paling efisien dengan membuat skala prioritas dan yang paling mudah memberi keuntungan. Perseroan mulai bangkit lagi dari keterpurukan pada 2010. Sejak saat itu, kinerja Perinus terus beranjak naik. Pada 2013, pendapatan Perinus mencapai Rp 221 miliar dengan laba bersih Rp 11,5 miliar, lalu pendapatan 2014 menjadi Rp 273 miliar dan laba Rp 21 miliar.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved