Permata Bank akan lebih aktif menjajaki kerja sama dengan bank lain dalam pemberian kredit sindikasi. Kredit ‘keroyokan’ ini berdampak pada pengelolaan risiko yang baik bagi perseroan.

“Pengelolaan risiko akan semakin baik dengan adanya sharing risk di antara bank peserta sindikasi,” kata Direktur Wholesale Banking Permata Bank, Roy Arman Arfandy, saat penandatanganan kredit sindikasi Rp 300 miliar untuk PT Andalan Finance, Kamis (28/2).

Dalam pemberian kredit sindikasi ke Andalan Finance, Permata Bank bertindak sebagai mandated lead arranged. Sementara Bank Jawa Barat (BJB), Bank Kalsel dan Bank Papua menjadi peserta pemberi kredit.

Porsi kucuran kreditnya masing-masing sebesar Rp 85 miliar untuk Permata Bank, BJB dan Bank Papua, sedangkan Bank Kalsel mengalokasikan Rp 45 miliar sehingga total kredit Rp 300 miliar.

“Tanggapan positif dari BJB, Bank Papua dan Bank Kalsel sebagai bank mitra dalam sindikasi kredit ini, mendorong kami untuk lebih aktif menjajaki kerja sama sejenis dengan bank-bank mitra,” katanya.

Sementara itu Roy Arman menjelaskan kinerja Wholesale Banking Permata Bank secara umum cukup menggembirakan yakni, DPK meningkat 36.25% dari 2011, mencapai Rp 36,5 triliun, revenue meningkat 30.4% dari 2011, mencapai Rp 2,2 triliun. Portfolio composition: Automotif 18%; NBFI (Non Bank Financial Institution seperti Multi Finance & Sekuritas) 13%, Food, Coal & Transportasi masing-masing 8%.

Permata Bank Wholesale Banking juga memberikan layanan Securities and Agency Services. Selama 2012, nilai total layanan Custodian PermataBank mencapai Rp 33.1 triliun.

“Selama 2012, kami dipercaya menjadi wali amanat untuk 8 perusahaan, menjadi IPO receiving bank untuk 3 perusahaan dan menjadi facility agent dan escrow agent untuk beberapa deal dengan total nilai Rp 550 miliar untuk ProCar, Nusa Konstruksi Engineering dan MPM,” tambahnya. (EVA)