Management Trends

Persiapan GMF Menuju Top 10 MRO di Dunia

Juliandra Nurtjahjo (tengah), CEO GMF Aero Asia. (Foto: Syukron Ali/SWA)

Juliandra Nurtjahjo (tengah), CEO GMF Aero Asia. (Foto: Syukron Ali/SWA)

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia memprediksi pada tahun 2022, pusat industri perawatan pesawat akan berpusat di Asia Pasifik. Sedangkan potensi bisnis industri di bidang maintenance, repair and overhaul (MRO) diperkirakan pada empat tahun ke depan akan meningkat menjadi US$ 2 miliar Rp 26,4 triliun.

Sebagai pemain terbesar (MRO) pesawat di Indonesia, Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia dituntut untuk lebih agresif dalam mengembangkan bisnisnya. Dengan bekal kemampuan internal baik dari SDM dan fasilitasnya, GMF bersiap mengalahkan kompetitor lainnya di pasar Global. Targetnya pada tahun 2020, GMF menjadi perusahaan perawatan pesawat Top 10 di dunia.

Saat ini, menurut Juliandra Nurtjahjo, CEO baru GMF sejak Maret 2016, posisi GMF di global berada pada urutan ke 15. Beberapa tahun sebelumnya, masih berada pada nomer urut ke 17. Maka, tidak muluk-muluk bagi GMF jika pada 2020 nanti posisi Top 10 dunia akan diraihnya.

Rasa percaya diri itu muncul dari berbagai jangkauan pasar yang telah dilayaninya yang tersebar di 60 negara. seperti KLM (Belanda), Saudi Arabian Airlines (Arab Saudi), Virgin Australia (Australia), Jet Airways (India) dan Air Asia Group juga telah mempercayai GMF untuk merawat dan memperbaiki pesawat-pesawat mereka. Di Indonesia sendiri, main customer GMF adalah Garuda Indonesia, Citilink dan Sriwijaya Air.

Penghargaan dan sertivikasi international pun telah di kantongi, diantaranya: Low Risk MRO oleh Federal Aviation Administration (FAA-Amerika). Hal ini yang menjadikan jaminan kredibilitas dan kapabilitas GMF dalam melakukan perawatan pesawat.

“Kami juga mendapatkan penghargaan dari European Aviation Safety Agency (EASA – Eropa), Civil Aviation Security Authority (CASA – Australia), Indonesian Directorate General of Civil Aviation (DGCA – Indonesia). Dan sertifikasi yang diberikanoleh lebih dari 25 negara di dunia lainnya,” jelas Juliandra pada awak media beberap waktu lalu di Jakarta.

Selain bekal di atas, beberapa strategi menuju World Top 10 juga sudah disiapkan, salah satunya: program akselerasi di tahun 2018 yang meliputi aspek human centric, business expansion, dan technology drivensecara bersama dalam mendukung pertumbuhan organic maupun inorganic.

Dalam bidang pengembangan SDM (Human Centric) yang merupakan salah satu aspek penting dalam strategi akselerasi tersebut, GMF melakukan strategic partnership dengan berbagai institusi pendidikan dan pemerintahan. Saat ini, GMF telah mendapat sertifikasi AMTO (Approved Maintenance Training Organization) 147 dari EASA dan telah menjadi satu-satunya Airbus Remote Training Center di Dunia.

Dari persiapan-persiapan di atas, agar lebih matang dan kuat fundamental perusahaannya, GMF akan menjadikan dirinya sebagai perusahaan terbuka di akhir 2016 ini. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved