Management Editor's Choice Strategy

Produk Seafood Sekar Bumi Menjangkau Seluruh Dunia

Produk Seafood Sekar Bumi Menjangkau Seluruh Dunia

Sekar Bumi (SB) merupakan bagian dari Sekar Group yang merupakan Surabaya Based Group Company. Jumlah karyawannya mencapai 10 ribu orang. Berdiri pada tahun 1973 saat ini saham SB telah diperdagangkan di Indonesia Stock Exchange dengan kode SKBM. SB juga merupakan pionir bisnis cold storage di Tanah Air.

Logo dan slogan SB sendiri terdiri dari 2 warna. Pertama, green yang mencerminkan sektor agriculture. Lalu, blue yang mencerminkan sektor aquaculture. Adapun slogannya yaitu quality food, quality life, yang mewakili usaha dan tekad SB untuk terus mempertahankan dan meningkatkan kualitas dari produk-produk yang ditawarkan kepada customer karena SB sendiri percaya bahwa hal tersebut akan membantu meningkatkan kualitas hidup customer itu sendiri.

Harry Lukminto, CEO Sekar Group

Harry Lukmito, CEO Sekar Bumi Tbk

Bagaimana kinerja ekspor SB, dituturkan oleh Harry Lukmito, Presiden Direktur Sekar Bumi Tbk saat penjurian Primaniyarta, kepada Gustyanita Pratiwi dari SWA Online:

Mohon dijelaskan brand atau produk yang dihasilkan?

Umbrella brand kami adalah Finna. Perusahaan-perusahaan di bawah Sekar Group memakai brand ini di packaging kami. Di samping ada individual brand seperti Bumifood, kami juga memproduksi process food product seperti SKB untuk seafood yang kami ekspor ke luar negeri dan Mitraku untuk bakso-baksoan.

Dalam perkembangannya, bisnis kami dimulai dari mereproses shrimp product dalam bentuk block frozen yang kemudian kami ekspor lagi ke negara-negara pengimpor. Kami dapat meyakinkan mitra bisnis kami untuk melakukan value edition di processing plant kami sendiri. Sehingga ada produk-produk seperti peeled, deveined, cooked dan tail–off. Di tahun1992 hingga sekarang, kami telah mengembangkan produk-produk kami dari hanya udang saja menjadi dim sum, udang hakau, tempura, bakso udang, dsb.

Jadi produk kami dibagi menjadi 2. Pertama adalah frozen value added seafood yang terdiri dari shrimp pada umumnya. Lalu ada ikan dan cumi, frozen process food yang terdiri dari variasi produk lainnya seperti Mini Wonton, SHIU MAI, shrimp filo, shrimp butterfly,sausagesamosa,martabak,fish ball, mushroom, fish tofu puff, fish cakenugget,vegetable fish cake, scallop cake,fish tofu,vegetable samosa,shrimp tempura,coconut shrimp,Spring Roll,vegetable fish tofu, crispy seafood,dll.

Dalam 5 tahun ke belakang, kami sudah mengembangkan produk-produk variasi seperti Shiu Mai : vegetable, seafood, danchickensertaHar gao : shrimp.

Lalu ada Surimi-Based Product, yang artinya produk-produk berbahan baku shrimp.Lalu yang terakhir ada ready to eat sausage:heerio sausage,Cheerio sausage with cheese filling, RTE fish sausage. Dan breaded shrimp seperti: Shrimp filo, Coconut breaded shrimp, Popcorn shrimp

Peran Sekar Bumi as a global player?

Jadi untuk ekspor market pada dasarnya kami telah menjamah hampir seluruh kota dan negara. Main market kami saat ini adalah Amerika, kemudian diikuti dengan negara-negara di Eropa dan Jepang karena kami ada joint venture dengan negara Jepang, partner kami melalui anak perusahaan. Lalu negara Asia lainnya seperti Tiongkok, Singapura, Malaysia, dan Filipina.

Kami juga telah mendapatkan rekognisi internasional melalui akreditasi dan sertifikasi seperti FDA, HACCP, Best Aqua Culture Practices Certified, dan BRC untuk masuk ke retail market seperti supermarket di Amerika dan Eropa, sertifikat halal dan ISO22000.

Lalu internasional business partner kami beberapa diantaranya Red Chamber, Chicken of The Sea, Sysco (supermarket terbesar di Amerika saat ini yang juga merupakan business partner kami). Beberapa domestic business partner yang ada di Indonesia seperti Shangrila, Garuda Indonesia, Lawson, Carrefour, Cinema 21 (ini kami produksi mini wonton yang mereka sebut sebagai popcorn wonton di bioskop), dll.

Tahun 1997 kami memenangkan Piala Presiden Soeharto. Ini merupakan kompetisi mengenai kemitraan antara perusahaan besar dan perusahaan kecil. Dan kami cukup bangga kami dapat peringkat pertama nasional saat itu. Di 2007, 2012 East Java Eksport Award untuk global brand developer, 2013 Food Security dari Kementrian Kelautan dan Perikanan dan tahun lalu kami memenangkan Primaniyarta Award untuk global brand creator.

Kami juga telah mengikuti pameran-pameran salah satunya Seafood Expo North Amerika. Jadi kami buka booth di sana guna mempererat business partner kami. Lalu European Seafood Show di Brussel dan di Indonesia kami mengikuti Food Hotel dan Tourism Trade Expo Exhibition. Dari tahun yang lalu, kami diminta pemerintah melalui Sekertaris Negara untuk berpartisipasi dalam Independen Day di Istana Negara untuk menyajikan produk-produk hasil laut kami yang bernilai tambah.

Tahun 2013 kami telah memilliki 8 anak perusahaan. Hal ini juga berkaitan dengan rencana ekspansi bisnis kami. PT Karka Nutri Industri yang merupakan manufaktur pakan udang dan pakan ikan ini telah didirikan sejak 1990 dimana kami joint venture dengan Part of Toyota Group di Jepang.

PT Sekar Katokichi, joint venture perusahaan Jepang yaitu TableMark co (bagian dari Japan Tobacco, one of top 5 companies di Jepang)dan Toyota Tsusho Corporation (bagian dari Toyota Group). Produk 100% kami ekspor ke Jepang dengan kualitas Jepang.

Ada PT Bumifood Agro Industri. Ini adalah produsen kacang mede dan kacang-kacangan. Kami juga strategic alliance dengan Blue Diamond dari Amerika untuk ini.

Harry LukmitoII

Strategi bisnis SB?

Ke depannya, strategi bisnis kami untuk ekspansi dan pengembangan usaha antara lain pertama memperkuat konsep industrialisasi kami di mana kami berencana membangun pabrik guna meningkatkan produksi dan produk-produk bernilai tambah dengan beberapa cara:

Bagaimana dengan tenaga kerja?

Tenaga kerja 5.000 di tahun 2013-2014. Tahun depan dengan dibangunnya pabrik baru,kami bisa memperkerjakan lebih dari 15 ribu tenaga kerja untuk direct employment. Sedangkan untuk indirect employment, selama 40 tahun beroperasi, kami juga telah menjalin hubungan yang baik dengan ribuan petani, nelayan, dan komunitas sekitarnya.

Yang sangat kami syukuri adalah Tanah Air kita ini alamnya terbagi-bagi menjadi 17 ribu pulau lebih. Sebetulnya budi daya udang ini tidak terkonsentrasi di satu tempat. Tidak seperti di Thailand, di mana concentrated in one place. Apalagi lahannya sangat minim. Mereka menggunakan cara yang sangat intensif. Maka dengan penebaran 1 m2, benur yang dibutuhkan bisa mencapai 200-300. Kalau di sini kan sebetulnya bisa hanya 100 benur. Jadi dari segi polusi sudah berkurang. Di samping itu kita tidak concentrated in one place jadi kalau ada masalah di 1 area itu, bisa diisolasi.

Bagaimana kinerja perusahaan?

Dari segi finansial sendiri, kami telah melihat pertumbuhan kinerja yang cukup baik, penjualan pada tahun 2012 kami Rp 710 miliar. Di tahun 2013 kami bisa push sales sampai 70%-nya yaitu menjadi Rp 1,2-1,3 triliun. Tahun ini diharapkan kami bisa mencapai hingga Rp 1,5-1,6 triliun. Dan di 2015 dengan dibangunnya pabrik baru kami harapkan almost triple untuk sales kami.

Terkait produk-produk laut, isunya kan kebanyakan di bahan baku. Seberapa jauh perusahaan bisa secure di situ?

Sebetulnya kalau ngomong negara kita, potensinya luar biasa. Saya berani bilang harusnya kita menduduki ranking pertama untuk produksi terutama udang. Dari sisi budidaya, peluangnya sebetulnya masih bisa dikembangkan. Pertama, kita punya garis pantai terpanjang ke-2 di dunia. Dan ini belum benar-benar dimaksimalkan penggunaannya.

Kedua, selain jenis pantai, kita juga mempunyai cuaca yang sangat mendukung. Kalau ada winter, mereka (negara selain Indonesia) tentu tidak bisa produksi. Ketiga adalah masalah tenaga kerja. Saya cukup senang diminta Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk memberikan pendapat. Kebetulan saya juga di asosiasi perikanan sebagai dewan pengawas dan di Kadin untuk Kompartemen Kelautan dan Perikanan.

Jadi, sebetulnya tidak usah buka lahan baru pun, tetapi dari lahan yang sudah dipakai para pembudidaya yang masih tradisional kurang lebih 150 ribu ha, itu sebetulnya cepat kalau mau meningkatkan hasil dengan cara revitalisasi. Sebab sekarang ini budidaya tambak udang teknologinya sudah kita kuasai. Misal dengan plastikisasi yaitu dengan cara diplastikan. Itu sangat penting. Sebab tanah itu kan poros air. Di samping itu, kita tidak tahu kandungan di dalamnya seperti apa. Tanah bekas gambut sebenarnya masih bisa mengeluarkan CO2 dan lain-lain. Belum lagi yang ada mineralnya. Nanti kalau diplastikkan, pencemaran itu sudah berkurang.

Dari segi operasional juga jadi lebih efisien karena kita tidak perlu ganti air lebih banyak. Dari segi teknologi, yang pertama sudah kita kuasai adalah revitalisasi. Lalu ada hal-hal yang perlu kita atasi bersama yaitu masalah permodalan. KUR sekarang kan dipatok Rp 250 juta. Dua minggu yang lalu saya sempat bertemu dengan Muliaman Hadad dari OJK. Saya minta beliau mungkin dengan instansi terkait bisa meningkatkan KUR. Karena ini akan membantu masyarakat menengah kecil sebab untuk revitalisasi dibutuhkan permodalan lebih dari Rp 250 juta. Saya pernah membuat modul dengan 4 ribu petak tambak. Nah kalau itu kita revitalisasi maka akan membutuhkan modal Rp 1triliun. Tapi dalam setahun itu bisa mencapai hampir Rp 4 triliun untuk petaninya. Kalau itu bisa diproses lagi, tentu bisa mendatangkan devisa hampir Rp 6 triliun.

Kalau bicara industri pertanian, industri kadang tidak support. Lalu bicara tentang nelayan dari berbagai daerah juga demikian. Apa yang perusahaan lakukan misalnya ekosistem tidak mendukung?

Untuk masuk ke program yang sudah dicanangkan oleh Menteri Perikanan dan Kelautan, terutama di sektor kami, memang untuk meningkatkan perdagangan kami harus masuk ke industri. Makanya industrialisasi itu sangat kami setujui. Pertama kami harus ke value added yang mana ini sudah diterima oleh negara-negara maju. Ini supaya memperoleh profit margin yang cukup. Jadi siap bersaing dengan global. Kami perlu tarik ke hulunya.

Selain yang saya katakan budidaya, sebetulnya tangkapan laut juga penting. Itu yang potensinya masih besar. Ini yang belum ada solusinya. Saya sempat mengamati, di Tiongkok itu sebetulnya untuk penangkapan laut, dia disubsidi pemerintah. Ternyata itu ada kepentingan yang lebih besar lagi selain untuk mendapatkan ikan.

Kapalnya didesain khusus oleh pemerintah dan baru diberikan ke pengusaha fishing industry atau nelayan. Karena pemerintah ingin mengontrol. Kapal tersebut didesain untuk bisa jadi pertahanan kapanpun. Jadi ada GPS-nya. Ya memang bukan untuk perangnya, tapi paling tidak untuk logistik dan mengangkut orang. Ini luar biasa pemikirannya. Ini sebetulnya juga sudah saya utarakan. Lalu yang sampai sekarang belum selesai urusannya adalah illegal fishing. Moga-moga pemerintahan mendatang bisa mengatasinya. Tapi sementara ini saya tidak bisa berharap dari tangkapan. Karena lebih rumit pengembangannya. Jadi saya berharap dari budidayanya. (***)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved