Ketahanan pangan yang sempat muncul di era orde baru bukan hal yang mustahil lagi untuk terjadi. Hal ini ditunjukkan oleh Data Badan Pusat Statistik yang mencatatkan bahwa produksi padi, jagung, dan kedelai menunjukkan peningkatan.

Di sekor tanaman padi misalnya yang mengalami pertumbuhan sebanyak 6,64% dengan angka ramalan produksi di tahun 2015mencapai 75 Juta ton. Untuk jagung, peningkatan terjadi di sebanyak 8,72% dengan ramalan produksi sebanyak 20 juta ton. Sedangkan untuk kedelai, meningkat sebesar 4,59% dengan ramalan produksi sebesar 900 ribu ton.

Nilai produksi padi membawa harapan bahwa dalam waktu dekat. Indonesia tidak perlu lagi melakukan impor beras. Hal ini tentu saja sejajar dengan program Nawacita yang diagendakan pemerintahan Jokowi-JK, yakni mewujudkan kemandirian ekonomi dan menggerakkan sektor strategis ekonomi domestik, serta meningkatkan produktivitas rakyat di pasar saing internasional.

“Saat ini, nilai impor beras kita masih nol. Karena di tahun ini jumlah produksi mencukupi jumlah kebutuhan di Indonesia,” ujar Amran Sulaiman, Menteri Pertanian Kabinet Jokowi-JK.

Dari segi distribusi dan produksi, pemerintah tidak semata memberi perhatian di area produksi di pulau Jawa dan Sumatra saja. Tetapi di belahan lain di Indonesia seperti Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Bahkan ke depannya pemerintah berencana akan memperkuat kawasan pangan Merauke dengan total lahan 1 juta hektar, dana Rp7 triliun serta proyeksi produksi padi sebesar 15 juta ton dengan varietas premium maupun organik.

Dengan strategi dan hasil proyeksi produksi yang didapatkan, pemerintah berharap Indonesia dapat melakukan swasembada guna meningkatkan ketahanan pangan.

“Ketahanan pangan memang menjadi target dari Kementerian Pertanian. Kami akan berupaya untuk itu. Jika produksi bisa digenjot lagi, maka swasembada dalam waktu dekat bukan lagi sebuah impian,” tutup Amran. (EVA)