Management zkumparan

Rachmat Kaimuddin, CEO Bukalapak, ”Bukalapak Harus Semakin Besar dan Sustainable”

Rachmat Kaimuddin, CEO PT Bukalapak.com
Rachmat Kaimuddin, CEO PT Bukalapak.com

Sejak 6 Januari 2020, Rachmat Kaimuddin resmi menduduki posisi CEO PT Bukalapak.com menggantikan Achmad Zaky, pendiri dan CEO Bukalapak sebelumnya. Selanjutnya, Zaky berperan sebagai pengawas dan pendiri Bukalapak, serta menjadi mentor tech startup dan pemimpin yayasan Achmad Zaky Foundation yang ia dirikan.

Sebelum bergabung dengan Bukalapak, Rachmat menjabat sebagai Direktur Keuangan dan Perencanaan PT Bank Bukopin Tbk. sejak 2018. Ia juga menempati posisi anggota Dewan Komisaris di bank yang sama sejak 2014. Ia mendapatkan gelar Bachelor of Science dari Massachusetts Institute of Technology, Boston, Amerika Serikat, pada 2001, dan memperoleh gelar Master of Business Administration dari Stanford University, California, pada 2008.

Pria kelahiran Makassar, 15 April 1979, ini memulai karier sebagai Hardware Design Engineer di Teradyne, Inc. di AS pada 2001. Lalu, ia bekerja sebagai Senior Associate di The Boston Consulting Group Southeast Asia pada 2003. Tahun 2007, ia menjadi Summer Interns terkait minyak dan gas di International Finance Corporations Indonesia.

Kemudian, Rachmat menjabat sebagai Chief Financial Officer (CFO) PT Cardig Air Services Indonesia pada 2009 dan di 2011 menempati posisi CFO Grup PT Amstelco Indonesia Tbk. Setelah itu, menjadi Advisor to the Board di PT Toba Bara Sejahtera pada 2012 dan Vice President Baring Private Equity Asia Singapore dan Indonesia pada tahun yang sama. Lalu, pada 2014 ia menjabat sebagai Direktur di Bosowa Corporindo, dan pada 2016 menjadi Direktur Pengelola PT Semen Bosowa Maros. Setelah itu, ia berlabuh di Bukopin hingga saat ini menjadi CEO Bukalapak.

Setelah didapuk menjadi CEO Bukalapak, bagaimana strategi Rachmat membawa Bukalapak menjadi marketplace yang bisa tumbuh semakin besar dan sustainable ke depannya. Berikut ini petikan wawancara dengannya.

Apa yang membuat Anda tertarik dan menerima tawaran menjadi CEO Bukalapak?

Saya mendapat tawaran menjadi CEO ini secara personal dari pendiri dan pemegang saham Bukalapak. Kenapa saya tertarik bergabung? Dari dulu saya ingin bekerja di organisasi yang tidak hanya komersial, tetapi juga mempunyai dampak sosial secara langsung. Kebetulan, Bukalapak ini menarik sekali bagi saya.

Awalnya, saya juga heran kenapa harus saya, padahal masih ada Mas Fajrin (Fajrin Rasyid, co-founder dan Presiden Bukalapak). Tetapi Mas Fajrin mengatakan bahwa mereka (pendiri dan pemegang saham) membutuhkan experience dan expertise saya. Saya pun merasa terharu dan terpanggil, karena ini amanah yang besar.

Proses untuk memutuskan saya menerima tawaran ini pun cukup panjang dibandingkan pengalaman sebelumnya. Sebab sebagai organisasi, Bukalapak tidak hanya berbicara teknologi, unicorn, atau bisnis, tetapi orang-orang di dalamnya memiliki misi untuk meningkatkan taraf hidup banyak orang. Bagi saya, kesempatan ini sangat mahal.

Sebelumnya, memang saya dan Mas Zaky sudah mengenal satu sama lain. Begitu pun dengan Mas Fajrin, dia adalah junior saya di Boston Consulting Group. Artinya, kami sudah mengenal lama, tetapi memang kesempatannya baru datang sekarang. Lalu, kami selalu mengibaratkan Bukalapak ini adalah anaknya Mas Zaky dan saya menantunya. Mencari menantu pastinya harus hati-hati, harus cocok, chemistry-nya harus masuk.

Ini ada kesempatan yang kebetulan sejalan dengan hati saya, cita-cita saya, dan saya tidak pernah tahu kapan ini akan ada lagi. Saya juga tidak melihat, oh ini Bukalapak yang cool karena perusahaan teknologi atau unicorn. Tetapi saya melihat Bukalapak sebagai organisasi yang bisa create a lot of impact. Jika saya masuk, saya bisa berkontribusi di sini dan yang penting kesempatannya ada.

Apa target dari pemegang saham yang harus Anda capai?

Secara umum pemegang saham menginginkan Bukalapak semakin besar dan sustainable. Kedua hal tersebut tentunya harus didukung dengan talent yang selalu berkembang, happy, serta bisnis model yang sustainable. Jadi, sebenarnya secara garis besar apa yang kami kerjakan sekarang ingin dilanjutkan, terutama fokus ke talent dan menjaga pertumbuhan.

Tentunya, di sini juga expertise saya menjadi penting karena saya datang ke organisasi yang sudah besar, lebih mature untuk governance, risk compliance, infrastruktur perusahaan yang typically harus dibangun juga. Hal-hal tersebut yang secara implisit mereka (founder dan pemegang saham) harapkan dari kehadiran saya di sini.

Bagaimanapun, Bukalapak ini sudah 10 tahun, memiliki puluhan juta user. Transaksinya sudah puluhan triliun. It’s not a small company anymore. Seluruh kinerja tersebut tidak bisa dianggap sebelah mata, artinya semakin banyak orang yang menggantungkan hidupnya pada Bukalapak.

Untuk bertahan di tahap selanjutnya, Bukalapak harus memperkuat infrastruktur dan menjadi sustainable, dengan tanpa menafikan semangat startup dan semangat teknologi. Di samping itu, tidak semua startup mencapai status unicorn, sehingga bisa dikatakan ini adalah aset nasional. Ada tanggung jawab moral untuk sukses dan membanggakan negara.

Acara Perayaan Ulang Tahun Bukalapak ke-10 membuat saya energizing, bertemu dengan orang-orang yang hidupnya kami pengaruhi. Kami tidak hanya dealing dengan aplikasi, tetapi juga dengan manusianya (mitra). Bahkan, ada mitra yang mengatakan omsetnya naik 10 kali lipat hingga Rp 10 juta-30 juta dari Rp 1 juta-3 juta. Bagi kami, itu adalah sumber energi yang sangat luar biasa.

Bagaimana tantangan masuk ke Bukalapak, mengingat latar belakang Anda banyak berhubungan dengan keuangan? Adakah kendala terkait perbedaan budaya kerja?

Setiap perusahaan pasti memiliki budaya kerja yang berbeda, dan tentu ketika masuk ke sana harus menyesuaikan. Saya sudah pernah bekerja di perusahaan yang kecil, yang besar, yang orangnya very highly educated, di pabrik juga saya pernah, jadi saya cukup fleksibel. Yang penting itu niat, ada semangat, ada kemauan untuk belajar dan bekerja, dan harapan saya teman-teman di sini melihat itu semua dari saya.

Perbedaan yang paling besar, saya pada 2014 menjadi komisaris di Bank Bukopin. Ketika itu saya menjadi komisaris termuda, dan saya juga pernah menjadi direksi termuda. Sementara di sini, dari 2.100-an karyawan bisa jadi saya masuk Top 5 atau Top 10 paling tua (sambil tertawa).

Dengan posisi dan usia saya saat ini, penting menjadi teladan bagi teman-teman di sini yang masih muda. Ini yang perlu kami seimbangkan karena biasanya anak muda tidak mau digurui. Untuk itu, kami harus saling belajar agar bisa bekerjasama.

Gaya kepemimpinan seperti apa yang akan diterapkan?

Di perusahaan lama, strukturnya lebih rigid, lebih terbentuk, sedangkan di sini lebih dinamis. Tetapi pada dasarnya, di mana pun saya bekerja, saya mencoba untuk open dan egaliter. Saya selalu menempatkan diri bukan hanya sebagai bos, tetapi juga sebagai rekan kerja.

Di sini juga ada budaya komunikasi yang sangat fluid, terbuka, dan kebetulan di tempat saya sebelumnya juga sudah diterapkan hal tersebut untuk tim. Di sini, kami bisa berbicara apa saja karena kami anggap bahwa kami memiliki niat yang sama, yakni untuk kebaikan organisasi. Di sini sepertinya sudah seperti itu, jadi saya sebenarnya tinggal melanjutkan.

Dengan latar belakang Anda, apa yang membuat Anda yakin bisa membawa Bukalapak menjadi perusahaan yang masuk ke fase berikutnya?

Latar belakang pendidikan saya adalah engineering dan finance. Banyak hal yang diajarkan dari keduanya. Engineer mengajarkan soal logika, melihat sesuatu yang kompleks untuk disimplifikasi. Begitu pun dalam hal pekerjaan, saya belajar untuk selalu menganalisis masalah sehingga tidak pernah takut ketika melihat sesuatu yang sulit. Sebab, saya sudah merasakan sulitnya ketika kuliah.

Sementara ilmu finance bukan hanya soal hitung-hitungan angka. Benang merah di dalamnya adalah membantu dalam mengambil keputusan bisnis yang efektif dan efisien untuk perusahaan.

Dari ilmu-ilmu yang dasarnya itu, so far saya bisa bawa ke pekerjaan, apa pun bisnisnya. Makanya, saya selama ini berpindah-pindah industri, diberi peran apa pun, alhamdulillah bisa survive dan selalu mendapat support.

Ilmu dasar itu juga turut membantu saya, terutama saat memimpin bank yang industrinya sangat ketat dan regulated. Dari situ membuat pemahaman saya tentang risiko, compliance, cukup matang dan bisa disalurkan untuk Bukalapak. Seperti kita tahu, menjadi direktur bank itu prosesnya sangat panjang, harus sertifikasi, harus fit and proper, dsb.

Kedua, saya punya banyak pengalaman di sektor riil, perusahaan jasa, menjadi prinsipal untuk perusahaan manufaktur, dsb., sehingga saya paham mengenai perdagangan. At least dari sisi produsen, saya tahu mata rantainya. Intinya, basic logic dan leadership tersebut akan saya salurkan. Rambut saya yang putih dan semakin menipis ini saya harap bisa berguna untuk teman-teman di Bukalapak.

Sebagai non-founder, bagaimana memastikan bahwa visi dan misi Anda sama dengan para founder?

Pada prinsipnya, visi-misi Bukalapak sudah tercatat dalam sejarah dan budaya perusahaan sehingga saya memastikan tetap menjaganya. Terlebih para founder Bukalapak sendiri masih aktif dan menjalankan tugas masing-masing sesuai dengan kapasitasnya dan tentu sebagai shareholder.

Bersama Mas Fajrin yang menjadi Presiden Bukalapak, ada sejumlah pembagian tugas. Saya akan bertanggung jawab pada keseluruhan perusahaan. Sementara Mas Fajrin akan bertanggung jawab untuk hubungan eksternal, tata kelola, compliance, dan legal.

Pembenahan seperti apa yang akan Anda lakukan di Bukalapak?

Saya akan memfokuskan pengelolaan perusahaan pada tiga hal. Pertama, memastikan Bukalapak menjadi organisasi yang sustainable, memiliki sumber daya yang kuat, serta memberikan manfaat kepada semua stakeholder: business partners, pemegang saham, pemerintah, dan seluruh lapisan masyarakat Indonesia.

Kedua, memperluas jangkauan UMKM secara nasional dan internasional, online dan offline, melalui teknologi dan inovasi. Terakhir (ketiga), menjadikan Bukalapak tempat bagi para talenta-talenta kebanggaan Tanah Air untuk belajar, berkarya, dan bermanfaat bagi bangsa.

Kebijakan ini diharapkan akan membawa Bukalapak menjadi penggerak roda perekonomian, dan tech commerce kebanggaan Indonesia yang terus mendukung kemajuan ekonomi kerakyatan. Apalagi, potensi UMKM Indonesia untuk masuk ke ekosistem Bukalapak ke depannya masih sangat luas. Trade e-commerce saat ini baru sekitar 5%, masih ada 95% transaksi yang belum dilakukan dengan online. Jadi, itu peluang buat Bukalapak, dan kami akan selalu coba bantu perdagangan dengan teknologi yang kami miliki. Itu niat kami.

Apakah restrukturisasi keuangan akan menjadi perhatian utama untuk meningkatkan kinerja bisnis Bukalapak di masa mendatang?

Restrukturisasi keuangan biasanya untuk perusahaan yang mengalami isu di keuangan. Kami bukan dalam posisi seperti itu. Kami akan terus berkembang dan tumbuh dan kami ingin menjadi lebih besar.

Apakah akan ada rencana layoff lagi?

Kami tidak ada rencana lagi untuk melakukan layoff seperti tahun lalu. Tahun lalu itu sebenarnya lebih kepada penataan di internal yang mengharuskan keputusan tersebut diambil. I think we’re done. Tahun 2019 ada ups dan downs. Tahun 2020 ini, kami makin optimistis. Sekarang baru awal tahun dan hari masih panjang. Bukalapak memiliki 2.100-an karyawan.

Seperti apa kinerja Bukalapak sekarang?

Sepanjang 2019, Bukalapak mencatatkan transaksi yang meningkat 60% dari tahun sebelumnya. Salah satu yang berkontribusi besar adalah Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) pada 12 Desember 2019. Di tanggal itu, Bukalapak mengalami kenaikan 30% dibandingkan tahun 2018. Hal ini sekaligus menjadi transaksi tertinggi sepanjang 10 tahun Bukapalak.

Bukalapak juga membukukan catatan keuangan yang baik di 2019 dengan valuasi mencapai US$ 2,5 miliar, jumlah pengguna aktif lebih dari 70 juta pengguna, dan kunjungan aplikasi lebih dari 420 juta kali per bulan. Adapun mitra Bukalapak kini berjumlah lebih dari 3 juta, yang terdiri dari warung tradisional dan agen individual mandiri yang tersebar di 477 kota dan kabupaten di seluruh Indonesia.

Bagaimana Anda melihat peta persaingan saat ini?

Saya berfilosofi bahwa rezeki Allah itu luas. Jadi, masing-masing ada rezekinya sendiri dan kami lihat sebenarnya setiap organisasi mempunyai pasar masing-masing. Secara statistik pun, baru 5% ritel yang convert ke digital. Tentunya, semakin naik angka tersebut, akan muncul value-value baru, pasar baru, dan produk baru yang bisa dijual. Belum tentu semua hal tersebut terpikirkan akan terjadi di masa depan. Kami istiqomah untuk melihat apa yang menurut kami benar. Kami akan coba dorong ke sana dan tentunya dengan perhitungan serta rencana yang matang.

Saya selalu bilang, kami tidak bisa jadi orang lain, we have to be the best version of ourselves. Bukalapak ini terlahir 10 tahun yang lalu dengan misi tertentu. Kami harus menjadi yang terbaik setiap harinya dan harus terus berkembang ke arah yang lebih baik untuk melayani user kami. Kami percaya, kami bisa sukses dengan tujuan ini.

Apa harapan dan target ke depan selama masa kepemimpinan Anda?

Saya berharap selama masa kepemimpinan saya, Bukalapak terus tumbuh, berkembang, pelapak dan mitranya semakin sejahtera, tim Bukalapak pun bangga bekerja di sini. Orang-orangnya semakin jago dan bisa menjadikan Bukalapak tempat mencari nafkah yang baik dan bisa membanggakan buat keluarga. Harapan kami juga tentu Bukalapak bisa jadi organisasi yang sustainable. Bertahan lebih dari 100 tahun yang probabilitasnya hanya 0,0045%, memberikan manfaat untuk banyak orang, mendorong ekonomi kerakyatan, terutama untuk Indonesia.

Saya juga sadar sekali bahwa Bukalapak ini dibangun oleh putra-putra bangsa Indonesia sehingga menjadi unicorn. Di Indonesia perusahaan seperti ini hanya segelintir. Saat ini hanya ada sekitar 433 unicorn, decacorn, dan hectocorn di seluruh dunia. Bukalapak menjadi bagian dari itu. Sejak 2017, sudah berstatus unicorn. Ini kebanggaan nasional, aset nasional, dan kami memiliki tanggung jawab lebih untuk lebih sukses. Ini yang membuat saya susah tidur, tetapi semangat bangun pagi.

Jadi, pada prinsipnya goal kami itu sustainable, yakni bisa berdikari, bisa mencetak profit dan pertumbuhan bisnis yang signifikan sehingga tidak perlu suntikan dana. Hal itu sangat memungkinkan apabila dapat menciptakan formula model bisnis yang tepat. Pertumbuhan revenue dan pemasukan bisa lebih tinggi melampaui pertumbuhan biaya dan pengeluaran. Ketika kurva melewati itu, niscaya impian Bukalapak menjadi perusahaan yang sustainable dapat terwujud.

Kami akan mencari mana yang bisa menghasilkan dan digenjot. Buktinya banyak kok perusahaan yang untung-untung saja (terus tumbuh dan mencetak profit). Dan, saya lihat itu bukan sesuatu yang tidak mungkin.

Dede Suryadi dan Vina Anggita

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved