Management

Racikan Laksana Budiwiyono, Melejitkan Bisnis Keamanan Siber

Laksana Budiwiyono, Country Manager di Trend Micro Indonesia (TMI).
Laksana Budiwiyono, Country Manager Trend Micro Indonesia (TMI).

Meracik strategi pemasaran dan melayani kebutuhan konsumen menjadi keseharian Laksana Budiwiyono. Rutinitas ini kian terasa pada masa pandemi ini. Laksana yang menjabat Country Manager di Trend Micro Indonesia (TMI) acapkali menghadiri temu virtual bersama konsumen TMI. Selain itu, Laksana sesekali didaulat sebagai pembicara seminar virtual (webinar) mengenai keamanan siber. Topik diskusi virtual ini memiliki benang merah dengan jabatan Laksana di TMI dan Chairman Cloud Security Alliance (CSA) untuk wilayah Indonesia (2018-20). CSA merupakan salah satu organisasi teknologi informasi tingkat global.TMI adalah perusahaan penyedia jasa keamanan siber (cyber security). Prinsipil TMI, yakni Trend Micro Incorporated (beroperasi sejak 1988), berkantor pusat di Tokyo, Jepang dan tercatat di Bursa Efek Tokyo.

Laksana yang diangkat sebagai bos TMI pada April 2017 itu menggencarkan pemasaran produk dan jasa perusahaan ini untuk meningkatkan penetrasi ke pasar domestik. Laksana menjabarkan penetrasi klien baru di Indonesia di segmen business to business (B2B) yang cukup berhasil selama lima tahun terakhir ini. Adapun, pendapatan TMI tertinggi dikontribusikan dari konsumen perusahaan telekomunikasi, perbankan dan lembaga pemerintah. “Saat ini, Trend Micro Indonesia memiliki lebih dari 500 klien perusahaan di berbagai industri,” ujar Laksana. Eksekutif perusahaan yang lahir di Yogyakarta pada 13 Oktober 1970 ini mendorong laju bisnis TMI seiring perubahan perilaku konsumen yang bergeser dari media konvesional ke platform digital.

Wabah pandemi Covid-19 mengubah perilaku dan budaya kerja masyarakat, seperti semaraknya pola bekerja dari rumah (work from home) dan toko dalam jaringan (daring/online). Eva Chen, CEO & Co–Founder Trend Micro Inc, Jepang, dalam paparan tertulis di laporan keuangan 2020, menyebutkan akselerasi transformasi digital di tahun lalun lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Gambarannya, persentase konsumen yang berinteraksi di platform digital pada 2020 melonjak sebesar 58%, lebih tinggi dari tahun 2019 (36%). Laksana berpendapat, digitalisasi ini membutuhkan jasa dan layanan kemanan siber, seperti produk anti virus. Perubahan ini memicu peluang bisnis keamanan siber global, termasuk Indonesia, karena permintaan produk proteksi siber kian meningkat.

Tim pemasaran TMI bergerak lincah sejak pandemi diumumkan pada awal Maret tahun lalu. Laksana mengarahkan pegawai TMI untuk mengeser pola pemasaran konvesional ke digital, serta hybrid marketing untuk beradaptasi menghadapi pembatasan mobilitas masyarakat. TMI rutin melaksanakan seminar virtual untuk melatih pelanggannya mengoperasikan sistem keamanan siber dan piranti lunak anti virus. ”Kami juga mengedukasi konsumen dan menyediakan jasa konsultasi kepada SDM klien TMI untuk meningkatkan ketrampilan di bidang IT (information technology). Salah satu kampanye kami yang sederhana adalah meningkatkan awareness untuk memproteksi e-mail,” ujar lulusan lulusan Teknik Informatika dari Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta. Laksana dan tim TMI tetap menjaga kualitas layanan purna jual kepada konsumen. Sesekali Laksana turun ke lapangan. Pada Januari 2021, misalnya, Laksana menyanggupi keinginan konsumen TMI untuk bertatap muka guna mendiskusikan penyempurnaan sistem keamanan siber di perusahaan konsumen dengan mempraktikkan protokol kesehatan Covid-19 pada perjumpaan fisik ini.

Jasa dan produk TMI, di antaranya piranti lunak anti virus dan sistem keamanan komputasi awan (cloud security). Produk keamanan siber TMI diaplikasikan pula oleh konsumen yang sehari-hari bekerja di rumah dan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang kian atraktif menjajakan jasa dan produknya di toko daring. Ini peluang bisnis yang ditangkap TMI. Harga produk TMI dirancang tidak menguras kas pengusaha UMKM. Misalnya, “UMKM hanya membeli software anti virus dan menggunakan cloud server sehingga mereka tidak perlu mengeluarkan biaya untuk menyewa server seperti perusahaan menengah dan besar yang mengalokasikan dana untuk menyewa server,” ucap Laksana menjelaskan.

Proteksi desktop, jaringan atau network, dan server disediakan TMI untuk UMKM agar mereka mampu menangkal serangan virus. TMI mengestimasikan setiap hari sekitar 500 ribu varian virus menyerang sistem teknologi informasi. Tim TMI melakukan pendampingan dan pemantauan untuk memutakhirkan piranti lunak anti virus yang digunakan oleh seluruh pelanggan perusahaan, termasuk dari kalangan UMKM. “Kami mempriotaskan pelayanan yang excellent, kami memiliki tim IT support lokal yang melayani konsumen yang bersiaga dalam 24 jam,” kata Laksana. Ini diklaim Laksana sebagai layanan bernilai tambah yang membedakan TMI dengan perusahaan keamanan siber lainnya. “Ini salah satu terobosan TMI yang menyediakan tim support lokal,” mantan pegawai PT Astra Honda Motor ini menegaskan.

Kombinasi produk dan jasa keamanan siber bestandar global, layanan purna jual, tim pendukung TI yang bersiaga 24 jam, serta pemasaran yang agresif merupakan faktor penyokong pertumbuhan pendapatan TMI. Laksana menyampaikan omset akumulatif TMI tumbuh sebesar 200% pada 2015 hingga 2020. Kinerja bisnis TMI ini diapresiasi oleh kantor pusat Trend Micro di Jepang. Kinerja keuangan TMI di tahun lalu melampaui ekspektasi karena target yang ditetapkan pada awal tahun lalu itu hanya tumbuh dalam kisaran terbatas (flat). Pandemi mengubah asumsi bisnis TMI.

Adapun, perjalanan karier Laksana di TMI berawal ketika bergabung di perusahaan ini di 2008-11.”Saya direkrut oleh head hunter,” ia mengisahkan. Kala itu, Laksana menjabat sebagai Manajer Senior dan skala bisnis TMI tergolong kecil serta mempekerjakan tiga pegawai. Kemudian, pria yang gemar berolaharga hiking ini bergabung ke VMWare Company selama lima tahun, dengan jabatan terakhir Direktur Penjualan. Ia kembali bergabung ke TMI pada 2017 untuk menakhodai TMI. Dia mematok target pendapatan TMI pada 2021 naik dua digit.

Kepercayaan konsumen dijaga oleh TMI agar tidak terpental dari persaingan bisnis kemanan siber. Kompetitor TMI di Indonesia, menurut Laksana, sebanyak 10 perusahaan. “Kami memotivasi pegawai untuk terus menjaga dan meningkatkan produktivitas serta mengutamakan kesehatan dengan menerapkan protokol kesehatan dalam melaksanakan pekerjaan di kantor,” tutur Laksana yang hobi bersepada ini. Jumlah pegawai TMI sebanyak 20 orang. TMI bermitra dengan distributor untuk memperluas jangkauan pemasaran di seluruh Indonesia. (*)

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved