Management Editor's Choice Strategy

Rahasia Kesuksesan Prijono Sugiarto Meraih Penghargaan Asia Business Leader

Rahasia Kesuksesan Prijono Sugiarto Meraih Penghargaan Asia Business Leader

PT Astra International Tbk kembali menorehkan prestasi. Korporasi raksasa yang bermarkas di Sunter, Jakarta Utara itu menambah koleksi penghargaan sebelum menutup akhir tahun 2014. Kali ini, sang komandan tertinggi perusahaan berawak 220 ribu pegawai itu dianugrahi penghargaan sebagai Asia Business Leader of The Year Award (ABLA) 2014.

Prijono Sugiarto, Chief Executive Officer Astra International, mungkin tak mengira bahwa baktinya sebagai pemimpin perusahaan sejak 1 Maret 2010 akhirnya diganjar penghargaan bergengsi. Pada 6 November lalu, pria yang memulai karier di Astra sejak 1990 ini berhasil menyisihkan puluhan CEO besar baik dalam dan luar negeri. Ia menjadi CEO pertama dari Indonesia yang dianugerahi ABLA sejak program tersebut pertama kali dilaksanakan 13 tahun yang lalu pada tahun 2001.

ABLA merupakan penghargaan yang diberikan sebagai pengakuan dan penghormatan bagi para pemimpin bisnis perusahaan di Asia dalam kesungguhan seorang CEO mengelola bisnis untuk menjadi yang terbaik dan menciptakan strategi-strategi inovatif, mengelola sumber daya manusia serta strategi apa yang dijalankan untuk menghasilkani bisnis yang berkelanjutan. Selain itu, ABLA memberikan ciri khas tersendiri sekaligus penghormatan kepada para pemimpin bisnis yang telah berkontribusi dan membentuk perekonomian Asia serta memiliki visi dalam mencapai sukses. Penghargaan ini merupakan sebuah tradisi dari perayaan visi, semangat berprestasi dan keunggulan dalam memimpin bisnis di Asia.

“Penghargaan Asia Business Leader of The Year Award ini adalah hasil kerja keras dari seluruh karyawan Grup Astra yang membantu saya mencapai tujuan yang sama. Ini akan menjadi cambuk bagi saya agar terus berusaha mencapai yang terbaik sebagai nakhoda untuk menghadapi gejolak samudera bisnis ke depan,” ujar Prijono sesaat dinobatkan sebagai ABLA 2014.

Prijono Sugiarto, CEO PT Astra International Tbk

Prijono Sugiarto, CEO PT Astra International Tbk

Proses seleksi ABLA tidaklah sederhana, bahkan menelan waktu hingga enam bulan (Juni-November 2014), belum termasuk periode perencanaan dari panitia di mana harus menyeleksi lebih dari 1.000 CEO yang ada di Asia. Tahap demi tahap dilalui untuk mencapai 48 finalis. Penghargaan ini diselenggarakan oleh jaringan televisi Consumer News and Business Channel (CNBC) dengan mengutus satu juri bersama 2 juri lain dari The University of Chicago Booth School of Business dan Development Dimensions International (DDI). Semua juri menilai kredibilitas dan kinerja para nominator secara ketat dari awal sejak diusulkan oleh masing-masing negara Asia.

Richard S. Wellins Ph.D, Senior Vice President Development Dimensions International, salah satu juri ABLA 2014, menjelaskan bahwa yang paling penting adalah bagaimana suatu bisnis bisa sustain yang ditunjang dari sisi talent management, inovasi yang terus menerus serta kepedulian CEO terhadap hal tanggung jawab sosial. “Kami memilih para pemimpin bisnis yang memiliki semua itu dan konsisten menjalankannya setiap tahun, sehingga menghasilkan kinerja yang optimal. Prijono Sugiarto memiliki semua kriteria tersebut dan suatu kebetulan saja beliau berasal dari negara yang beberapa tahun terakhir ini mendapat perhatian para investor dunia,” jelas Richard.

Dalam memimpin Astra, Prijono memegang teguh Catur Dharma, sebuah filosofi yang dicetuskan oleh pendahulunya, para pendiri Astra. Filosofi tersebut terdiri dari empat butir, yaitu : menjadi milik yang bermanfaat untuk bangsa dan negara, memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan, menghargai individu dan kerjasama serta senantiasa berusaha mencapai yang terbaik.

Selain itu, prinsip-prinsip kepemimpinan yang dikembangkannya antara lain : memberikan dorongan kepada anggota tim untuk berani mengambil kesempatan dan mengambil resiko yang terkalkulasi dengan baik (calculated risk). Kedua, decisive yakni berani mengambil keputusan yang cepat dan tepat dalam setiap kondisi. Ketiga kepemimpinan yang ‘demokratik’ yaitu kepemimpunan yang memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk berpartisipasi dalam proses membuat keputusan untuk dapat mencapai keputusan yang optimal sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pemimpin.

“Kami bersyukur bahwa semua karyawan dan seluruh level manajerial selalu bisa bekerjasama dalam satu tim. Di Astra tidak ada superman, yang ada adalah superteam,” jelas Prijono.

Pada awal kepemimpinannya, Prijono mencanangkan ide besar melalui sebuah visi, yakni menjadikan Astra Kebanggaan Bangsa (Pride of the Nation) pada tahun 2020. Visi tersebut diwujudkan melalui Strategic Triple P Roadmap yang fokus pada tiga hal penting, yaitu Portfolio Roadmap, People Roadmap dan Public Contribution Roadmap.

Dengan berlandaskan Strategic Triple P Roadmap, dalam lima tahun pertama, Prijono Sugiarto mampu membawa Astra mencapai kinerja signifikan di tengah masa pemulihan perekonomian dunia dari krisis finansial. Pendapatan bersih Astra tercatat meningkat tajam 96,78% menjadi Rp 193,88 triliun pada akhir 2013 dari Rp 98,53 triliun pada akhir 2009.

Keberhasilan kinerja Astra juga ditopang oleh budaya inovasi yang telah mengakar di Astra sejak 30 tahun lalu. Pada akhir tahun 2013, jumlah inovasi yang masuk dalam kategori Suggestion System (Sistem Saran-SS) pada InnovAstra (semacam lomba inovasi di Grup Astra) mencapai 673.027 sistem saran dari 442.358 pada tahun 2009.

“Inovasi adalah salah satu kunci untuk menghantarkan Astra ke tingkat yang lebih tinggi. Untuk itulah kami selalu menerapkannya dalam 30 tahun terakhir dengan penuh antusias,” ungkapnya.

Bisnis tidak selamanya berjalan mulus. Begitu pun CEO berkacamata ini menilai. Selama ini, menurutnya, banyak tantangan yang kerap dihadapi, baik dari dalam ataupun luar perusahaan. Tantangan yang dihadapi bersifat ‘multi dimensional’ karena harus berusaha memenuhi ekspektasi dari stakeholder (shareholder, principal/partner, karyawan, pelanggan, dll) yang beraneka ragam dalam kondisi makro dan mikro ekonomi yang kadang tidak bisa diprediksi dengan baik termasuk level kompetisi yang meningkat dengan pesat.

Prijono Sugiarto (kanan) bersama CNBC Anchor Martin Soong (kiri)

Prijono Sugiarto (kanan)bersama CNBC Anchor Martin Soong (kiri)

Untuk itu perlu suatu terobosan yakni selain roadmap, yang diperlukan lainnya adalah konsistensi dan persistensi dalam mengejar ‘mimpi’ yang telah dirancang dengan melibatkan seluruh anggota tim yang ada. Terakhir, upaya secara terus menerus untuk membangun pilar-pilar bisnis baru Astra, contohnya properti,” Prijono menambahkan.

Salah satu hasilnya adalah melalui Astra Toyota Agya dan Astra Daihatsu Ayla yang merupakan dua mobil yang masuk dalam kategori Kendaraan Bermotor Roda Empat Hemat Bahan Bakar & Harga Terjangkau. Kedua mobil tersebut didesain oleh salah satu putra terbaik Astra bernama Mark Wijaya yang telah berhasil dalam kompetisi global yang diikuti oleh desainer Italia, Prancis dan Jepang. Selain itu, kedua mobil ini juga telah memiliki 86% konten lokal, suatu angka tertinggi dalam produksi mobil di Indonesia. Proses inovasi di bidang otomotif juga semakin terbuka lebar dengan dibukanya pusat riset dan pengembangan (R&D) Astra Daihatsu Motor di Karawang, Jawa Barat.

Lantas, leader seperti apa yang diharapkan Prijono bisa melanjutkan estafet kepemimpinan di Astra?. “Pemimpin yang tetap memiliki ‘akar’ yang kuat yang sesuai dengan kultur dan values Astra, pemimpin yang memiliki pemahaman komprehensif terhadap bisnis Astra, pemimpin yang berani mengambil ‘sikap’ terhadap seluruh stakeholder Astra demi kemajuan dan kepentingan Astra yang lebih luas dan lebih besar,” harap Prijono dengan tegas. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved