Management Trends

Resep Grup Express Tingkatkan Kompetensi Karyawan

Resep Grup Express Tingkatkan Kompetensi Karyawan

PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) atau Grup Express, emiten transportasi darat, mengubah tata kelola SDM dari penilaian subyektif menjadi penilaian obyektif berdasarkan indikator performa pegawai (key performance indicators/KPI). Perseroan menggelar Leadership Program sebagai wahana untuk meningkatkan kompetensi pegawai. Mereka ini dibekali berbagai materi pelatihan teknis dan non teknis. Mereka yang berhasil menorehkan prestasi akan dipercaya sebagai pemimpin di unit bisnis Grup Express.

Pola seperti demikian memberikan peluang bagi karyawan dari jenjang terbawah untuk mencapai posisi puncak. Karier kepala pool, misalnya, dirintis karyawan dari level kordinator untuk menapaki jenjang berikutnya sebagai penyelia, kepala pool dan jabatan selanjutnya. Penilaian karyawan mengabaikan unsur subyektif demi memberikan peluang kepada karyawan yang berprestasi untuk menduduki kursi strategis. Menurut Hestri Setyaningsih, GM Human Capital Grup Express, penunjukkan kepala pool di masa lalu berdasarkan penilaian subyektif. ”Dulu, kepala pool ditunjuk bukan berdasarkan prestasi kerja. Tapi dengan sistem dan pengembangan pelatihan karyawan yang baru ini, maka pegawai yang muda-muda bisa naik pangkat sebagai kepala pool karena prestasi yang dicapainya,” ungkap Hestri saat dijumpai SWAonline di Jakarta.

Perseroan mengubah sistem penilaian berbasis KPI guna menangkal rekayasa penilaian pegawai. Karena itu, lanjut Hestri, TAXI rutin mengevaluasi KPI serta pencapaian pegawai di pertengahan tahun untuk mengukur kinerja karyawan. “Salah satu penilaian KPI itu kepala pool harus menyiapkan calon pemimpin yang berada dibawahnya,” ujarnya. Jumlah pool Grup Express sebanyak 30 pool dan 70 pangkalan di di Jakarta, Depok, Tangerang dan Bekas (Jadetabek). Pool ini, kata Hestri, dilengkapi televisi sebagai media pelatihan dan pengembangan karyawan. Setiap pool diawaki 45-50 karyawan dan mengelola bengkel yang ditangani 9 orang. Mereka ini diberikan pelatihan oleh mekanik Auto2000. Tujuan pelatihan ini agar ketrampilan para mekanik bengkel Grup Express semakin ciamik ke depannya,

Adapun, penilaian KPI ini digelar perseroan sejak tahun 2011 seiring dengan meningkatnya kebutuhan perusahaan untuk mencetak pemimpin bisnis dari internal serta untuk menyiasati kompetisi bisnis jasa transportasi darat yang semakin ketat dari tahun ke tahun. “Perusahaan membutuh pemimpin agar kami tidak kehilangan arah bisnis,” tandasnya. Perkembangan pegawai dipantau manajemen melalui Human Capital Information System.

Hestri Setyaningsih, GM Human Capital Grup Express (kedua dari kiri) didampingi tim. (Foto : Prio Santoso/SWA).

Hestri Setyaningsih, GM Human Capital Grup Express (kedua dari kiri) didampingi tim. (Foto : Prio Santoso/SWA).

Karyawan Grup Express sebanyak 2.400 orang. Mayoritas karyawannya berusia 20-45 tahun. Hanya 2% dari jumlah pegawai yang berusia menjelang masa pensiun. “Kami menyampaikan secara terbuka kesempatan karier di sini,” katanya. Perseroan juga memiliki mitra kerja yang berjumlah 16 ribu orang. Mitra kerja perseroan itu supir taksi yang kerjasamanya berlandaskan kemitraan yang disepakati antara Grup Express dengan supir. “Kalau di Express sistemnya adalah kemitraan, jadi mereka bisa memiliki kendaraan pada tahun ketujuh, itulah yang membedakan kami dengan perusahaan taksi yang kerjasamanya dengan supir berdasarkan komisi,” paparnya.

Supir taksi Express yang menjadi mitra perusahaan, menurut Hestri, diibaratkan sebagai wirasuahawan yang mengelola kendaraan milik perusahaan. “Supir yang mengelola sendiri, uang setoran dan kendaraan yang dipegangnya. Di Persatuan Bangsa-Bangsa, Express tercatat sebagai perusahaan yang turut menyejahterakan bangsa. Hingga saat, sebanyak 5 ribu unit kendaraan sudah dimiliki mitra driver,” tambahnya. Supir yang rajin mengoperasikan kendaraanya mendapat penumpang akan tercermin dari penghasilan yang didapatkannya. “Kami memiliki mitra ambassador yang sukses menjadi mitra Express karena memiliki rumah, mampu menyekolahkan anak-anaknya ke perguruan tinggi, dan bahkan memiliki rumah kontrakan. Mereka ini menceritakan cerita suksesnya itu di kampung halamannya,” jelas Hestri.

TAXI memberikan les bahasa Inggris, terutama unit bisnis yang beroperasi di bandara udara.Pelatihan berbahasa asing diiringi pendidikan menggunakan teknologi termutakhir, misalnya penggunaan aplikasi digital MyTrip yang dirilis TAXI pada Februari tahun ini. Perseroan memiliki armada taksi Express dan Eagle, Tiara di segmen taksi dan limosin premium, dan bus Eagle. Armada TAXI didukung oleh 19 ribu supir. Tiap tahunnya, perseroan menjaring 30 juta konsumen.Armada taksi Express sebanyak 8.800 unit yang sebagian besar beroperasi di Jadetabek, Surabaya, Semarang, Medan, dan Padang. Pendapatan taksi Express menyumbang 67% dari total pendapatan TAXI. Sedangkan taksi Eagle berkontribusi 19% terhadap pendapatan perseroan. Jumlah armadanya sebanyak 2.200 unit yang tersebar di Jadetabek, Medan, dan Surabaya.

Selanjutnya, taksi dan limosin Tiara berkontribusi 7%. Limosin Tiara beroperasi di Bandung, Bali, dan Lombok. Sedangkan taksi Tiara melayani konsumen di Jadetabek. Armada taksi dan limosin Tiara ini mencapai 430 unit. sedangkan armada bus Eagle sebanyak 90 unit dan menyumbang 3% untuk omzet perseroan. Pendapatan perseroan pada semester I/2016 menyusut 26,71%, atau menjadi Rp 374,06 miliar dari Rp 510,39 miliar di periode yang sama tahun lalu Tak ayal, Grup Express membukukan kerugian senilai Rp 42,94 miliar. Padahal di Juni tahun lalu, perseroan mencatat laba bersih Rp 32,49 miliar. Harga saham TAXI pada perdagangan Rabu, (28/9/2016) ditutup Rp 170, turun 6% dari perdagangan sebelumnya di level Rp 176. (*)

Reportase : Herning Banirestu


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved