Management

Resolusi Pendidikan Nonformal Ala Bimo Euro Management

Resolusi Pendidikan Nonformal Ala Bimo Euro Management

Berbagai kejadian seperti kekerasan dan tindak kejahatan merupakan indikasi bahwa masyarakat tengah mengalami frustrasi sosial yang berkelanjutan. Menurut Bimo Sasongko, Pendiri Euro Management Indonesia. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor.

bimo-sasongko

Antara lain faktor kemiskinan struktural, lonjakan pengangguran akibat sempitnya lapangan kerja, dan ketimpangan sistem pendidikan.“Salah satu langkah untuk mengurangi frustrasi sosial adalah dengan jalan penyelenggaraan seluas-luasnya pendidikan nonformal untuk generasi muda yang berpendidikan rendah. Agar kehidupan rakyat kecil tidak semakin sumpek dan timbul disorientasi,” jelas Bimo lewat keterangan tertulisnya kepada SWA Online.

Penyelenggaraan pendidikan nonformal itu menyasar segmen lulusan SMP kebawah. Arahnya sebaiknya terkait dengan lapangan kerja dengan prinsip link and match dengan potensi sumber daya lokal.Lebih jauh, sebagai pelaku pendidikan non formal. Bimo menjelaskan, pendidikan nonformal yang di selenggarakan selama ini kurang maksimal dengan kurikulum atau konten yang sudah usang.

Organisasi pendidikan nonformal di tingkat kecamatan yang disebut Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM ) dan di tingkat Kabupaten/Kota yang disebut Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) tidak mampu beradaptasi dengan kemajuan zaman.

Melihat kondisi diatas perlu sinergi antara Kemnakertrans dengan Kemdiknas untuk segera melakukan revitalisasi dan memperluas pendidikan nonformal gaya baru di negeri ini. Salah satu yang Bimo tawarkan adalah program vokasional atau kejuruan yang berbasis apprentice (pemagangan) berbasis link and match, untuk membangunkan nilai tambah lokal yang diibaratkan raksasa yang masih tertidur. Program vokasional berbasis apprentice adalah kunci suksesnya industrialisasi dinegara maju.

Maksud dari link and match adalah, perspektif link menunjukkan proses, yang berarti bahwa proses pendidikan selayaknya sesuai dengan kebutuhan pembangunan, sehingga hasilnya pun cocok (match) dengan kebutuhan tersebut.Baik dari segi jumlah, mutu, jenis, kualifikasi maupun waktunya. Sistem pendidikan nasional sejak Indonesia merdeka hingga kini belum mampu memenuhi tuntutan dunia usaha dan industri.

Pemagangan berbasis link and match sebaiknya menekankan prinsip desentralisasi. Ini bisa sukses dengan catatan pemerintah daerah harus benar-benar siap secara teknis maupun kelembagaan. Desentralisasi juga menjadi momentum untuk membenahi standardisasi sekolah menengah, terutama SMK agar terwujudnya link and match dalam pembangunan nasional.

“Program berbasis sistem apprentice ini, sebarnya sudah diterapkan di Indonesia. Beberapa BUMN menerapkan sistem tersebut pernah mencetak puluhan ribu teknisi ahli yang direkrut dari lulusan SMA dan SMK menjadi SDM industri yang spesifik dan sesuai dengan kebutuhan,” jelas Bimo.

Perlu diketahui, durasi apprenticeship biasanya lebih dari satu tahun, bahkan di beberapa negara berlangsung selama empat tahun. Pendekatan organisasi buruh sedunia ILO untuk apprenticeship adalah mekanisme pembelajaran canggih atas dasar saling percaya dan kerjasama antar pemangku kepentingan yaitu : kaum muda, otoritas ketenagakerjaan dan pendidikan, pengusaha dan pekerja.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved