Management Strategy

RI Kembangkan Perikanan Budidaya Berbasis Pedesaan

RI Kembangkan Perikanan Budidaya Berbasis Pedesaan

Pertemuan rutin negara-negara anggota Network of Aquaculture Centers in Asia-Pasific-Governing Council Meeting (NACA-GCM) ke-26 di Bali telah berakhir. Forum ini digelar khusus untuk memperkuat kerjasama antarnegara di sektor perikanan budidaya. Pertemuan ini fokus pada program peningkatan produksi dan kualitas produk perikanan budidaya. Upaya tersebut adalah bagian dari program pembangunan perikanan budidaya yang mandiri, berdaya saing dan berkelanjutan.

“Kemandirian akan mendukung peningkatan daya saing produk perikanan budidaya. Terlebih memasuki Pasar Bebas ASEAN 2015, seluruh anggota NACA sepakat untuk mengembangkan program sertifikasi perikanan budidaya yang sifatnya regional sehingga mendorong produk perikanan budidaya anggota NACA untuk bersaing di pasar global. Pertemuan khusus tentang hal ini akan dilaksanakan di Thailand dalam waktu dekat”, kata Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Slamet Soebjakto dalam rilisnya.

Untuk mendorong usaha perikanan budidaya yang berkelanjutan, pertemuan ini menyetujui usulan Indonesia untuk mengembangkan perikanan budidaya berbasis pedesaan. Pengembangan ini meliputi pengelolaan kawasan perikanan budidaya pedesaan dan skala kecil yang terintegrasi, khususnya dalam mengelola kesehatan ikan dan lingkungan serta alih teknologi.

Seorang petani budidaya lele sedang memberi makan ikan. (Foto: IST)

Seorang petani budidaya lele sedang memberi makan ikan. (Foto: IST)

Harapannya, akan tumbuh kelembagaan yang kuat yang mampu menopang munculnya banyak kelompok usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di bidang perikanan budidaya seperti yang diamanatkan Menteri KKP Susi Pudjiastuti. Indonesia juga akan bekerjasama dengan anggota NACA untuk meningkatkan jumlah pengusaha perikanan budidaya yang berkelanjutan.

Dari data statistik perikanan budidaya tahun 2010-2014 (data sementara), produksi perikanan budidaya telah mengalami peningkatan sekitar 23% per tahun dengan komoditas yang mengalami peningkatan di atas 20% per tahun adalah rumput laut (27%), udang vaname (20%), patin (25%) dan lele (26%). “Dari data tersebut, khususnya lele dan patin merupakan komoditas budidaya air tawar yang mendukung ketahanan pangan dan juga mendorong pengembangan budidaya perikanan di pedesaan,” ujarnya.

Saat ini, Indonesia tercatat sebagai salah satu produsen hasil akuakultur terbesar di dunia dengan volume produksi mencapai 14,52 juta ton. Pemerintah akan terus berupaya meningkatkan produksinya melalui pemanfaatan potensi yang ada baik di air tawar, payau maupun laut untuk mengukuhkan basis akuakultur.

Melalui kerja sama dengan NACA, pemerintah yakin bisa mencapai target produksi hasil akuakultur tahun ini sebesar 17,91 juta ton. Adapun, anggota NACA meliputi Australia, Bangladesh, Cambodia, China, Hong Kong SAR, India, Indonesia, I.R. Iran, Korea (DPR), Laos, Malaysia, Maldives, Myanmar, Nepal, Pakistan, Philippines, Sri Lanka, Thailand dan Vietnam. Untuk selanjutnya, pertemuanan NACA GCM 27 pada tahun 2016 mendatang akan di selenggarakan di Thailand.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved