Management Strategy

Rizal Ramli: Bikin Kilang, Harga Minyak Bisa Turun 50 Persen

Oleh Admin
Rizal Ramli: Bikin Kilang, Harga Minyak Bisa Turun 50 Persen

Menteri Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli berencana membuat kilang minyak yang berfungsi untuk mengolah minyak mentah menjadi bahan bakar minyak. “Kapasitasnya dan lokasinya nanti pada waktunya akan diumumkan, sejauh ini belum diputuskan,” ujarnya seusai mengisi kuliah umum bertajuk ‘Langkah Terobosan dan Kebijakan Rizal

sumber: www.pertamina.com

sumber: www.pertamina.com

Ramli Untuk Indonesia’ di kampus Al Ma’soem, Jatinangor, Sumedang, Selasa, 10 November 2015. Menurut Rizal, saat ini sektor perminyakan banyak dirugikan lantaran Indonesia tidak memiliki kilang minyak sendiri. Pasalnya, kata dia, minyak mentah hasil pengeboran di Indonesia selama ini selalu dikirim menuju Singapura dan mengandalkan kilang minyak milik negara tetangga. “Kalau ada kilang kita enggak usah ekspor minyak mentah ke Singapura. Kita proses sendiri, makanya selama ini minyak mentah diekspor ke Singapura sangat merugikan,” ujarnya.

Pasalnya, Rizal bertutur, dengan adanya ekspor minyak mentah menuju Singapura, biaya transportasi yang dibutuhkan sangat besar. Kalau dihitung, sekitar 50 persen biaya yang dikeluarkan untuk transportasi dan tektek bengek lainnya. “Bolak-balik kan ada biaya transportasi tankernya, asuransi, ada pajak dari pemerintah Singapura 17 persen, ada keuntungan perusahaan kilang di Singapura 10-15 persen, artinya kita banyak sekali membuang uang yang tidak perlu,” katanya.

Makanya, kata dia, Indonesia semestinya membangun kilang minyak sendiri guna mengurangi biaya produksi. Berdasarkan perhitungan Rizal, bila Indonesia memiliki kilang minyak, maka akan berimbas pada penurunan harga bahan bakar minyak sebesar 50 persen.

“Biaya untuk menghasilkan minyak tanah atau premium 1 liternya bisa turun jadi setengahnya sekaligus membuka lapangan kerja, itu bisa ratusan ribu pemuda Indonesia bekerja” ujar dia.

Sebetulnya, rencana itu bisa direalisasikan 10-15 tahun yang lalu. Namun akibat banyaknya kendala, rencana itu menjadi molor. “Ini baru mau dirapatkan lagi agar supaya bisa terealisasi pada masa pemerintahan Jokowi,” ujar dia.

“Kendalanya selama ini banyak kepentingan yang tidak mau Indonesia punya kilang, mereka diuntungkan oleh proses transportasi dari perdagangan minyak mentah dan minyak jadi,” katanya.

Tempo.co


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved