Management Strategy

Rosan: Pemerintah Harusnya Fokus dalam Mengelola Perekonomian

Rosan: Pemerintah Harusnya Fokus dalam Mengelola Perekonomian

Rosan P Roeslani, Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia di bidang Perbankan dan Finansial, tahun 2012 pertumbuhan Indonesia masih di atas 6% dikarenakan faktor global. Selama 10 tahun terakhir pertumbuhan ekonomi didukung oleh faktor komoditas harga tinggi yang terpengaruh pertumbuhan China yang tinggi. Pertumbuhan pun menembus angka 12% pada 2011, tapi sekarang anjlok hingga menjadi angka 7%.

Sebelum krisis terjadi, Indonesia adalah negara yang menjadi darling investor di mana pertumbuhan GDP Indonesia nomor 16 di dunia. Pada tahun 2020 Indonesia diperkiran akan menjadi negara ke- 6 dengan perekonomian tertinggi di dunia.

Rosan

Sayangnya, memasuki tahun 2014 situasi berubah dengan drastis, ekonomi pun menjadi lesu. Menurutnya, yang menjadi fokus pemerintah seharusnya adalah bagaimana mengelola perekonomian, bukan mengelola pembangunan ekonomi. “Apabila hanya bermain di pengelolaan pembangunan ekonomi, kita akan selalu terjebak di angka-angka, bukannya membangun industri nasional yang sehat dan kuat,” ujarnya.

Menurutnya, industri bukanlah berarti memiliki pabrik, melainkan suatu kegiatan yang secara inovatif untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik, bermanfaat, cepat, dan murah untuk mendapatlan ekonomi yang besar. Selain itu Indonesia juga kekurangan tenaga siap pakai yang berbeda dengan tenaga ahli.

Tenaga siap pakai adalah tenaga yang bisa dan siap berkarya, di mana tenaga kerja sekarang hanya disiapkan untuk bekerja. Kebutuhan tenaga ini akan menjadi poin penting dalam pembangunan yang mana ada beberapa industri yang harus dibangun di masa depan: bidang kemaritiman, komoditas, wisata serta kreatif.

Pembangunan industri kemaritiman dan berbasis komoditas perlu digalakkan mengingat industri Indonesia cukup tergantung dengan impor. Di setiap industri akan memiliki 30% kompinen impor. Ia berharap bisa membangun industri ini dengan bahan baku dari Indonesia.

Selain itu, tahun 2020 diperkirakan bahwa pariwisata akan menjadi salah satu penghasil devisa terbesar di Indonesia. Maklum, pariwisata menjadi penghasil devisa no 4 di Indonesia. Selain itu, dari Januari 2015 hingg saat ini, kebanyakan start up Indonesia justru diberikan dana oleh investor luar negeri. Hal ini membuktikan bahwa start up di inodonesia memiliki masa depan cerah.

Menurutnya, ke depan perekonomian Indonesia masih akan ditantang mengingat salah satu penggerak ekonomi Indonesia adalah harga komoditas. Ia mencontohkan harga batu bara tahun 2011 hingga 2012 masih US$ 125 per ton, tapi kini anjlok menjadi US$50.

Indonesia sebagai salah satu pengekspor batu bara terbesar yaitu sekitar 400 juta ton per tahun, sehingga kini kehilangan pendapatan negara yang cukup signifikan. Selan itu , BUMN Indonesia juga dirasakan masih tertinggal bila dibandingkan BUMN asing. Sebab BUMN masih terpaku pada process oriented, bukan result oriented.

Hal ini dikarenakan banyak kebijakan yang diambil harus sesuai prosedur, sebab jika tidak, akan mendapatkan teguran dari Kejaksaan atau KPK. Mindset ini, haruslah diubah dan undang-undang pun harus diubah agar BUMN bisa bergerak lebih ‘bebas’.

Rosan berharap dalam menghadapi MEA di akhir tahun ini, Indonesia mampu memiliki produk lokal yang menjadi global citizen. Industri yang kuat akan akan membawa nama dan kepentingan dunia usaha yang menjadi kebanggan masarakat Indonesia. Hal ini tentunya akan membangkitkan semangat nasionalisme. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved