Management Strategy

RSPO Giring Pemain Kelapa Sawit Dapatkan Standar CSPO

RSPO Giring Pemain Kelapa Sawit Dapatkan Standar CSPO

Sebanyak 9 dari 130 perusahaan seperti yang dikatakan oleh ‘Palm Oil Buyer Scorecard 2013’ berkomitmen untuk melaporkan kebijakan penanggulangan emisi gas rumah kaca mereka atas usaha sawitnya. Ke-9 perusahaan tersebut di antaranya Ecover, Ferrero Trading, Henkel, REWE Group, Hershey, IKEA, Reckitt Benckiser, Unilever, dan United Biscuits.

Sementara 49 perusahaan lainnya sudah mulai mengharuskan suppliernya untuk menerapkan peraturan emisi yang ditetapkan oleh Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), sebuah organisasi nirlaba yang beranggotakan berbagai pemangku kepentingan di industri minyak sawit dengan tujuan mempromosikan produksi dan penggunaan minyak sawit yang berkelanjutan.

Fakta lain menyebutkan bahwa secara keseluruhan, 130 perusahaan menggunakan sekitar 7 juta ton kelapa sawit dalam setahun. Hal ini mengindikasikan masih jauhnya target tersebut bisa tercapai. Desi Kusumadewi, Direktur RSPO Indonesia menyebutkan bahwa industri sawit memang kerap menemui tantangan dalam penerapan proses produksi yang sustainable. Apa saja tantangan dan solusinya? Simak penuturannya berikut :

RSPO, Industri Kelapa Sawit, Standar CSPO, RSPO Trademark, Palm Oil Buyer Scorecard 2013, sustainable, Desi Kusumadewi, Direktur RSPO Indonesia

RSPO, Industri Kelapa Sawit, Standar CSPO, RSPO Trademark, Palm Oil Buyer Scorecard 2013, sustainable, Desi Kusumadewi, Direktur RSPO Indonesia

Apa saja tantangan industri kelapa sawit saat ini?

Tantangannya adalah bagaimana memproduksi minyak sawit agar dapat memenuhi kebutuhan dunia saat ini dan ke depan tetapi dengan cara yang sustainable. Artinya juga harus memasukkan aspek lingkungan dan sosial di dalam praktik bisnisnya. Nah, kami mendefinisikan sustainable palm oil ini sebagai minyak sawit yang proses produksinya sudah comply dengan peraturan, memperhatikan aspek sosial dan lingkungan, serta mengedepankan nilai ekonomis dari pengembangan perkebunan kelapa sawitnya.

Apa saja yang perlu diperhatikan dalam proses produksinya?

Ada 4 elemen utama di sini yaitu legal, lingkungan, sosial, dan ekonomi. Jadi bukan kelapa sawitnya yang bermasalah, tetapi bagaimana minyak sawit ini diproduksi. Inilah yang menjadi perhatian RSPO. Dari definisi ini, RSPO menghimpun standar untuk sustainable palm oil production yang kami sebut sebagai Principle and Criteria (P & C) RSPO.

Keempat elemen tadi saya rasa bukan prinsip yang baru dan eksklusif hanya untuk palm oil, tapi juga berlaku di semua bisnis. Mereka harus tetap comply dengan peraturan, memperhatikan kesejahteraan karyawan, masyarakat sekitar, atau petani misalkan, yang kesemuanya itu masuk ke dalam aspek people.

Lalu harus memperhatikan juga aspek lingkungan karena ekosistem yang terganggu pada akhirnya dapat mempengaruhi daya dukung lingkungan dan bisnis tersebut. Apalagi kelapa sawit sangat tergantung pada natural recources.

Dan aspek yang tidak kalah penting dalam suatu bisnis tentunya profit. Bagaimana perkebunan kelapa sawit ini juga memastikan profitnya agar dapat berkelanjutan. Tanpa profit yang sustainable, bisnis apapun akan collaps. Jadi 4 elemen ini yang kami gagas.

Apa solusinya?

Dari P & C RSPO tadi, kebun akan diaudit oleh independent certification body. Apabila dinyatakan lolos dan memenuhi P & C RSPO, maka mereka disebut Certified Sustainable Palm Oil (CSPO) dari kebun tertentu yang memang sudah diaudit oleh independent certification body. Audit yang pertama kalinya dilakukan pada Agustus 2008. Lalu Desember 2008, CSPO yang pertama ada di pasar. Waktu itu kurang lebih masih 160 ribuan. Terakhir, Oktober 2013 sudah mencapai 9,5 juta ton. Ini mencerminkan 16%-nya sudah RSPO Certified. Sementara itu, kapasitas produksi Indonesia sendiri sudah berkontribusi kurang lebih 4,6 juta ton. Dan ini menempatkan Indonesia sebagai CSPO terbesar di dunia, diikuti oleh Malaysia.

Peran RSPO lainnya?

Karena keanggotaan kami juga berasal dari pasar (pengguna minyak sawit), tentu anggota yang berasal dari produsen juga ingin menyampaikan ke konsumennya bahwa produk yang dihasilkan sudah CSPO. Misalnya margarin, sabun, dll. Untuk mengkomunikasikan hal ini, RSPO kemudian melaunching RSPO Trademark. Mungkin sama halnya dengan logo halal ya fungsinya. Dari sini, consumer good manufacture bisa menggunakan RSPO Trademark untuk menunjukkan produknya sesuai standar RSPO. Contohnya, kalau teman-teman ke Bodyshop, ada produk sabun batangannya yang sudah mencantumkan logo ini.

Adakah yang ingin disampaikan lagi terkait bisnis yang harus memperhatikan kelestarian lingkungan?

Natural recources adalah luxury goods. Sumber daya alam akan habis apabila tidak digunakan secara sustainable dan bertanggung jawab. Ibaratnya kalau kita beli tas mahal dan bermerek, pasti tas tersebut akan kita jaga baik-baik. Sama halnya dengan sumber daya alam. Maka kita harus mengubah mindset-nya menjadi barang mewah agar dapat kita jaga kelestariannya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved