Management Strategy

Saling Berbesar Hati, Kunci Sukses Holdingisasi BUMN

Saling Berbesar Hati, Kunci Sukses Holdingisasi BUMN

Pembentukan perusahaan induk (holding) BUMN tidaklah mudah, sejumlah tantangan harus ditaklukkan, baik dari sisi internal maupun eksternal. Pun pada holdingisasi BUMN semen, untuk menjadi seperti saat ini tidaklah berjalan mulus. Hanya sikap berbesar hati dari masing-masing BUMN dengan tujuan memberikan layanan yang lebih hebat bagi Indonesia yang bisa memudahkan terealisasinya proses holdingisasi tersebut.

Presiden Direktur PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Suparni menceritakan, proses penggabungan tiga BUMN dengan Semen Indonesia sebagai holding tidaklah mudah. Saat penggabungan dilakukan pada 1995, tidak semua BUMN semen menerima dengan baik. Apalagi saat itu yang menjadi leader adalah Semen Gresik, yang membuat Semen Padang dan Semen Tonasa tidak menerimanya secara penuh dan diwarnai rasa ketidakpercayaan. “Kami sebagai BUMN yang pertama kali melakukan holdingisasi, tidak melakukannya dengan jalan yang mulus, bisa dibilang saat itu kami mengalami ‘babak belur’ luar biasa,” kata dia.

Suparni menuturkan, tiga BUMN semen tadinya memiliki keberadaan yang penuh kebanggaan dan kenyamanan sebagai ikon dari daerahnya masing-masing. Saat itu misalnya, di Sulawesi tidak ada perusahaan semen yang sebesar Semen Tonasa, kemudian Semen Padang yang tidak hanya terkenal di Sumatera Barat tetapi juga menjadi ikon dari Sumatera. “Gejolak yang muncul dari masing-masing perusahaan yang awalnya dikelola pribadi kemudian dijadikan grup, ini sangat luar biasa,” ungkap dia.

Suparni, Direktur utama PT Semen Indonesia (Persero) Tbk

Suparni, Direktur utama PT Semen Indonesia (Persero) Tbk

Namun demikian, Kata Suparni, pemerintahan kala itu pasti memiliki konsep yang luar biasa. Yang pasti, pemerintah pasti memikirkan bagaimana BUMN sebagai korporasi dengan kebesarannya dalam melayani Indonesia bisa jauh lebih kuat dan tumbuh lebih cepat. Caranya tentu dengan mengholdingkan semua bisnis prosesnya secara lebih baik dan lebih fokus, ketimbang masing-masing perusahaan dengan skill lebih kecil namun menangani semua hal pada tingkat yang lebih luas dan juga lebih detail. “Kalau secara sendiri-sendiri, semua itu adalah cost,” kata dia.

Meski saat awal holdingisasi sudah muncul polemik, namun kemudian semua itu bisa terlewati. Saat ini, holdingisasi BUMN semen sudah masuk masa optimasi sinergi, semua kebijakan mulai dari investasi, penentuan anggaran sampai optimasi operasi perusahaan, sudah di tetapkan dengan kebijakan holding. Penganggaran rencana kerja tahunan, investasi pembangunan tahun ini, kebijakan keuangan, penataan distribusi, pasokan, pemasaran, evaluasi operasional, sampai sistem IT kini sudah menjadi kesatuan, IT sudah satu server, satu platform untuk semua perusahaan.

“Kalau kebijakan rekrutmen sudah terpusat, tetapi pelaksanaannya masing-masing, sudah ada human capital masterplan. Untuk pengendalian operasional, kami puna departemen pengembangan produktivitas grup yang tugasnya memonitor semua kegiatan produksi dan operasional grup yang berada di bawah Semen Indonesia,” kata dia.

Holdingisiasi BUMN terjadi pada 1995. Semen Gresik menjadi leader di holding. Pada 2013, Semen Gresik yang merupakan leader company berubah menjadi Semen Indonesia. Nama Semen Gresik sendiri dijadikan nama salah satu anak perusahaan yang mengelola aset-aset operasional, seperti pabrik di Tuban, dan sebagian pabrik di Gresik dan nanti pabrik di Rembang. (Reportase: Istihanah)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved