Management Strategy

Sasana Antik, Merajut Masa Depan Dengan Kayusa GmbH

Sasana Antik, Merajut Masa Depan Dengan Kayusa GmbH

Perusahaan mebel Indonesia sudah punya nama di seantero jagat. Dengan bahan kayu jati, produk furnitur RI melenggang mulus ke banyak negara. Salah satu eksportir sekaligus manufaktur furnitur yang cukup dikenal di dunia adalah PT Sasana Antik Furniture.

10 tahun malang-melintang di industri mebel sudah cukup untuk Sasana Antik melakukan banyak terobosan untuk mengguritakan bisnisnya. Salah satunya adalah mendirikan perwakilan di Austria dengan nama Kayusa GmbH yang akan mulai beroperasi akhir tahun ini.

Direktur Utama Sasana Antik, Arifin mengatakan, perusahaan tersebut dibuat untuk memutus mata rantai makelar dari banyak negara di Eropa. Dari hasil studi yang dilakukan perseroan, keuntungan yang diperoleh bisa lebih besar dengan menjual langsung daripada lewat calo.

“Selama ini rata-rata pelanggan yang datang ke tempat saya itu makelar. Seperti dari Belanda dan Belgia. Mereka tak punya apa-apa, hanya order dari negaranya dibawa ke kami. Mereka beli lemari harga Rp 4 jutaan, dijual Rp 24 jutaan di sana,” katanya.

Arifin Sasana Antik1.jpg

Inilah keuntungan memiliki jaringan di negara-negara Eropa sebagai tujuan ekspor utama. Benua Biru memang pasar terbesar produk mebel dari Rembang, Jawa Tengah ini. Jerman yang paling besar. Disusul, Belanda, Perancis, Austria, Belgia, dan Denmark. Selanjutnya, ada Jepang, Korea, dan Australia dari Asia. “Setelah ini (membuka perwakilan di Austria), mau masuk ke Jerman. Tapi, yang penting, Austria jalan dulu,” katanya.

Produk Sasana Antik antara lain, mebel jati, repro antik, mebel taman. Semua produk berasal dari bahan-bahan pilihan. Perseroan juga menggunakan kayu jati daur ulang atau kayu jati tua kering bergaransi. Porsi produk indoor, seperti meja, kursi, dan lemari adalah 70% dan sisanya outdoor.

“Keunggulannya, kami menggunakan kayu jati bekas dan sudah bersertifikasi Forest Stewardship Council (FSC) dari Smartwood. Kami juga tawarkan ke customer kayu bekas non-jati seperti kayu kapal, kayu campur, kayu keras dari Kalimantan. Responnya bagus,” katanya.

Sebelum membangun perwakilan di Austria, Sasana Antik melakukan pemasaran via online, mengikuti banyak pameran berskala internasional, menyiapkan beragam sertifikasi sesuai permintaan global, dan membangun merek yang mewakili desain yang eksklusif dan berkualitas.

Menurut Arifin, tantangan terbesar saat ini adalah mengalahkan produk mebel asal Vietnam yang kualitasnya tidak kalah dengan harga lebih murah. Hanya saja, mereka menggunakan kayu akasia yang harganya jauh lebih murah dibanding kayu jati. “Ini keuntungan kami. Mereka tidak punya kayu jati,” katanya. (Reportase: Aulia Dhetira)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved