Management Strategy

Saung Angklung Udjo, Unggulkan Edukasi Budaya Sunda

Saung Angklung Udjo, Unggulkan Edukasi Budaya Sunda

Tak banyak orang Indonesia yang mengenal betul budaya asli negeri sendiri. Contohnya saja, seperti angklung. Saat pertama kali didirikan, Saung Angklung Udjo memang didesain untuk mengenalkan alat musik tradisional tersebut untuk warga Jawa Barat sendiri dan juga wisatawan lokal serta mancanegara.

CEO Saung Angklung Udjo, Taufik Hidayat Udjo, menuturkan, pembangunan Saung Angklung Udjo lebih untuk melestarikan seni budaya Sunda dengan semangat gotong royong. Di sanalah, generasi muda mengenal seperti apa itu angklung berikut cara pembuatannya.

Mereka yang ingin mendalami seni menggunakan angklung bisa belajar banyak di sini. Namun, minimnya ajang untuk unjuk kemampuan memainkan angklung membuat para siswa berikut pelatihnya mulai kehilangan semangat. “Mereka jadi hanya belajar saja. Itu kendalanya, yakni kurangnya apresiasi untuk para siswa yang sudah bisa memainkan angklung,” katanya.

Anak-anak berlatih memainkan angklung di Saung Angklung Udjo.

Anak-anak berlatih memainkan angklung di Saung Angklung Udjo.

Udjo, yang merupakan generasi kedua dari Udjo Ngalagena, pendiri Saung Angklung Udjo, tak menyerah. Ia tetap yakin kehadiran Saung Angklung Udjo masih dibutuhkan. Saat media elektronik seperti TV, internet, dan lainnya “menyerbu” generasi muda, mereka setidaknya masih punya sarana untuk mengenalkan indahnya budaya asli Indonesia, terutama dari daerah Jawa Barat.

Untuk meningkatkan keingintahuan masyarakat, mereka punya program khusus yakni Angklung goes to School, khususnya di Bandung. Termasuk, program pemberian 1.000 unit angklung untuk sekolah-sekolah bekerja sama dengan beberapa perusahaan. “Ini sudah tahun ketiga dan akan terus ditingkatkan. Kami juga memberi apresiasi untuk sekolah yang punya grup angklung yang bagus untuk tampil di sini,” katanya.

Angklung telah ditetapkan menjadi Warisan Budaya Dunia (The Intangible Heritage) oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO). Pengukuhan tersebut dilakukan Nopember 2010 lalu. Itulah kenapa pemerintah dan juga seluruh masyarakat Indonesia mesti memelihara dan menjaganya hingga anak-cucu.

Upaya mempromosikan angklung juga sudah dilakukan lewat orkestra serta band musik khusus yang menggunakan angklung. Namanya arumba (alunan rumpun musik bambu). “Ada yang nama grupnya itu Babenjo (Bambu Band Udjo) yang sudah berkeliling dunia dengan membawa konsep angklung dan mengajak penonton berinteraksi dengan angklung,” katanya.

Tak heran, Saung Angklung Udjo terus dipadati pengunjung dari wisatawan lokal maupun mancanegara. Udjo bercerita dulu saungnya lebih banyak dikunjungi turis asing hingga saat kerusuhan 1998 melanda. Setelah itu, jumlah pelancong asing yang datang merosot tajam. Untuk menarik jumlah pengunjung, artis nasional Sherina Munaf pun sempat didatangkan.

“Hasilnya ternyata bagus karena Sherina juga tertarik dengan seni angklung. Sekarang malah lebih banyak wisatawan lokal yang datang berkunjung. Wisman yang datang lebih banyak berasal dari Jerman dan Belanda,” katanya.

Saung Angklung Udjo berencana memperluas lahan agar bisa lebih banyak lagi menggelar kegiatan. Ke depan, kegiatan yang bersifat edukasi serta pelestarian lingkungan akan dimasukkan, tidak hanya pengenalan seni angklung, sebagai seni budaya asli Indonesia.

“Kami sedang menata dan membenahi infrastrukturnya. Mudah-mudahan nanti lebih menarik karena kondisi alamnya masih bagus,” katanya. (Dadi A Salim)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved