Management

Shanti L. Poesposoetjipto, Terapkan Praktik Win-Win dengan Pesaing

Shanti Lasminingsih Poesposoetjipto,Komisaris UtamaPT Samudera Indonesia Tbk.

Jauh sebelum ilmu teknologi informatika menjadi jurusan yang paling sulit digapai dan diperebutkan para mahasiswa baru, lima puluh tahun silam ada seorang perempuan muda yang sengaja terbang ke Jerman memperdalam ilmu tersebut di Technische Universitat Munchen.

DialahShanti Lasminingsih Poesposoetjipto, kini berusia 71 tahun, putri pertama (dari tiga bersaudara) pasangan Soedarpo Sastrosatomo, pemilik kelompok usaha Soedarpo Corporation yang dikenal dengan julukan Raja Kapal dan mempunyai banyak usaha di bidang pelayaran serta distribusi barang, dengan Mien Soedarpo, aktivis perempuan dan pencinta lukisan. Shanti menggemari bidang elektronik karena pengaruh ayahandanya.

Setelah meraih gelar Bachelor of Engineering tahun 1974, Shanti kembali ke Tanah Air dan langsung bergabung denganbisnis keluarganya. Puluhan kali berpindah tempat menduduki berbagai posisi penting, ia turut memprakarsai re-engineering bisnis Soedarpo Corporation tahun 1990-an.

Kini, Shanti yang masih trengginas menjabat sebagaiKomisaris UtamaPT Samudera Indonesia Tbk. sekaligus Direktur Pelaksana PT Ngrumat Bondo Utomo, perusahaan holding milik Soedarpo Sastrosatomo yang membawahkan puluhan perusahaan di berbagai bidang, dari pelayaran, teknologi, hingga farmasi. Berikut ini penuturannya terkait dengan caranya memaknai krisis sehingga performa Samudera Indonesia sejauh ini masih sangat meyakinkan.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, pada kuartal I/2020, Samudera Indonesia mencatat pendapatan US$ 134 juta. Angka tersebut tumbuh 29,2\% dibandingkan perolehan pada periode yang sama tahun sebelumnya, senilai US$ 103,7 juta. Perseroan juga mencatatkan kenaikan laba bersih yang dapat distribusikan kepada entitas induk senilai US$ 1,9 juta. Jumlah tersebut melonjak 623,4\% dari laba bersih pada kuartal I/2019, yang senilai US$ 0,3 juta.

Krisis pandemi saat ini dirasakan berat bagi perusahaan-perusahaan yang belum bertransformasi ke digital. Kami beruntung karena Samudera Indonesia (SI) sebagai perusahaan transportasi barang lintas benua, negara, kota, dan provinsi, sudah lama melakukannya. Digitalisasi membantu kami menjadi lebih efisien karena biaya perjalanan berkurang banyak. Meeting lebih banyak melalui aplikasi konferensi virtual. Dan dengan dukungan digitalisasi pula, kerjasama antaranak perusahaan menjadi semakin kuat.

Karena digitalisasi pula, kami bisa mengetahui lebih awal informasi tentang pandemi Covid-19. Sejak awal Februari 2020, ketika virus di Wuhan mulai merebak, kami sudah waspada dan jauh-jauh hari mempersiapkan dengan menjaga keselamatan dan kesehatan karyawan.

Mengingat kapal SI berlayar ke berbagai negara, kami pun tertib menerapkan protokol Covid-19. Bagi kami yang berada di industri pelayaran, membangun kewaspadaan bukan sesuatu hal yang sulit. Kami sudah terbiasa menghadapi kondisi buruk, seperti kapal yang dibajak. Sehingga, menyiapkan diri menghadapi kondisi krisis bukan lagi hal baru bagi kami.

Terlebih, sejak tahun lalu industri transportasi barang memang mengalami kondisi memprihatinkan. Telah lama kami bersiap siaga dengan berbagai kemungkinan yang terjadi. Kami juga terus mencermati peluang-peluang yang bisa kami kembangkan. Semua aspek menjadi bahan pertimbangan kami.

Termasuk, aspek yang terkait dengan persaingan. Prinsip kami dalam menghadapi persaingan, bukan semata persaingannya yang kami perhatikan, melainkan juga bagaimana memanfaatkan persaingan itu sebagai peluang kolaborasi. Kami memikirkan praktik win-win, melihat sesuatu sebagai peluang, bukan sekadar persaingan semata. Kami yang unggul di digital ini harus menjadikannya lebih dari yang lain.

Dalam menghadapi krisis, ada beberapa hal yang bisa menjadi panduan bagi perusahaan. Pertama, kesediaan meninjau kembali rencana kerja perusahaan. Saya selalu minta kepada manajemen untuk meninjau kembali anggaran perusahaan serta rencana kerja, dan membuat proyeksi yang pesimistis. Semua direksi saya sarankan turun tangan. Direksi harus paham seperti apa kondisi riil di lapangan.

Kedua, rutin memetakan orang dan masalah secara akurat. Akurasi informasi menjadi kunci agar setiap tindakan strategis bisa diambil dengan tepat. Keterbukaan atau transparansi harus diperhatikan, agar informasi berjalan lancar, serta memperhatikan proses bisnis yang benar.

Ketiga, memiliki strategi jangka panjang, bukan cuma jangka pendek. Dengan menggunakan informasi real-time, saya yakin kita akan dapat melihat peluang untuk jangka menengah dan jangka panjang.

Keempat, menjamin keamanan, kesehatan, dan kesejahteraan karyawan. Kalau karyawan tidak cukup sandang, pangan, papan, bagaimana dia bisa bekerja total untuk perusahaan? Selain itu, terus mengembangkan kompetensi mereka agar bisa tumbuh bersama perusahaan. Saya percaya, dengan terus mengembangkan dan memberikan pendidikan kepada karyawan, ini akan membuat mereka memiliki helicopter view ketika ada masalah.

Kelima, perusahaan harus tetap menjaga reputasi. Dalam situasi krisis, kita sering lalai menjaga reputasi, padahal bagi masyarakat luas, reputasi tetap menjadi unsur penting. Perusahaan harus andal, harus juga mengelola risiko, jangan hanya mengambil peluang untuk mengambil keuntungan. Untuk itu, perusahaan harus disiplin dan prudent sehingga tetap mendapat kepercayaan masyarakat dan pemangku kepentingan. (*)

Dyah Hasto Palupi/ Herning Banirestu

KUTIPAN

“Digitalisasi membantu kami menjadi lebih efisien dan dapat melihat peluang-peluang untuk jangka menengah dan jangka panjang.”

Wisdom Shanti Poesposotjipto dalam Hadapi Krisis:


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved