Management

Sinergi Kompas TV Dengan Grup KKG

Sinergi Kompas TV Dengan Grup KKG

Media sosial tidak boleh dianggap sebagai pengganggu. Kehadiran new media ini bisa dimanfaatkan industri televisi untuk meningkatkan kinerjanya, meraup untung dari iklan dan kegiatan off air. Stasiun TV milik Kelompok Kompas Gramedia (KKG), yakni Kompas TV telah berusaha melakukannya. Sinergi dengan anggota Grup KKG menjadi salah satu kunci pertumbuhan mereka sepanjang 2016.

“Yang pasti, progress kami sangat bagus dalam setahun ini. Targetnya, Kompas TV bisa menjadi TV news yang menjadi referensi para pengambil keputusan dan pemirsa muda. Kami ingin pengiklan merasa aman dan nyaman karena kami ini netral,” kata Direktur Sales dan Marketing Kompas TV dan KTV, Maria Limi.

Dengan sinergi, lanjut dia, harus ada keikhlasan untuk mau saling berbagi antara satu unit usaha di dalam grup. Jika tim pemasaran dan penjualan berjalan sendiri-sendiri, potensi tarik-menarik bisnis antarunit usaha sangat besar. Kalau ini yang terjadi, kelompok perusahaan tidak bisa mendapat keuntungan yang optimal. Dengan sinergi, kebutuhan klien untuk beriklan bisa dibagi-bagi ke setiap unit usaha. “Jika di stasiun A penuh, kami bisa switch ke stasiun B,” ujarnya.

Saat ini, lanjut dia, Kompas TV sudah bersinergi dengan Kompas cetak dan Kompas dotcom. Tawaran untuk bundling ini bisa menjadi terobosan karena juga akan memudahkan tim pemasaran, misalnya dengan konsep paket hemat. Kebijakan ini juga akan mempermudah klien menemukan solusi agar iklannya tepat sasaran dengan biaya yang lebih hemat. “Kebutuhan klien berapa, berapa besar coverage-nya. Kami berikan solusi. Satu rating poin setara dengan 500 ribu pasang mata, dikombinasikan dengan visitor online. Iklan akan lebih efektif,” paparnya.

Dia menjelaskan, sinergi dengan new media ini juga akan memudahkan Kompas TV menayangkan konten dengan lebih maksimal. Salah satu bentuk sinergi dengan new media adalah saat Kompas TV menayangkan Pilkada serentak. Streaming siaran di Kompas TV juga bisa dinikmati di YouTube, LINE, Facebook, dan Kompas dotcom. Ini tentunya akan menguntungkan untuk pengiklan. “Ada 4,3 juta penonton di TV. Itu artinya, ratingnya sekitar 8%. Angka ini luar biasa,” tutur Limi yang juga pernah meniti karier di Grup Bakrie.

Ia menambahkan, Kompas TV saat ini melakukan reposisi menjadi TV News dan harus siap bersaing dengan nama-nama besar seperti Metro TV dan TV One. Hanya saja, Kompas TV akan fokus menayangkan berita dengan kemasan yang cocok dengan pemirsa mereka yang sebagian adalah generasi milenial. Contoh teranyar adalah saat Raja Salman berkunjung ke Indonesia.

“Kelebihan kami sebagai TV News adalah tidak berpihak kepada partai tertentu. Netralitas akan selalu kami jaga. Kami bersyukur sejak reposisi sebagai TV News sejak setahun lalu berhasil meningkatkan pendapatan iklan hingga 40% di Januari 2017 (yoy). Untuk Februari, kenaikannya lebih besar lagi 150%,” ujar dia yang enggan menyebutkan angkanya. (Reportase: Herning Banirestu)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved