Management Strategy

SME Bagian Penting dalam APEC CEO Summit 2013 di Bali

SME Bagian Penting dalam APEC CEO Summit 2013 di Bali

Small Medium Enterprises (SME), atau Usaha Kecil Menengah (UKM), yang selama ini masih dipandang sebelah mata, akan menjadi bagian penting dalam pelaksanaan Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) CEO Summit yang akan diselenggarakan pada 5-7 Oktober 2013 di Bali. Mereka akan punya APEC SME Summit tersendiri,yang diadakan bersamaan dengan APEC CEO Summit tersebut.

Turut sertanya SME dalam forum tersebut tidak lepas dari peran APEC Business Advisory Council (ABAC). ABAC sendiri merupakan dewan permanen yang mewakili sektor bisnis di APEC, yang anggotanya secara resmi ditunjuk oleh pemimpin pemerintahan dari masing-masing negara anggota APEC. Anggota ABAC berperan mengidentifikasi permasalahan dan memberikan rekomendasi yang perlu diprioritaskan di sektor bisnis kepada para Pemimpin Ekonomi APEC, supaya mereka bisa mencapai kebijakan yang lebih efektif, dan mempunyai kerjasama yang lebih erat lagi ke depannya.

Joint Luncheon ABAC Indonesia pada Mei 2013 lalu

Joint Luncheon ABAC Indonesia pada Mei 2013 lalu

“Banyak orang berpikir bahwa SME itu cuma slogan atau sekadar salah satu cara menjadi populis. Yakni kalau dikampanyekan memang bisa menjual, tapi sayangnya jarang ada langkah konkretnya. Sehingga Indonesia, sebagai anggota APEC yang mempunyai banyak SME, ingin memperjuangkan berbagai aspirasi dan saran dari SME, yang harus diperhatikan para pelaku ekonomi dunia,” kata Wiweko Adi Nugroho, Staf Erwin Aksa (salah seorang anggota ABAC Indonesia), ketika diwawancara khusus oleh Swa Online usai buka puasa bersama ABAC di Jakarta, minggu lalu.

Wiweko menambahkan bahwa para pengusaha SME itu sebenarnya sejalan dengan dengan tema APEC CEO Summit 2013 yakni “Towards Resilience and Growth: Reshaping for Global Economy”. Hal ini dikarenakan para pengusaha SME adalah yang lebih kuat menahan krisis ekonomi, bahkan jika dibandingkan dengan para pengusaha besar yang sudah mapan sekalipun.

Tetapi, para pengusaha SME di Indonesia, jelas dia, masih suka malu mengakui bahwa dirinya adalah pengusaha SME. “Sedangkan kalau dia ditanya, apa dia pengusaha kreatif, mereka pasti akan bangga mengakui itu. Jadi kita betul-betul mau SME ini berada di porsi yang benar, bukan sekadar kampanye program pemerintah, tapi juga sebagai fokus yang harus dikembangkan bersama-sama,” jelasnya.

Memang SME di Indonesia masih tidak bisa dibandingkan secara apple to apple dengan SME di negara-negara peserta APEC lainnya. Karena di negara lain, para pengusaha SME-nya sudah memperoleh dukungan penuh dari para stakeholders, khususnya pemerintah.

“Selama ini seringkali kita berpikir bahwa SME (di Indonesia) itu hanya handycraft, makanan, dan fashion, tapi sebetulnya ada juga SME yang memproduksi inkubator bayi yang secara teknologi sudah sophisticated. Cuma karena stakeholders-nya tidak terlalu peduli dengan apa yang mereka butuhkan, akhirnya tidak dikapitalisasi, dan yang akhirnya mengkapitalisasi adalah Cina. Waktu kita ada konferensi di Kyoto kemarin, SME yang presentasi di sana adalah perusahaan yang memproduksi micro neddle, yakni jarum yang saking kecilnya bisa dipakai untuk hewan atau operasi plastik,” ungkapnya.

Konferensi di Kyoto tersebut merupakan 3rd ABAC Meeting yang salah satunya membahas empat rekomendasi yang mendukung perkembangan SME, yaitu mempercepat pertumbuhan pengusaha pemula (start-up), antara lain dengan membuat Start-Up Centre; memperkuat akses pembiayaan yang tidak terbatas pada perbankan saja; mengusulkan penggunaan teknologi yang lebih merata, antara lain untuk mempercepat persetujuan kredit dan memperbaiki supply chain management; dan mendorong peran perempuan supaya lebih aktif dan berkontribusi dalam ekonomi.

“Para pengusaha SME yang akan partisipasi di Bali mungkin akan heterogen, mulai dari start-up, sudah mapan, bahkan sudah menjadi big names. Nah, kita ingin mendengar cerita dari masing-masing kriteria tadi. Yang penting adalah bagaimana kita bisa menaikkan self-esteem dari para pelaku SME, bahwa dia harus bangga, jangan merasa grogi atau minder karena dari sisi volume bisnisnya belum sebesar big names. Karena yang sudah punya nama besar juga memulai semuanya dari bawah. Kalau dari kita sendiri tidak bangga, siapa yang nanti bisa membesarkan SME di Indonesia,” ucapnya.

ABAC memang nantinya akan menyeleksi terlebih dulu para pengusaha SME yang akan berpartisipasi dalam memajang hasil usahanya di APEC SME Summit nanti. Kriteria para pengusaha SME yang akan terpilih pada saatnya nanti memang harus relevan dengan tiga pilar ABAC untuk SME, yakni kreativitas, mempunyai road map to success yang jelas (dari yang tadinya bukan siapa-siapa, sekarang sudah dikenal), bisa membuka akses ke pasar yang baru, dan memiliki inovasi.

“Jadi itu kriteria-kriteria yang kita tentukan supaya mereka bisa display di SME Summit. Karena pilihannya tidak banyak, dan tempatnya terbatas, maka nanti kita hanya bisa undang 20-25 orang (pengusaha SME), yang itu juga bisa bergantian. Display-nya kita rencanakan dari tanggal 2-5 Oktober 2013. Untuk kriteria lainnya, kita pasti juga melihat minimal permodalannya, karena kita mau menampilkan suatu kisah sukses. Permodalan yang ingin kita lihat misalnya dalam kurun waktu beberapa tahun ini, mereka bisa tumbuh sampai seberapa tinggi,” tuturnya.

Dalam SME Summit nanti, terang Wiweko, konsepnya adalah “small bussiness, big mentorships”. Yaitu merupakan pertemuan antara pelaku-pelaku SME dengan para pengusaha besar yang sudah mapan. Alasannya adalah karena biasanya para pengusaha itu lebih mendengarkan pengalaman dari pengusaha lainnya juga yang sudah jatuh bangun. Jadi akan ada beberapa delegasi yang hadir di sana, antara lain adalah delegasi dari ABAC yang punya kepentingan dengan SME, kemudian delegasi SME dari Apindo, Kadin, Hipmi, dan universitas (misalnya Ciputra Enterpreneur School).

“Rencananya nanti akan ada dua panel diskusi. Panel pertama akan dipimpin oleh pengusaha yang sudah punya big name, seperti Ciputra. Juga akan ada Budi G. Sadikin, Dirut Bank Mandiri, karena dia punya program Wirausaha Muda Mandiri, Technopreneur, dan mitra binaan; di sini bisa dilihat bagaimana peran sebuah BUMN besar dalam kepeduliannya terhadap SME. Ada juga Raul Oberman, Chairman McKinsey, yang akan bercerita mengenai kondisi SME di negara-negara lainnya. Kemudian, panel kedua lebih banyak mengenai kisah sukses dari para pelaku SME-nya sendiri. Di sini kita akan undang dua sampai tiga pelaku SME yang akan bernilai jika mereka sharing mengenai kisah suksesnya,” tutupnya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved