Management

Sulitnya Menembus Pasar Rokok China

Sulitnya Menembus Pasar Rokok China

Dengan jumlah penduduknya yang besar, China menjadi pasar rokok terbesar di dunia. Bayangkan, 43% rokok dunia habis dibakar di Negeri Tirai Bambu. Meski begitu, tidak sembarang perusahaan bisa ikut menikmati kue yang menjanjikan tersebut. Pemerintah China menerapkan regulasi impor material dan ekspor rokok dengan ketat sehingga tidak ada perusahaan asing yang bisa masuk.

“Kontrol China National Tobacco Corporation (CNTC), mereka tidak membuat regulasi tak boleh impor. Seluruh perusahaan rokok di sana milik pemerintah, sehingga harus tunduk kepada CNTC. Secara harfiah by book tidak ada larangan atau tapi dalam prakteknya ada kontrol. Produk kami tidak bisa masuk, begitu juga yang lain kecuali kami joint venture,” kata Agustia Tjahjadi, Business Development & Senior Account Manager PT Bukit Muria Jaya.

industri-rokok-_140702092735-392

Ia mencontohkan perusahaan asal Prancis yang setuju membentuk perusahaan patungan dan membuat pabrik kertas rokok di sana. Hanya saja, produksinya khusus untuk pasar di China. Saat ini, Bukit Muria Jaya tengah melobi melalui pemerintah Indonesia lewat Kementerian Perdagangan. Skema G2G juga diterapkan untuk menembus pasar di Hungaria.

“Lalu di Bangladesh, seluruh dunia diblok dan 170% impor duty-nya. Mereka memonopoli produk dalam negri. Jadi, banyak tantangan yang belum kami tuntaskan dan membutuhkan dukungan pemerintah. Sekarang, sedang dikumpulkan buktinya mereka dumping harga rendah ke Indonesia. Mereka memblok bukan hanya dari Indonesia tapi seluruh dunia. Kami bahkan kerjasama dengan competitor untuk mengumpulkan bukti,” kata dia.

Bukit Muria Jaya merupakan partner di industri rokok dalam menyediakan total solution untuk bahan non tobacco. Mereka memiliki banyak sertifikasi untuk kualitas, lingkungan, keamaanan dan bahan-bahan material untuk kertas maupun kertas rokok. Produk yang dihasilkan adalah plugwrap paper, tipping base paper, dan cigarette paper. Spesifikasi produk kami adalah printing packaging paper base, printed tipping paper, dan alumunium foil laminated paper.

“Produk kami 80% cigarette paper untuk ekspor. Kami juga ekspor untuk tipping paper yang di print, di packaging ke beberapa negara. Memang ini inovasi baru dan kalau market grow kami akan tambah ekspansi di packaging. Untuk produk tipping packaging tidak semua konsumen memakai packaging kami. Nanti, kami akan coba tawarkan packaging kami ke konsumen karena cost efektif-nya beda dengan mill. Packaging ada banyak, ratusan di dunia. Jadi, kompetitif price-nya cukup tinggi,” kata dia.

Bukit Muria Jaya menguasai 20% pasar dunia, sementara di Indonesia mereka memegang 70% dan di kawasan Asia Pasifik di luar China 54%. Semuanya berkat strategi mereka sebagai konsultan untuk setiap masalah yang dialami klien. Solusi yang dihasilkan tidak pakai lama, hanya 1×24 jam. Bandingkan dengan kompetitor mereka di Eropa misalnya, yang baru bisa merespon permintaan klien 1-2 minggu.

Untuk menjaga pertumbuhan bisnis, mereka melakukan berbagai inovasi, seperti memperbaiki proses pembuatan kertas, menciptakan manajemen supply chain dan perencanaan terintegrasi yang lebih baik, menciptakan Web Inspection System (WIS) yang mendeteksis secara otomatis megenai kertas yang cacat, mendirikan RnD, dan berfokus pada people development.

Perseroan juga melakukan diversifikasi produk seperti masuk ke kertas Injil, kamus, sedotan, kertas serbet, dan kertas untuk makanan. Sayang, kertas Al-Quran belum bisa karena harus menggunakan 45 gram. Perseroan sedang mendekati beberapa percetakan Al-Quran, menawarkan kertas di bawah 45 gram. Salah satu proyek terbaru mereka adalah menyiapkan security paper untuk mencegah pemalsuan rokok yang tengah marak terjadi di dunia. Kertas jenis akan menghasilkan asap yang berwarna saat rokok dibakar.

(Reportase: Aulia Dhetira)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved