Management zkumparan

Sumber Alfaria Trijaya (Alfamart), Kontribusi untuk Negeri melalui Pendidikan Vokasi

Tri Wasono Sunu, Direktur SDM PT Sumber Alfaria Trijaya
Tri Wasono Sunu, Direktur SDM PT Sumber Alfaria Trijaya

Jauh sebelum pemerintah menggalakkan pendidikan vokasi guna meningkatkan kompetensi sumber daya manusia, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. dan anak usahanya, PT Midi Utama Indonesia Tbk., sudah memulainya lebih dahulu. Sejak 2009, Alfamart dan Alfamidi membuat program kepedulian pendidikan vokasi yang dinamai Alfamart Class dan Alfamidi Class. “Ini adalah bagian dari upaya perusahaan untuk bisa berkontribusi kepada Indonesia,” ungkap Tri Wasono Sunu, Direktur SDM PT Sumber Alfaria Trijaya, melalui saluran telepon.

Program Alfamart Class dan Alfamidi Class belum lama ini menerima penghargaan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, karena ikut berperan dalam pengembangan SMK serta berkontribusi dalam meningkatkan kualitas dan daya saing generasi muda Indonesia, serta penghargaan dari Gubernur Jawa Timur atas partisipasi dalam pengembangan dan penguatan SMK di Ja-Tim. Menurut Tri Warsono, program tersebut merupakan implementasi program Alfamart Sahabat Indonesia sebagai bentuk kepedulian Alfamart terhadap Indonesia.

Pada dasarnya, Alfamart ingin ikut berperan dalam dunia pendidikan, terutama vokasi. Secara internal pun, Alfamart ingin mendapatkan lulusan yang siap pakai. Jadi, Alfamart Class dan Alfamidi Class adalah hasil kerjasama Alfamart dan SMK, terutama Jurusan Daring dan Pemasaran (dulu bernama Manajemen dan Pemasaran). “Tujuannya, untuk mendidik siswa SMK sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan industri ritel dengan tetap mengacu pada kurikulum dari Dinas Pendidikan,” kata Tri Warsono. Pihaknya pertama kali berkolaborasi dengan SMK PGRI 3 Malang.

Program Alfamart Sahabat Indonesia melibatkan tiga pihak, yaitu Alfamart sebagai pihak industri, pemerintah melalui Pembinaaan Sekolah Menengah Kejuruan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tingkat provinsi, dan pihak sekolah. Hingga saat ini, Alfamart Class telah bekerjasama dengan 194 SMK, sedangkan Alfamidi Class bekerjasama dengan 20 SMK yang tersebar di seluruh Indonesia. Untuk tahun ajaran 2019/2020, Alfamart Class memiliki 13.226 siswa, sedangkan Alfamidi Class 866 siswa. Total jenderal saat ini ada 14.092 siswa binaan Alfamart.

Setelah lulus, peserta Alfamart Class dan Alfamidi Class bisa langsung direkrut menjadi karyawan Alfamart/Alfamidi tanpa seleksi. Namun, sebenarnya siswa binaan Alfamart tidak terikat untuk wajib bekerja di Alfamart. “Kami hanya memberikan opsi jika para siswa ingin langsung bekerja di Alfamart, mereka tidak perlu ikut seleksi lagi,” ungkap Tri Wasono.

Ia senang karena selama tiiga tahun terakhir Alfamart berhasil menyerap lebih dari 2.000 lulusan. Selain itu, berkat program Outlet Binaan Alfamart dan Pendidikan Kurikulum Ritel Alfamart Class, Alfamart juga pernah diganjar penghargaan The Best in Social Marketing dalam ajang Marketing Award 2015.

Agar mendapatkan hasil optimal, Alfamart melakukan pendampingan terhadap SMK-SMK penyelenggara Alfamart Class dan Alfamidi Class. “Kami menugaskan tim di cabang untuk melakukan supervisi. Kami juga menyediakan guru tamu untuk memberi materi tentang pelayanan, dll.,” kata Tri Wasono. Ia pun merasa senang dapat melibatkan karyawan level manajerial untuk ikut berkontribusi memberikan pelatihan tambahan setahun dua kali.

Alfamart juga membuat sinkronisasi kurikulum pendidikan di Jurusan Daring dan Pemasaran. “Agar tercipta link and match dengan industri ritel,” ujar Tri Wasono. Ia mengaku, masih banyak pekerjaan rumah terkait pendidikan vokasi yang harus diselesaikan bersama-sama dengan pemerintah. Seperti, penyesuaian kurikulum Dinas Pendidikan di setiap provinsi, terutama untuk jangka waktu praktik kerja industri. Tiap-tiap provinsi memiliki jangka waktu praktik kerja industri yang berbeda, ada yang tiga bulan, enam bulan, bahkan hampir setahun. Dari Alfamart sendiri, minimal praktik kerja industri adalah enam bulan.

“Kami membutuhkan dukungan pemerintah untuk bersama-sama membuat standar baku kurikulum dalam Jurusan Daring dan Pemasaran agar pelaksanaan praktik kerja antarprovinsi bisa seragam,” Tri Wasono berharap. Alfamart juga ingin menjadikan laboratorium (Business Center) sesuai dengan standar industri ritel dan dapat dikelola oleh sekolah sekaligus bisa sebagai unit usaha yang menciptakan wirausaha mandiri.

Alfamart juga mengharapkan dukungan pemerintah untuk meningkatkan kualitas guru SMK. Pasalnya, kualitas guru SMK berbeda-beda. Alfamart tidak sanggup jika harus mendatangi 194 SMK di seluruh Indonesia untuk melatih guru-gurunya sendiri saja. Maka, Alfamart ingin mendorong pemerintah bersama-sama membuat program sertifikasi guru yang sesuai dengan kebutuhan industri, sekaligus mengembangkan program evaluasi. (*)

Dyah Hasto Palupi/Andi Hana Mufidah Elmirasari

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved