Management Strategy

Supranusa Melesat Berkat Alas Tidur Hewan Ternak

Supranusa Melesat Berkat Alas Tidur Hewan Ternak

Tak hanya manusia yang membutuhkan alas tidur. Hewan ternak seperti sapi perah pun ternyata membutuhkan hal yang sama. Ini dilakukan agar kondisi fisik hewan peliharaan tetap prima sehingga produksi susunya tidak terganggu. Kuda juga memerlukan alas tidur untuk menjaga kebugarannya. Belakangan, hewan lain seperti babi dan ayam pun mendapat perlakuan serupa.

Inilah lahan bisnis utama PT Supranusa Indogita, perusahaan lokal Indonesia yang mampu berkontribusi terhadap sektor pertanian hingga ke seluruh penjuru dunia. Perusahaan yang berdiri sejak tahun 1993 ini memproduksi alas tidur ternak sapi dan kuda dari ban bias bekas.

“Pertanian memiliki pangsa pasar yang besar kemudian bahan baku karet mudah dicari, dan mempunyai nilai keuntungan yang sangat tinggi,” kata Export Marketing Manager PT Supranusa Indogita, Ifoni Setiawati.

Volume ekspor mencapai 60% dari total produksi. Ekspor pertama kali dilakukan ke Amerika pada tahun 2004 silam. Setelah target pasar di Amerika dan Kanada tercapai, perseroan mulai merambah ke Benua Eropa untuk menggarap industri peternakan dan pertanian di sana. Setiap tahun, ekspor naik sekitar 30-40%.

“Meski begitu, kenaikan ini juga tidak menentu karena pemesanan karet untuk peternakan khususnya di Jerman dan Belanda tergantung pada harga susu dunia,” katanya.

Sapi perah

Selain Amerika, Kanada, dan negara-negara Eropa, negara tujuan ekspor PT Supranusa Indogita adalah Australia, Jepang, dan Turki. Namun, upaya menembus pasar ekspor jelas tidak semudah membalikkan tangan karena para petani setempat mensyaratkan standarisasi khusus, terutama untuk pasar Eropa.

Untuk memuluskan jalan sekaligus membuka pasar ekspor baru, perusahaan punya distributor di Eropa, Amerika Serikat, Australia, dan Jepang. Ekspor untuk Belanda dan Jerman mencapai 30-40% dari total ekspor. Ada juga yang dijual lagi ke Turki dalam bentuk barang setengah jadi.

“Kami ekspor karet untuk tempat tidur sapi perah ke Eropa, kemudian untuk peternakan kuda ke Jepang dan Australia. Saat ini negara tujuan utama kami adalah Belanda dan Jerman karena tingginya jumlah permintaan untuk peternakan sapi perah,” kata dia.

Usaha milik Robby Setiawan ini sempat melambung pada tahun 2011. Ketika itu, nilai ekspor mencapai US$ 10 juta. Meski begitu, laju bisnis sangat bergantung pada pergerakan harga susu dunia. Jika harganya naik, pergantian karet untuk peternakan juga akan naik.

“Masalah lainnya, saat ini pengiriman ke Afrika sedang off karena sedang ada masalah. Untuk itu kami terus berinovasi dengan membuat roll mat yang lebih panjang yaitu 3 meter dibanding pesaing,” katanya.

Saat ini, perseroan tengah mengembangkan karpet serupa untuk ayam petelur. Karpet fungsinya untuk menjaga agar telur ayam yang jatuh tidak pecah. Inovasi lain juga diperuntukkan untuk babi peliharaan di Denmark.

“Kami rutin berhubungan dengan tim marketing di luar negeri untuk melihat peluang, melalui online untuk mencari customer, dan pameran. Tahun depan, rencananya akan pameran ke Amerika, Dubai, Eropa, Jerman, Perancis, dan Rusia,” kata dia. (Reportase: Tiffany Diahnisa)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved