Management

Telkom Indonesia, Menyiapkan Digital Leaders dan Digital Talents untuk Indonesia

Afriwandi, Direktur Human Capital Management Telkom
Afriwandi, Direktur Human Capital Management Telkom.

Rekam jejak PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. sebagai pencetak pemimpin (leader) tak diragukan lagi. Pemimpin puncak Telkom hampir selalu diisi orang-orang yang dari awal berkarier di perusahaan ini.

Tak hanya itu, tak sedikit pula orang Telkom yang kini mengisi jabatan direksi di BUMN lain. Sebut saja, di antaranya, Muhammad Awaludin yang menjabat sebagai Diektur Utama PT Angkasa Pura II (Persero); Indra Utoyo, Direktur Digital dan Teknologi Informasi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (Bank BRI); Herdy R. Harman, Direktur Human Capital Bank BRI; dan Honesty Basyir, yang pernah menjadi Dirut PT Kimia Farma (Persero) Tbk. dan Dirut PT Bio Farma (Persero). Bahkan, Arief Yahya, mantan Dirut Telkom, dipercaya menjadi Menteri Pariwisata periode 2014-2019.

Seiring dengan berkembangnya teknologi informasi dan digital di dunia bisnis, Telkom yang selama ini memiliki kompetensi inti di digital connectivity, yaitu telekomunikasi, harus bertransformasi untuk masuk ke bisnis digital platform and service, yang membutuhkan transformasi creating leaders yang mampu me-lead digital business di era digital. Untungnya, kata Afriwandi, Direktur Human Capital Management Telkom, dalam workforce planning-nya, Telkom selalu merekrut anak-anak muda untuk menyesuaikan dengan kebutuhan kapabilitas baru. “Anak ini modal Telkom untuk mencetak digital talent,” ungkap Afriwandi. Dari sekitar 25 ribu karyawan Telkom, katanya, sekitar 14.500 (58%) orang adalah anak muda.

Tak hanya itu, Telkom juga mendapatkan penugasan dari Kementerian BUMN untuk menjadi pabrik talenta. Telkom diminta menjadi enable digital capability untuk memenuhi kebutuhan talenta bagi BUMN lain. “Telkom memiliki peran penting dalam menyukseskan program nasional melalui Kementerian BUMN. Salah satu PR (pekerjaan rumah) besar bangsa ini adalah menyiapkan leader dan digital talent untuk Indonesia sehingga dapat bersaing dengan negara-negara lain dalam pengembangan dan pemasaran teknologi digital,” Nizar, VP HC Development Telkom, menjelaskan,

Dalam strategy framework HC yang dibuat untuk menjawab tantangan di atas, dikatakan Nizar, Telkom membagi fokus program menjadi tiga pilar utama, yaitu Digital Culture and Transformation (Culture), Digital Talent (People), dan Digital Ready Organization (Organization). “Leadership menjadi salah satu KPI (Key Performance Indicators) Telkom dalam melakukan fungsi orchestrating group resources to create Telkom as the most reputable companies for digital talents in Indonesia. Jadi, saat ini kami banyak fokus ke bisnis digital,” katanya.

Menurut Afriwandi, pendekatan Telkom dalam program talent development menggunakan konsep tiga form, yaitu functional/technical competencies, professional competencies, dan leadership competencies dengan berbasiskan core value BUMN, yaitu AKHLAK: Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif. Berdasarkan model kompentensi tersebut, pihaknya membuat rencana pengembangan dalam HCDevelopment Plan, kemudian di-delivery menggunakan pendekatan Personalized Integrated Learning Cycle, yang mencakup 70% experiental learning, 20% social learning, dan 10% formal learning. Tahun 2020 ini, katanya, Telkom membutuhkan 1.000 talenta untuk digital platform dan digital service, dan sudah tercapai lebih dari 1.000 orang; tepatnya 1.064 orang.

Dalam mencetak talenta digital ini, Telkom menerapkan lima strategi. Strategi pertama, talent acquistion, yang dilakukan dengan cara membangun dari dalam dan pro-hire (merekrut dari perusahaan lain). Untuk pengembangan dari dalam, anak-anak muda di Telkom yang “darahnya” connectivity dididik dan ditranformasi menjadi digital talent. “Dan, banyak yang lulus,” Afriwandi menandaskan.

Untuk yang pro-hire, menurutnya, ternyata banyak talenta yang dari luar tertarik masuk ke Telkom, baik untuk level junior, menengah, maupun senior. Mereka dimasukkan dalam Tribe –cara kerja orang digital– untuk membuat solusi baru yang akan memperkuat bisnis Telkom ke depan. Di samping itu, mereka juga harus menularkan kompetensinya kepada anak-anak muda Telkom.

Saat ini, talenta digital yang dimiliki Telkom 4%, dan tahun 2024 diharapkan menjadi 20% dari total karyawan atau sekitar 5.000 orang. Afriwandi menambahkan, banyak talenta digital Telkom yang diambil BUMN lain ataupun lembaga pemerintahan/kementerian, seperti Sekretariat Negara, Kementerian Komunikasi dan Informasi, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, dan (terutama) Kementerian BUMN.

Strategi kedua, talent development, yang meliputi pengembangan leadership, professional competencies, dan fucntional compentencies. AKHLAK menjadi landasan pengembangan leadership. Afriwandi mengklaim, Telkom merupakan BUMN pertama yang mengimplementasikan AKHLAK, dan sekarang ada karyawan dari 85 BUMN yang mengikuti pelatihan di Telkom mengenai penerapan nilai-nilai tersebut.

Strategi ketiga, career management. Telkom merekrut talenta berdasarkan kompetensi. Kemudian, dibuat job role dan job function. Lalu, mereka dibuatkan career development,career path, dan career evaluation. Dan, setiap level ada succession plan-nya. Jadi, career track mereka jelas. Sekarang, kata Afriwandi, Telkom dituntut menyiapkan leaders di bawah 40 tahun bisa masuk level direktur. Dan, saat ini sudah ada talenta berusia 35 tahun yang diambil BUMN lain untuk menjadi direksi.

Strategi keempat, performance management system, yakni melakukan perfomance review dan mengembangkan skill talenta Telkom yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan. Termasuk, behavior dan assessment-nya.

Dan, strategi kelima, reward management, yakni menyusun sistem remunerasi agar mereka betah di Telkom. “Kami juga terus memotivasi mereka untuk berkarya di Telkom,” ujar Afriwandi.

Saat ini, misalnya, Telkom sedang mendesain Flexible Working Arrangement untuk mengakomodasi digital way. Karyawan bisa bekerja kapan saja dan di mana saja tanpa harus datang ke kantor. Sebab, hikmah dari masa pandemi Covid-19, bekerja dari rumah ternyata lebih produktif dan memiliki efektivitas yang tinggi.

Sekarang, Telkom pun memiliki pedoman perilaku bagi orang-orang digital, yang dinamakan Telkom CODES: Customer Centricity, Open Mind, Data Driveness (artificial intelligence, big data), Agile Innovation, Continous Improvement. “Inilah Digital Way Of Working Telkom,” Afriwandi menandaskan.

Di samping itu, lanjutnya, Telkom juga sudah berhasil membuat Digital Skill Matrix, yakni kapabilitas talenta digital yang diperlukan untuk mendukung bisnis digital dan menumbuhkan digital leaders di Telkom, bekerjasama dengan salah satu diaspora Jepang. Matriks tersebut berisi talenta-talenta digital yang dibutuhkan Telkom, dilengkapi dengan kompetensi apa saja yang harus mereka miliki.

Terkait pengembangan leaders, Nizar menjelaskan, untuk program leadership, Telkom membangun leadership pipeline, mulai dari BP VI sampai ke posisi tertinggi, yaitu board of directors (BoD), board of commissioners (BoC), serta mulai dari lead self sampai lead society. “Kami juga membangun leadership dengan model pendekatan Six Sets of Intervention dari McKinsey,” ungkapnya.

Six Sets of Intervention tersebut meliputi, pertama, Directorship/Commissionership Tier 0-5, program khusus bagi direksi atau komisaris Grup Telkom. Kedua, Executive Program, program untuk top talent di BoD successor. Ketiga, Great People Managerial Program (GPMP) untuk mengasah kapabilitas manajerial pemangku manajerial existing di posisinya.

Kemudian, keempat, Great People Development Program (GPDP), program untuk menyiapkan top talent ke next position. Kelima, AMOEBA, program khusus untuk me-nurture inovator/inovasi di perusahaan ini. Dan, keenam, Telkom X, program untuk menciptakan talenta muda (di bawah 40 tahun). “Telkom X baru kami masukkan karena melihat dinamika perkembangan leadership di Telkom dan BUMN,” kata Nizar.

Afriwandi menambahkan, untuk GPDP, Telkom memilih talenta terbaik yang belum memiliki posisi untuk dikembangkan menjadi leader, yang nantinya akan menduduki jabatan tertentu di Telkom. Kemudian, untuk GPMP, mereka sudah menduduki posisi tertentu, kemudian dididik untuk menutup compentency gap karena adanya perubahan lanskap bisnis Telkom.

Menurut Afriwandi, mereka yang ikut dalam GPDP dibagi menjadi tiga kelompok, yakni Very HIPO (High Potential), HIPO, dan Potential. Yang masuk kelompok Very HIPO sekitar 5% dan HIPO 15%. “Merekalah yang berpotensi menjadi BoD Telkom maupun BUMN lain,” ujar Afriwandi. Ini yang membuat Telkom tidak kehabisan leader. Saat ini ada 300 calon pemimpin perusahaan. Tentunya, tidak semuanya ada di posisi struktural. Desember 2020 ini, lanjutnya, Telkom akan mengirimkan 100 orang terbaiknya ke talent pool Kementerian BUMN untuk ditempatkan di Telkom atau BUMN lain.

Nizar menegaskan, di Grup Telkom, leadership merupakan hal penting yang harus terus dikembangkan untuk menjaga keberlanjutan bisnis. Karena itu, program leadership tetap dijalankan meski saat ini kita berada di masa pandemi.

Dan, dalam ajang Indonesia Best Creating Leaders from Whithin tahun 2020 ini, para juri sepakat menobatkan Telkom sebagai perusahaan terbaik. Wakil Ketua Komisi Aparatur Sipil Negara Irham Dilmy, salah satu juri dalam kompetisi ini, mengatakan bahwa Telkom menjadi perusahaan Indonesia pertama yang gopublic di NewYork Stock Exchange (pada 1995). Tentunya, dalam segala hal, seperti peraturan dan sumber daya manusia, pasti akan baik.

“Mereka memiliki kelebihan seperti itu karena sejarah yang membawa mereka ke arah sana. Di samping itu, mereka juga sekarang di bawah satu payung BUMN yang memiliki punya banyak inisiatif dalam membangun para pemimpin Indonesia dari dalam sendiri. Kemudian, industrinya memang mengharapkan adanya kelangsungan pergantian kepemimpinan yang harus lancar. Jadi, tidak bisa mereka menunggu dan mengambil orang dari luar,” Irham menandaskan. (*)

Kusnan M. Djawahir; Reporter: Sri Niken Handayani dan Vina Anggita/Riset: Ayusha Laksmi

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved