Management Strategy

Tenaga Kerja Butuh Pendidikan Profesional untuk Hadapi MEA

Oleh Admin
Tenaga Kerja Butuh Pendidikan Profesional untuk Hadapi MEA

Pengamat ketenagakerjaan dari Universitas Gadjah Mada Tadjudin Nur Effendi mengatakan tenaga kerja Indonesia membutuhkan pendidikan profesional. Bukan hanya pendidikan formal.

“Selama ini kita selalu menekankan pendidikan formal,” kata Tadjudin dalam dialog “Pasar Tenaga Kerja Indonesia di Tengah Tantangan Global dan MEA” di Samator UGM, Jakarta, Sabtu, 27 Februari 2016.

Menurut Tadjudin, pendidikan formal hanya dapat menampung 30 persen dari calon tenaga kerja. Ada 70 persen sumber daya manusia yang pendidikannya tidak jelas. “Dari pendidikan, tenaga kerja kita memang rendah,” kata dia.

Pekerja di Industri Otomotif

Pekerja di Industri Otomotif

Tadjudin berujar, pemerintah absen dalam perencanaan sumber daya manusia. “Ini yang jadi persoalan, sekarang bisa kita rencanakan karena ada segmen tenaga kerja kita yang harus digenjot pelatihan keterampilan.”

Pelatihan keterampilan, bisa meliputi bidang informasi, komunikasi, teknologi, atau setor jasa yang lain. Tadjudin menjelaskan, Indonesia masuk pada segmen pasar tenaga kerja yang kualitasnya rendah.

Struktur penduduk Indonesia pendidikannya rendah. “Sekarang kita harus memberi peluang yang luar biasa kepada kelompok 30 tahun ke atas yang sudah siap masuk bersaing,” ujar Tadjudin.

Tadjudin menyebutkan data Badan Pusat Statistik 2013 bahwa Indonesia memiliki 5 persen tenaga kerja profesional dari total tenaga kerja. “Harus ada persiapan pelatihan keterampilan.”

Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Kementerian Ketenagakerjaan, Khairul Anwar mengatakan menghadapi persaingan global dan masyarakat ekonomi ASEAN (MEA), tenaga kerja yang sedang bekerja pun perlu pelatihan. “Kompetensi terkait produktivitas,” kata dia.

Ia pun menyampaikan pesan dari Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri bahwa cara untuk menolong pengangguran yaitu memberi pelatihan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Bahkan, harus ada penerapan sertifikasi ke seluruh calon tenaga kerja maupun para pekerja.

Khairul meminta industri atau perusahaan mengembangkan tenaga kerjanya. “Industri harus punya tanggung jawab meningkatkan kompetensi tenaga kerjanya.”

Tempo.co


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved