Management zkumparan

Terobosan Robert Walters Ajak Pulkam Diaspora

Glorya Tay

Klop sudah! Perkaranya tinggal menghubungkan pihak-pihak yang saling membutuhkan. Maka, pada 2015 lahirlah program Pulang Kampung bagi diaspora Indonesia. “Kami melihat, untuk posisi–posisi strategis di perusahaan-perusahan Indonesia, tingginya talent demand tidak seimbang dengan supply yang ada. Padahal menurut survei kami, 85% talent top asal Indonesia di luar negeri sebenarnya ingin pulang kampung,” tutur Glorya Tay, International Candidate Manager RWI.

Guna menyukseskan program Pulang Kampung, dijelaskan Sally Raj, Direktur Pengelola RWI, mereka memanfaatkan jaringan Robert Walters yang secara global punya 54 kantor dan hadir di 28 negara. Sejauh ini mereka sudah mengidentifikasi 2.600 pekerja profesional Indonesia di luar negeri, sekitar 361 profesional di antaranya telah terdaftar di RWI sebagai “kandidat potensial”, dan 136 orang telah pada posisi “siap kembali” ke Indonesia dalam setahun ke depan. Bahkan, tak kurang dari 40 profesional Indonesia di luar negeri telah berhasil ditempatkan di berbagai posisi strategis di Tanah Air.

Salah satu sektor yang permintaannya paling tinggi adalah TI. “Ini tak lepas dari meningkatnya pertumbuhan bisnis e-commerce dan startup bidang fintech di Indonesia. Profesi seperti software engineer, software developer, dan product manager banyak dicari. Demand ini masih berlanjut di 2018,” ungkap Sally.

Dari berbagai inisiatif program rekrutmen yang digaungkan, program Pulang Kampung kini menjadi andalan. Sally menyebut pihaknya sudah menempatkan belasan profesional TI yang sebelumnya bekerja di luar negeri. Kini mereka juga tengah memproses beberapa penempatan untuk memenuhi permintaan klien.

“Ide di balik program ini sebenarnya bukan untuk membawa mereka kembali sekarang. Tapi, paling tidak, ketika mereka siap untuk pulang atau berpikir untuk pulang, mereka tahu kepada siapa mereka dapat berbicara,” Sally menekankan.

Arfandy Aulia, Senior Business Intelligence Associate Shopee, termasuk salah satu yang mengikuti program Pulang Kampung. “Saya kembali ke Indonesia karena alasan keluarga, setelah 14 tahun di Amerika,” ungkap pria yang akrab disapa Andy ini. Dia ingin lebih dekat orang tuanya. Selain itu, keberadaan tunangannya di Indonesia juga membuatnya ingin pulkam lantaran serius ingin membangun keluarga. Di luar itu, dia juga ingin memberikan kemampuan dan pengalamannya untuk Indonesia. “Bukan berarti saya lebih baik dari orang Indonesia, tapi saya yakin pengalaman saya bisa dikombinasikan dengan yang ada di sini,” kata lelaki yang jago data analytic ini.

Kevin Wiramihardja, profesional lain yang ikut program Pulang Kampung, menceritakan, kepulangannya kali ini sebenarnya adalah yang kedua kalinya. Sebelumnya pada November 2016-Januari 2017, dia pernah menjadi sukarelawan, menjadi System Information Consultant di Pemda DKI Jakarta. Namun, itu belum lewat RWI. Kini, lewat program RWI, dia pulkam untuk menduduki posisi Country Product Manager Grab. “Alasan utama memang family. Tapi ada alasan lebih besar lagi. Kita hidup cuma sekali, saya ingin keluar dari zona nyaman, ingin membuat Indonesia lebih baik,” tutur pria yang 12 tahun tinggal di AS itu.

Buat Kevin, tantangan terbesar adalah macet, setiap hari total bisa tiga jam yang menuntut kesabaran. “Tapi saya kini bisa menyiasati tiga jam macet itu buat baca dan meningkatkan pengetahuan. Saya sekarang bekerja di Grab, ini membuat saya makin yakin kembali ke Indonesia, agar bisa memberikan solusi transportasi lebih baik di Indonesia,” katanya.

Glorya Tay mengungkap bahwa dia pun sebenarnya pulkam karena alasan keluarga. “Saya pulang empat tahun lalu, inginnya punya usaha sendiri, kalau di Singapura kan biaya sewa tinggi. Tapi, yang lebih utama, saya ingin memberikan kemampuan yang saya miliki, yang saya yakini bisa memberikan dampak positif pada Indonesia,” Glorya menerangkan.

Jelas, terobosan RWI ini menjadi sebuah langkah yang dibutuhkan. Ia menjadi jembatan baru yang diperlukan profesional yang rindu pulang kampung, juga kalangan perusahaan yang butuh SDM dengan kualifikasi internasional. (*)

Reportase: Herning Banirestu


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved