Management Strategy

Tiga Faktor di Balik Sukses Slack

Tiga Faktor di Balik Sukses Slack

Dalam tempo hanya delapan bulan, Slack Technologies mencapai valuasi US$1 miliar. Inilah rahasia sukses perusahaan perangkat lunak untuk bisnis asal San Francisco itu.

Slack, tak dapat dipungkiri, adalah salah satu apps untuk bisnis yang tumbuh paling cepat. Sejak diluncurkan pada Agustus 2013, perangkat lunak untuk kolaborasi-tim ini telah menarik 2,3 juta pengguna aktif bulanan dan meraup pendapatan tahunan US$64 juta. Dana awal pengembangan, US$17 juta, berasal dari Andreessen-Horowitz, Accel Partner, dan The Social+Capital Partnership.

Kendati demikian, prestasi tersebut tak otomatis membuat Slack Technologies yang didirikan pada Februari 2014 untuk mewadahi bisnis Slack berkibar jadi perusahaan teknologi yang valuasinya paling cepat menembus US$1 miliar. Untuk bisa tumbuh jadi unicorn dalam tempo hanya delapan bulan, setidaknya ada tiga faktor pendorong yang saling berkelindan.

Stewart Butterfield, CEO Slack Technologies. (foto: www.forbes.com)

Stewart Butterfield, CEO Slack Technologies. (foto: www.forbes.com)

Pertama, Stewart Butterfield—sang CEO dan salah satu pendiri Slack Technologies—menghendakinya. Pertumbuhan cepat pengguna Slack, rata-rata 7% per minggu, membuat persahaan perintis tersebut meraih dana segar US$42,75 juta dengan valuasi US$250 juta, pada April 2014. Sejak itu, hampir setiap hari mereka mendapat tawaran dana segar dari pemodal ventura.

Sepanjang musim panas, Butterfield tak menggubris tawaran tersebut. Dengan pengguna berbayar yang bertambah dalam jumlah ribuan setiap minggunya, perusahaan dengan 100 karyawan itu hanya perlu menombok US$100 ribu/bulan. Artinya, walau perumbuhan bisnisnya luar biasa, dana segar hampir US$60 juta yang dimiliki masih bakal bertahan lama.

Baru, memasuki musim gugur, September, Butterfield mengadakan rapat dengan investor untuk menyikapi tawaran menggiurkan para pemodal ventura yang disadari bakal ada batas waktunya. Pada rapat itu, sang CEO menentukan sasaran: US$1 miliar atau tidak sama sekali. Kalau Slack tak dapat mencapai valuasi US$1 miliar, mereka tak akan menerima tawaran dana dari mana pun.

Butterfield yakin, yang dibutuhkan Slack adalah pengakuan sebagai unicorn—masuk ke dalam jajaran perusahaan teknologi elite dengan valuasi US$1 miliar atau lebih. “Penetapan valuasi tersebut memang arbitrary, karena angkanya besar dan bulat,” ujar lelaki Canada, kelahiran 1973 itu. “Tapi secara psikologis angka tersebut membuat perbedaan…”

Angka US$1 miliar bukan sekadar lebih besar ketimbang, katakanlah, US$800 juta. Lebih dari itu, masih kata Butterfield, “Angka tersebut merupakan psychological threshold bagi para calon pelanggan, karyawan, dan media massa.”

Dalam bernegosiasi dengan perusahaan besar, misalnya, kenyataan bahwa Slack memiliki nilai tinggi dan secara keuangan aman tentu akan sangat membantu. Status sebagai anggota “one billion dollars club” juga sangat berarti untuk bersaing dengan kampiun semacam Google atau Facebook dalam merekrut talenta dan nama besar yang diperlukan untuk membesarkan perusahaan.

Kalau ternyata Slack tak mengalami masalah dalam meyakinkan para investor untuk meraih valuasi US$1 miliar, hal itu tak terlepas dari faktor kedua: Kondisi pasar yang kondusif. Pasca-gelembung dotcom pada 2000, kalangan pemodal ventura sangat menahan diri—tak mau memberi valuasi tinggi dan sangat konservatif. Sukses Facebook membuat tren itu berbalik.

Butterfield dapat menikmati manisnya pasar yang telah longgar itu karena adanya faktor ketiga, yaitu nasib baik. Slack sebelumnya hanyalah tool kecil yang digunakan Tiny Speck, perusahaan pengembang online game yang dirikan sarjana muda [University of Victoria, 1996] dan master [Cambridge University, 1998] di bidang filsafat itu pada 2009.

Ketika Glitch, demikian nama online game tersebut, ditutup pada akhir 2012, Butterfield mengembangkan internal tool tersebut jadi real-time collaboration app yang terbuka bagi siapa saja. Dalam 24 jam pertama peluncuran, Agustus 2013, Slack langsung dibanjiri 8.000 pengguna.

Setelah itu, seperti kata orang, adalah sejarah…


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved