Management Strategy

Tiga Strategi Garuda Indonesia Hadapi MEA

Tiga Strategi Garuda Indonesia Hadapi MEA

Maskapai penerbangan PT Garuda Indonesia Tbk menyiapkan tiga strategi dalam menghadapi pasar tunggal ASEAN (MEA) yang diberlakukan akhir tahun ini. Strategi itu adalah melakukan ekspansi, mendapatkan profit, dan mempertahankan diri. Direktur Utama Garuda Indonesia Arif Wibowo mengatakan, era pasar bebas ASEAN harus dihadapi. Kuncinya adalah dengan terus melakukan ekspansi. “Harus tetap tumbuh, tetapi harus tetap mendapatkan profit agar bisa bertahan. Kalau nanti melakukan ekspansi tapi tidak menguntungkan maka tidak akan bisa bertahan. Jadi kuncinya, melakukan ekspansi, mendapatkan profit, dan bisa bertahan,” ujarnya.

Dalam berekspansi, lanjut dia, Garuda Group akan menyesuaikan dengan kondisi terkini dari bandara-bandara di Tanah Air. Saat ini, lebih dari 220 bandara di Indonesia memiliki landas pacu yang sudah bukan rumput lagi, tapi sudah merupakan landasan keras. Namun, yang bisa didarati pesawat B737 atau A320 hanya 37 bandara atau 15% dari total bandara di Indonesia. Itu karena pendeknya landas pacu yang dimiliki bandara. “Bandara yang lajur pacunya pendek bisa jadi rute penopang dan perintis. Rute penerbangan utama kami jalankan di 37 airport itu,” kata dia.

Muhammad Arif Wibowo, Chief Executive Officer and President Director of PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk

Muhammad Arif Wibowo, Chief Executive Officer and President Director of PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk

Dengan kondisi bandara yang demikian, Garuda mengindikasikan ada sekitar 40 rute yang bisa dikembangkan sebagai penopang atau pengumpan (feeder) rute utama. Di Jawa misalnya, ada beberapa daerah yang bisa digarap sebagai rute feeder dengan menggunakan pesawat jenis ATR. “Seperti Cilacap, Yogyakarta-Bandung, Yogyakarta–Surabaya, yang sebenarnya cukup menggunakan pesawat baling-baling,” katanya.

Untuk pengembangan pasar itu, kata Arif, saat ini sebenarnya sudah ada sekitar 17 rute dengan menggunakan 15 pesawat ATR. Untuk mengejar target 40 rute, Garuda sudah bekerja sama dengan beberapa perusahaan minyak (oil company). “Bekerja sama sebagai corporate client. Kerja sama dengan SKK Migas, ini sudah berlangsung cukup lama,” ujar dia.

Pengembangan rute dengan pesawat ATR tersebut merupakan bagian dari strategi Garuda Indonesia Explore. Selain strategi, Garuda Explore juga merupakan sebuah branding baru yang sedang dikembangkan Garuda. “Seperti halnya di Australia, itu ada Qantas, kalau di Indonesia ada Garuda dan Citilink sebagai anak perusahaan dan ada Garuda Explore. Kalau dianalogikan, Garuda Explore itu mirip Qantaslink. Ini kami lakukan karena kami ingin seluruh anak perusahaan harus bisa mendukung induknya, sehingga kami buat strategi yang komplit,” ujar dia.

Strategi lainnya, lanjut dia, adalah mengembangkan bisnis hotel. Garuda kini telah memiliki Aero Wisata dengan 13 chain hotel. Selain hotel, Garuda juga memiliki Aero Travel, semacam agen perjalanan. Kemudian ada juga Garuda Indonesia Holidays. Itu adalah tour operator yang merancang paket liburan. Kemudian ada Aero Cargo untuk meng-cover shipment. Ada juga Aero Trans untuk transportasi. “Ini semua disebut bisnis nonaerotika, kontribusinya sekitar 5% terhadap bisnis Garuda,” kata dia. (Reportase: Dadi A. Salim)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved