Management Strategy

Tiga Strategi Majukan Diaspora Ala SBY

Tiga Strategi Majukan Diaspora Ala SBY

Tahun lalu, para diaspora Indonesia menyalakan api sejarah dengan menyelenggarakan Kongres Diaspora Indonesia (KDI) pertama di Los Angeles. Kongres tersebut dihadiri lebih dari 2.000 peserta. Tahun ini, Kongres diadakan di JCC Senayan, Jakarta, 18-20 Agustus.

diaspora SBYPara diaspora yang hadir kali ini nyaris menyentuh angka 4.000 peserta. Kongres kali ini menjadi ajang bagi para diaspora Indonesia dari berbagi belahan dunia untuk membangun networking. Semakin banyak jaringan atau networking yang terjalin, semakin banyak pula peluang.

Profil diaspora Indonesia saat ini masih belum sepenuhnya dipahami masyarakat. Profil diaspora Indonesia sebagai suatu komunitas global yang besar, yang terdiri dari ratusan komunitas yang tersebar di berbagai kota, negara dan benua, yang jumlahnya totalnya mungkin sebanding dengan penduduk kota Jakarta.

Profil diaspora Indonesia yang walaupun sangat beraneka-ragam namun umumnya mempunyai ikatan batin dengan Indonesia. Profil diaspora Indonesia sebagai suatu komunitas dinamis yang padat ilmu, padat modal, padat jaringan, padat budaya, padat karya.

Diaspora Indonesia penuh dengan sosok-sosok yang bisa menjadi sumber inspirasi. Ada sosok Sehat Sutarja, yang dengan bermodal ijazah listrik dari Pasar Baru berhasil meraih gelar Doktor dari UCLA Berkeley, membangun perusahaan IT raksasa Marvell di Silicon Valley yang kemudian menguasai dua pertiga dari industri semi-conductor dunia. Ada sosok Sri Mulyani, putri terbaik bangsa Indonesia yang menjabat sebagai Managing Director Bank Dunia.

Jangan lupa juga ada 2,5 juta sosok TKI di luar negeri yang bekerja keras membanting tulang dan selalu mengirim uang untuk membantu sanak saudaranya di Tanah Air). Dengan sumbangan kolektif sekitar 7,1 milyar dolar AS (pada tahun 2012), mereka adalah pahlawan devisa Indonesia yang abadi.

Sebenarnya, potensi Diaspora Indonesia ini tidak lepas dari tampilnya kekuatan diaspora sebagai fenomena global. Menurut PBB, kini ada sekitar 215 juta orang yang bekerja di luar negara kelahirannya – sama besarnya dengan jumlah penduduk Brazil. Setiap tahun, sekitar 2 juta orang dari dunia berkembang pindah untuk belajar, bekerja atau berbisnis di negara lain. Dan umumnya mereka terus memelihara ikatan batin dengan negara asalnya.

Devisa yang dikirim oleh diaspora secara global mencapai sekitar US$ 500 miliar. Jumlah devisa yang diterima negara-negara berkembang dari diaspora 3x kali lebih besar dari bantuan yang diberikan negara-negara maju.

Karena itulah, dalam menentukan strategi pembangunan ke depan, Pemerintah Indonesia mau tidak mau perlu mempunyai “strategi diaspora”, agar dapat memanfaatkan aset, jaringan dan brain power yang dimiliki diaspora Indonesia.

Saat membuka KDI ke-2, Presiden Republik Indonesia (RI), Susilo Bambang Yudhoyono, memaparkan tiga strategi untuk memajukan diaspora Indonesia.

Strategi pertama, yakni mewujudkan sinergi di antara komunitas-komunitas diaspora secara global. “Alhamdulillah, dalam satu tahun terakhir telah terjadi proliferasi Indonesia Diaspora Networks (IDN) secara global. Saya mendapatkan laporan, sampai saat ini sudah terbentuk 55 chapter Indonesian Diaspora Networks di 26 negara. Ini adalah pertanda betapa gesit dan semangatnya mereka dalam merintis gerakan diaspora yang baru lahir ini,” ujar Presiden SBY.

Tantangannya adalah bagaimana cabang-cabang IDN tersebut dapat merumuskan suatu mekanisme interaksi dan kerjasama yang substantif. Selain itu, gerakan diaspora juga perlu sebanyak mungkin menyerap dan merangkul jutaan diaspora Indonesia yang masih belum terjangkau.

“Disini, saya menghargai sekali pembentukan database berbasis online bernama Diaspora Network Brain Bank yang kini sudah operasional. Saya harap Brain Bank ini dapat menjadi sumber data yang dapat menampung dan menggiatkan brain power diaspora Indonesia.”

Strategi ke-2, adalah melakukan sinergi antara diaspora dengan Pemerintah, baik Pusat maupun daerah. Baik Pemerintah maupun diaspora sama-sama mempunyai aset, modal, jaringan dan peluang.

“Saya senang sekali bahwa diaspora Indonesia dari Belanda kini sedang aktif menjalin kerjasama dengan Pemprov DKI untuk membangun inovasi “kampung vertikal” yang hijau dan ramah lingkungan,” kata presiden.

Strategi ke-3 adalah melakukan sinergi antara diaspora dengan masyarakat di Tanah Air. Menurutnya, dalam era globalisasi, arus interaksi antar masyarakat justru lebih intensif daripada arus antar pemerintah.

“Karena itu, saya gembira melihat kini sudah ada MOU antara KADIN dan Indonesia Diaspora Business Council yang dipimpin oleh Edward Wanandi, dan HIPMI juga sangat aktif merangkul pengusaha diaspora.”

Selain Business Council, ada juga program “computer for schools”, sumbangan dari diaspora yang mampu kepada sekolah-sekolah di seluruh pelosok tanah air. Juga program “quarter a day”, di mana anak-anak diaspora menabung 25 cents per hari untuk kelak disalurkan kepada anak-anak sekolah dari keluarga miskin.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved