Management Strategy

Transformasi AIA dari Administrative Support Menjadi Strategic Business Partner

Transformasi AIA dari Administrative Support Menjadi Strategic Business Partner

Saat ini peneterasi asuransi jiwa di Indonesia masih berada pada angka 5%. Hal ini menunjukkan bahwa peluang dalam bisnis ini masih sangat luas. AIA sebagai salah satu perusahaan asuransi di Indonesia meyakini bahwa penetrasi yang masih berada di angka 5% ini bisa menjadi suatu opportunity, tapi menjadi challenge.

Human Resource (HR) menjadi salah satu divisi dalam perusahaan yang sangat berperan penting untuk menyokong strategi perusahaan untuk terus maju dan berkembang. Terlebih setelah melakukan transformasi panjang dalam perjalanan AIA, ini membuat HR dalam perusahaan ini dipenuhi tantangan untuk lebih maju.

aia

Hal ini seperti yang disampaikan oleh Mariawaty Santoso, Chief Human Resources Officer PT AIA Finansial dalam acara Indonesian Employers of Choice Award 2015 yang diadakan oleh Hay Group dan Majalah SWA, bahwa ada banyak sekali tantangan yang dihadapai oleh HR di AIA sejak tahun 2010 hingga saat ini. Mengapa tahun 2010? Karena pada tahun 2010 AIA resmi menjadi AIA yang baru. Menurutnya beberapa tantangan yang dihadapi HR adalah pengurangan jumlah karyawan, Gallup engagement score, job grading, sales shceme dan culture dalam perusahaan.

Di tahun 2010, jumlah karyawan di AIA mencapai 1,325 orang, sedangkan di tahun 2015 jumlah karyawan di AIA berkurang menjadi 1.093. Perkembangan perusahaan menjadi mencapai dua kali lipat selama lima tahun terakhir, namun jumlah karyawan di AIA justru berkurang. Kenapa? “Dulu di tahun 2010 kami memiliki karyawan yang sebenarnya non core dari bisnis kami. misalnya security, office boy, driver yang mendapat posisi permanen pada saat itu. Sedangkan core bisnis kami bukan disitu. Jadi saat itu kami putuskan untuk membayar pesangon mereka dan kami gantikan dengan outsource dll. Memang sangat tidak mudah melakukannya, tidak sedikit juga orang yang memaki-maki HR pada saat itu,” ucap Mariawaty. “Di samping itu tidak sedikit terjadi overlapping pekerjaan sehingga banyak job-job yang kami buang,” lanjutnya.

AIA merupakan salah satu peserta survei yang dilakukan oleh Hay Group dan Majalah SWA terkait Employers of Choice. Namun, sejak tahun 2011 AIA sudah rutin melakukan Gallup Engagement Score. Untuk skor tertinggi pada survey ini adalah 5. Di tahun 2010, AIA melakukan survey ini dan didapatkan skor sebesar 3,59 dengan jumlah karyawan yang engange adalah 25%. Lalu di tahun 2015 ketika survey ini dilakukan kembali, skor engagement gallup yang didapat adalah 4,27 dengan jumlah engage karyawan sebesar 58%. “Kenaikan skor ini juga menjadi tantangan bagi HR karena kita sudah banyak sekalli melakukan transformasi dan biasanya orang tidak terlalu suka dengan perubahan. Sekarang bagaimaan caranya agar perubahan yang ada bisa melibatkan semua karyawan sehingga semua karyawannya bisa tetap engage,” ungkapnya.

Tantangan berikutnya yang dihadapi oleh HR AIA untuk menjadi strategic business partner adalah job grading yang berlebihan ketika di tahun 2010. Pada tahun tersebut, job grading di AIA ada 26. Hal ini justru menimbulkan kebingungan dan tidak ada based line. “Saya pikir tidak bisa seperti ini terus karena base line yang penting adalah grading. Jadi watu itu kami para HR menginisiasikan untuk melakukan job evaluasi dengan bekerja sama dengan kantor konsultan,” lanjutnya. Setelah melalui beberapa proses, akhirnya kini hanya terdapat 14 grade di AIA mulai dari level terbawah hingga level CEO.

Kemajuan perusahaan asuransi juga tentunya tidak terlepas dari divisi sales. Yang membedakan sales di AIA adalah, mereka tidak langsung berjualan namun mereka memanage tim sales. Pada awalnya di tahun 2010 mereka belum memiliki target setiap individunya. Tentunya hal ini juga berdampak pada perusahaan yang menjadi sulit untuk memenuhi target. Ketika di 2010 berapapun sales berhasil memperoleh sesuatu akan langsung mendapatkan persentasenya. Tapi di 2011 HR AIA berinisiatif untuk berubah menjadi sales insentif. Maksudnya adalah setiap orang diberikan target yang tentunya juga menjadi target perusahaan. Lalu ada minimum pencapaian sebesar 80%. Dan setelah ini diterapkan, menurut Mariawaty, justu apa yang didapatkan oleh para sales ini akan jauh lebih besar dibandingkan dengan sistem sebelumnya.

Tantangan terakhir yang dihadapi oleh HR AIA adalah culture. Banyak budaya lama yang masih bertahan dan harus diperbarui dan diedukasi terus bagi para karyawan. “Yang awalnya di 2010 culture kami adalah entitlement and silo mindset, kini di 2015 menjadi performance driven dan KPI Alignment,” paparnya.

Selain itu untuk meningkatkan engagement antar karyawn, AIA yang dulunya beroperasi di 5 kantor terpisah kini sudah tergabung di dalam satu kantor. Untuk mendukung para karyawannya agar tetap nyaman bekerja di AIA, AIA juga menyediakan shuttle bus yang akan mengantar jemput para karyawan secara gratis. Tidak hanya disitu, AIA juga menyediakan kelas gratis seperti kelas Yoga untuk beberapa hari tertentu, AIA juga menyediakan kemudahan bagi para Ibu dengan anak yang masih kecil karena disediakan nursery dari tenaga profesional untuk para Ibu yang baby sitter anaknya sedang berhalangan hadir. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved