Management Strategy

Tren Berubah, Ini yang Harus Dilakukan Pengelola Pusat Belanja

Tren Berubah, Ini yang Harus Dilakukan Pengelola Pusat Belanja

Pertumbuhan pusat belanja di Indonesia diakui terus mengalami perkembangan. Jumlah mall-mall begitu mudahnya ditemukan di pusat-pusat kota, terlebih di Jakarta. Namun sayang, menurut Yongki Susilo, Staf Ahli APRINDO, tidak ada roadmap yang jelas bagi pengembangan pusat belanja di tanah air. Ia mencontohkan, Malaysa memiliki roadmap membangun pusat-pusat belanjanya menjadi tempat yang menarik bagi wisatawan.

IMG_3164

Seminar dan Rakernas DPP APPBI

Berkaitan dengan pengelolaan pusat perbelanjaan, perkembangan yang terjadi di pasar menjadi penting untuk dicermati. Dalam pemaparannya pada seminar yang diselenggarakan dalam rangka Rapat Kerja Nasional Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) di Jakarta, Yongki menjelaskan panjang lebar mengenai kondisi perekonomian saat ini dan tren yang terus berkembang dan apa yang dapat dilakukan para pengelola pusat belanja. Menurutnya, ke depan, konsumen akan memegang power yang luar biasa.

Di tengah perekonomian global yang tidak menentu, negara-negara ASEAN termasuk Indonesia masih dapat dikatakan aman meskipun masih turbulensi. Optimisme ini didorong oleh kondisi yang tidak separah negara lain seperti Turki, Brasil, India dan investasi yang masih terus naik. Dengan kondisi pertumbuhan yang diprediksi akan mengalami penurunan, 55% masyarakat masih dapat membelanjakan uangnya. Indonesia sebagai emerging market diperkirakan akan berkontribsusi pada 70% ekonomi dunia pada 3-4 tahun mendatang.

Di samping kondisi ekonomi, demografi menjadi hal yang tidak perlu dilupakan. Pertumbuhan kelas menengah dengan karakteristiknya yang unik, tren gaya hidup akan terus berkembang dan bisnis retail masih memiliki potensi yang besar. Perubahan gaya hidup menjadikan bisnis mall, perjalanan wisata, kafe, bioskop, dan gym menjadi potensial. “Riset Kadence, bisnis fast moving consumer goods tidak berubah,” tambah Yongki. Menurutnya, para pengelola pusat perbelanjaan perlu menjadikan unit bisnisnya mampu memenuhi tren yang berkemang dan memberi pengalaman kepada para konsumen. Lebih lanjut dia merangkum hal tersebut dalam beberapa hal, sebagai berikut: 1) pusat perbelanjaan harus memiliki story, 2) pusat perbelanjaan menjadi jalan para konsumennya untuk mencapai mimpinya, 3) memberikan inspirasi, 4) menunjukkan komitmen, empati, dan passion.

Selain itu, Yongki juga menggaris bawahi bahwa terjadi pergeseran dari mass consumption menjadi mass communication. “Tidak cukup hanya mengandalkan website, segala media online/digital seharusnya digunakan untuk menjalin komunikasi yang lebih personal dengan konsumen. Kartu keanggotaan itu bukan semata untuk diskon, tetapi untuk customer relationship management,” paparnya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved