Management Strategy

Upaya BKPM Percepat Investasi Hijau di Indonesia

Upaya BKPM Percepat Investasi Hijau di Indonesia

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani (kanan)

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani (kanan)

Perlunya keseimbangan antara proses produksi dengan kelestarian alam, maka diperlukan sebuah prinsip bagi industri untuk memproduksi sebuah produk yang ramah lingkungan. Perkembangan industri yang ramah lingkungan tersebut sudah menjadi tren global. Apalagi dengan potensi alam yang luar biasa di Indonesia, akan menjadi daya tawar tersendiri untuk menarik para investor dalam pengembangan investasi hijau di Indonesia.

Sebagaimana yang dijelaskan menteri ESDM Sudirman Said, bahwa investasi hijau di bidang energi menjadi prioritas pemerintah, yaitu pengembangan energi terbarukan dan konservasi energi. Menurutnya, Indonesia memiliki potensi sumber daya energi terbarukan yang sangat besar. Data Kementerian ESDM, menyebut potensi energi hidro yang teridentifikasi sebesar 75 gigawatt (GW), potensi surya sebesar 112 GW, bahan bakar nabati (biofuel) mencapai 32 GW, angin 0,95 GW, biomassa 32 GW, panas bumi 28,8 GW, dan laut 60 GW.

“Namun untuk pengembangan program energi terbarukan diperlukan anggaran yang besar, yaitu 10 kali lebih besar dari APBN-P 2015 hanya Rp 1,03 triliun. Kita juga menargetkan pada tahun 2025 nanti, penggunaan energi terbarukan di Indonesia mencapai 25%,” kata Sudirman di acara konfrensi pers jelang acara Tropical Landscape Summit 2015 pada tanggal 27-28 April di Hotel Shangri La, Jakarta.

Menurut Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani, guna meningkatkan investasi hijau tersebut, BKPM bekerjasama dengan Kantor Staf Kepresidenan dan United Nations Office for REDD+ Coordination (UNORCID) dalam menyelenggarakan Tropical Landscape Summit 2015 dengan tema 'A Global Investments Opportunity'.

Franky melanjutkan, pertemuan internasional ini sangat prestisius karena menghadirkan para pembicara dan pengambil keputusan dari dalam dan luar negeri, 12 menteri ekonomi, deputi gubernur Bank Indonesia, Komisioner OJK, Kadin Indonesia, 40 CEO di berbagai bidang industri dari dalam dan luar negeri, gubernur dan walikota serta 20 NGO. Peserta yang sudah konfirmasi akan hadir mencapai 700 orang terdiri atas para CEO (400) dalam dan luar negeri, akademisi, dan NGO, lembaga riset serta mitra pemerintah lainnya.

“Investasi hijau ini sangat diminati oleh para investor. Terhitung sejak bulan Oktober sampai tanggal 20 April 2015 ini, sudah ada 24 investor yang berminat. Dari 24 tadi, 3 investor dari Eropa, 6 dari Jepang, kemudian Republik Rakyat Tiongkok ada 7. Sisanya masih dalam tahap komunikasi dengan BKPM,” ujar Franky.

Menurutnya, selama 5 tahun terakhir dari tahun 2010-2014, total realisasi investasi hijau sudah sekitar 30,3% dari total nilai investasi, yaitu sebesar Rp 486 triliun dibanding total nilai investasi Rp 1.600 triliun. Dari realisasi tersebut, sebanyak US$ 26,8 miliar merupakan Penanaman Modal Asing (PMA) dan Rp 139,1 triliun merupakan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

BKPM menargetkan investasi hijau akan tumbuh rata-rata 20% setiap tahun, hingga diperkirakan pada tahun 2019 investasi hijau PMA mencapai US$ 56 miliar dan PMDN Rp 448 triliun.

“Acara ini menjadi sangat strategis bagi Indonesia untuk menjadi role model bagi pembangunan ekonomi hijau yang berkelanjutan. Karena untuk mempercepat pembangunan infrastruktur hijau atau yang ramah lingkungan membutuhkan biaya yang cukup besar, dan acara ini diharapkan menjadi peluang untuk menarik investor,” terang Franky. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved